Pengetahuan Ibu dalam Pemberian Makan pada Anak Sikap Ibu dalam Pemberian Makan pada Anak

Dalam menangani masalah pola makan yang terjadi pada autisme tidak hanya tertumpu pada terapis dan dokter saja, tetapi perilaku ibu dalam pemberian makan pada anak autisme memiliki pengaruh yang besar dalam penyembuhan anak autisme sehingga anak autisme dapat tumbuh sehat dan cerdas. Sebaliknya jika perilaku ibu yang buruk dalam hal pemberian makan akan berdampak negatif terhadap keadaan kesehatan anak. Menurut Notoatmodjo 2003 perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati secara langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dengan kata lain perilaku merupakan respon atau reaksi seorang individu terhadap stimulasi yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Perilaku juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perilaku tertutup covert behavior dan perilaku terbuka overt behavior. Perilaku tertutup adalah respon atau reaksi terhadap stimulus yang masih dalam bentuk perhatian, persepsi, pengetahuankesadaran dan sikap pada seseorang yang menerima stimulus dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain, misalnya : Seorang ibu tahu pentingnya makanan yang bergizi dan beraneka ragam untuk kebutuhan gizi keluarganya. Sedangkan prilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata dan dapat diamati oleh orang lain misalnya: seorang ibu yang selalu memasak makanan yang bergizi dan beraneka ragam untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarganya.

2.5.1. Pengetahuan Ibu dalam Pemberian Makan pada Anak

Pola pemberian makan pada anak perlu dilakukan secara tepat karena kondisi anak berbeda dengan orang dewasa. Anak merupakan sosok manusia yang sedang mengalami perubahan dan perkembangan yang paling pesat dalam kehidupannya, yaitu perkembangan kematangan sistem pencernaan, kematangan organ-organ tubuh, otak dan jiwa. Pada masa ini orang tua perlu memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang memadai dalam pemilihan dan cara pemberian makan pada anak Widodo, 2009. Menurut Notoatmodjo 2003 Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama dibandingkan dengan perilaku yang tanpa didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan ibu yang baik tentang gizi akan berdampak postif terhadap pola makan anak. Seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Mashabi dan Tajudin 2009 tentang pengetahuan gizi ibu dengan pola makan anak autisme menunjukan bahwa tinggi rendahnya tingkat pengetahuan gizi ibu akan mempengaruhi pola makan anak autisme artinya semakin tinggi pengetahuan gizi ibu dapat mempengaruhi pola makan anak autisme dan sebaliknya. Berdasarkan hasil penelitian diatas maka sangatlah penting bagi para ibu untuk meningkatkan pengetahuannya tentang pola pemberian makan pada anak. Peningkatan pengetahuan ini dapat diperoleh dari berbagai informasi yang terdapat di media cetak, media elektronik maupun dari orang lain yang memiliki pengalaman tentang pola pemberian makan pada anak.

2.5.2. Sikap Ibu dalam Pemberian Makan pada Anak

Sikap merupakan resaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunujukkan konotasi adanya kesesuain reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tidakan suatu perilaku Notoatmodjo, 2003. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat orang setuju mendekat atau tidak setuju menjauhi suatu hal. Kesenangan seseorang terhadap suatu makanan didasarkan pada psikologi dan budaya yang berbeda. Unsur-unsur budaya mampu mempengaruhi kebiasaan makan yang terkadang bertentangan dengan prinsip ilmu gizi. Sikap seorang ibu terhadap pemberian makan pada anak sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, keyakinan, dan emosi. Suatu contoh misalnya, ibu mengetahui bahwa diet bebas gluten dan bebas casein merupakan salah satu terapi penyembuhan untuk anak autisme, pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berfikir dan berusaha agar anaknya dapat sembuh dari autisme. Dalam berfikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu berniat untuk menyiapkan makanan yang bebas gluten dan kasein untuk anaknya yang autisme. Namun adakalanya sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan seperti contoh diatas tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata. Hal ini menurut Notoatmodjo 1993, disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain : 1. Sikap akan terwujud dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu. 2. Sikap diikuti dan tidak diikuti oleh tindakan mengacu pada pengalaman orang lain. 3. Sikap diikuti oleh tindakan nyata. Jadi, untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan support dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua dan lain-lain Notoatmodjo, 2003.

2.5.3. Tindakan Ibu dalam Pemberian Makan pada Anak