10. Variabel pemahaman emosi memberikan sumbangan sebesar 0.13 terhadap varians kebahagiaan. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F Change=
27.020, df1 = 1 dan df2= 389 dengan Sig.F Change= 0.000 sig 0.05. 11. Variabel pengaturan emosi memberikan sumbangan sebesar 0.00 terhadap
varians kebahagiaan. Sumbangan tersebut signifikan dengan F Change= 0.121, df1 = 1 dan df2= 388 dengan Sig.F Change= 0.729 sig 0.05.
Dengan demikian, terdapat tujuh dari sebelas independent variable IV, yaitu advice, assurance, conflict management, openness, sharing task, penerimaan
emosi dan pemahaman emosi yang berpengaruh secara signifikan terhadap
kebahagiaan pasangan jika dilihat dari besarnya R
2
yang dihasilkan dari sumbangan proporsi variabel yang diberikan.
60
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab ini, penulis memaparkan kesimpulan, diskusi dan saran.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis mayor, didapatkan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari komunikasi efektif advice, assurance,
conflict management, openness, positivity, social networking, sharing tasks dan kecerdasan emosional penerimaan emosi, penggunaan emosi, pemahaman emosi
dan pengaturan emosi terhadap kebahagiaan pasangan suami istri. Kemudian berdasarkan hasil uji hipotesis minor yang menguji signifikansi
masing-masing koefisien regresi terhadap dependent variable DV, diperoleh hanya ada lima koefisien regresi yang signifikan mempengaruhi kebahagiaan
pernikahan pasangan suami istri yaitu advice, assurance, openness,sharing task, penerimaan emosi dan pemahaman emosi. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kebahagiaan pernikahan pasangan suami istri dipengaruhi oleh advice, assurance, openness dan sharing task yang merupakan aspek dari komunikasi
efektif dan penerimaan emosi dan pemahaman emosi yang merupakan aspek kecerdasan emosional.
5.2. Diskusi
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis, didapatkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari komunikasi efektif dan kecerdasan emosional
terhadap kebahagiaan pasangan. Hal ini sejalan dengan penjelasan mengenai hubungan pernikahan oleh Thomas dalam Batool dan Khalid, 2012 yang
menjelaskan bahwa pernikahan yang sehat itu bukan berarti bebas dari konflik, melainkan pasangan suami istri tersebut mampu mencari jalan keluar yang efektif
atas permasalahan yang mereka hadapi. Penyelesaian efektif tersebut dapat membawa ketenangan ketika terjadi perselisihan dan perbedaan pendapat serta
dapat bersikap asertif dan saling bekerja sama. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa aspek komunikasi efektif dan
kecerdasan emosional yang mempengaruhi kebahagiaan pernikahan. Pada variabel komunikasi efektif ditemukan empat dari tujuh aspek, yaitu advice
saran, assurance komitmen, openness keterbukaan dan sharing task pembagian tugas yang berpengaruh secara signifikan terhadap kebahagiaan
pernikahan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian nasihat yang dilakukan oleh pasangan suami istri dalam berumah tangga dapat memunculkan kebahagiaan,
karena mereka dapat saling mengingatkan satu sama lain saat mereka melakukan kesalahan. Selanjutnya komitmen yang ada dalam rumah tangga perlu dijaga
dengan baik, karena komitmen itu merupakan sebuah janji yang disepakati oleh kedua pasangan saat mereka menikah. Selain itu keterbukaan juga dapat
menciptakan kebahagiaan dalam pernikahan, karena dengan keterbukaan tidak ada rahasia apapun yang disembunyikan oleh pasangan dalam berhubungan. Selain
nasihat, komitmen dan keterbukaan, pembagian tugas juga berpengaruh terhadap kebahagiaan pernikahan. Hal ini dikarenakan tanggung jawab yang dijalankan
oleh pasangan suami istri mencerminkan keseriusan mereka dalam berhubungan. Hasil penelitian di atas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-Othman
2011 yang memperoleh hasil bahwa komunikasi efektif sangat kuat dalam menentukan kebahagiaan pernikahan.
Menariknya dalam penelitian ini positivity perilaku positif, conflict management penanganan konflik dan social networking interaksi sosial tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kebahagiaan pernikahan. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku positif seperti sifat menyenangkan dan keceriaan
bukanlah penentu kebahagiaan pernikahan. Hal ini dapat disebabkan karena dalam berumah tangga, pasangan seringkali dihadapkan dengan beragam persoalan,
karena itu ketika salah satu pasangan mencoba berperilaku positif tidak selamanya perilaku positif tersebut direspon dengan baik oleh pasangannya. Selain itu
penanganan konflik juga tidak berpengaruh signifikan terhadap kebahagiaan pernikahan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua penanganan yang dilakukan
oleh pasangan suami istri dapat berjalan secara efektif. Selain perilaku positif, dan penanganan konflik, interaksi sosial juga menjadi variabel lainnya yang tidak
berpengaruh terhadap kebahagiaan pernikahan. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi yang dilakukan oleh seseorang terhadap pasangannya tidak begitu intens
dilakukan. Bagaimanapun juga komunikasi efektif merupakan konstruk psikologi
yang mempengaruhi kebahagiaan pernikahan. Sehingga aspek-aspek komunikasi efektif tersebut menarik untuk diteliti dengan sampel dan metodologi penelitian
yang berbeda. Variabel kedua setelah komunikasi efektif adalah kecerdasan emosional.
Pada variabel ini terdapat dua dari empat aspek yang berpengaruh terhadap
kebahagiaan pernikahan, yaitu penerimaan emosi dan pemahaman emosi. Penerimaan emosi yang seseorang rasakan terhadap diri dan pasangannya
mempengaruhi kebahagiaan. Hal ini menunjukkan bahwa ketika seseorang secara sadar menerima emosi pada diri dan pasangannya dengan baik, seseorang tersebut
dapat memperoleh kebahagiaan pernikahan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitness 2001 yang menunjukkan bahwa penerimaan emosi
yang baik dapat memunculkan kebahagiaan pernikahan. Begitu juga dengan pemahaman emosi. Namun dalam temuan ini pemahaman emosi berpengaruh
negatif terhadap kebahagiaan pernikahan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin paham seseorang mengenai emosi yang ada pada diri dan pasangannya, semakin
rendah tingkat kebahagiaannya. Selanjutnya aspek penggunaan emosi dan pengaturan emosi tidak
mempengaruhi kebahagiaan pernikahan. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitness 2001 bahwa penggunaan emosi dan pengaturan
emosi mempengaruhi kebahagiaan pernikahan. Hal ini disebabkan karena penggunaan dan pengaturan emosi yang dilakukan oleh pasangan belum baik.
Secara umum mengenai temuan kecerdasan emosional terhadap kebahagiaan pernikahan menunjukkan bahwa ketika pasangan sudah dengan baik
menerima dan memahami kondisi emosi yang ada pada diri dan pasangannya, tidak selamanya penerimaan dan pemahaman tersebut dapat diaplikasikan dan
diatur dengan baik. Oleh karena itu dari keempat aspek kecerdasan emsional hanya dua yang berpengaruh terhadap kebahagiaan pernikahan.