diet yang tepat dapat mempercepat perubahan kearah yang lebih baik pada anak autisme, misalnya seperti kemampuan dalam berbicara, berperilaku dan bersosialisasi
dengan lingkungan sekitarnya. Tidak terwujudnya suatu sikap dalam bentuk tindakan nyata dapat disebabkan oleh kurangnya dukungan dari pihak lain, misalnya suami,
orangtua, dan lain-lain Notoatmojdo, 2003. Selain dukungan dari keluarga, ibu juga harus berperan aktif dalam mencari informasi dari media masa maupun berkonsultasi
dengan dokter ataupun orang-orang yang ahli terkait dengan pola makan pada anak autisme sehingga ibu dapat mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
5.5. Sikap Ibu Berdasarkan Pengetahuan dalam Pemberian Makan Pada
Anak Autisme
Berdasarkan tabel 4.8. dapat diketahui bahwa pada umumnya pengetahuan ibu berada dalam kategori cukup yaitu sebanyak 22 orang dengan 45,5 yang memiliki
sikap baik dan 54,5 yang memiliki sikap cukup. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan ibu dapat membentuk sikap ibu, dalam hal ini mengenai pemberian
makan pada anak autisme, dimana apabila pengetahuan berada dalam kategori cukup maka pada umumnya sikap juga berada dalam kategori cukup. walaupun pada hasil
tabulasi silang masih didapatkan ibu yang memiliki pengetahuan yang cukup namun memiliki sikap yang berada pada kategori baik, hal ini menunjukkan bahwa ibu
setuju dengan pernyataan tentang makanan yang baik bagi anak autisme meskipun ibu tidak memiliki pengetahuan yang baik mengenai hal tersebut.
5.6. Tindakan Ibu berdasarkan Sikap dalam Pemberian Makan pada Anak
Autisme
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa pada umumnya sikap ibu berada dalam kategori cukup yaitu sebanyak 19 orang dengan 68,4 ibu yang berada pada
tindakan kurang dan hanya 32,6 yang berada pada tindakan cukup. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun sikap seseorang sudah positif namun adakalanya
sikap positif ini tidak terwujud dalam bentuk tindakan. Menurut Notoatmodjo 1993 bahwa sikap tidak terwujud dalam tindakan nyata dikarenakan tidak adanya faktor
pendukung baik di luar lingkungan maupun keluarga terdekat atau adanya kondisi yang tidak memungkinkan untuk melakukan tindakan tersebut.
5.7. Status Gizi Anak Autisme berdasarkan TBU
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa status gizi TBU pada anak autisme sebagian besar 62,5 berada dalam kategori normal dan hanya sebagian
kecil TBU anak autisme yang tidak normal yaitu, sangat tinggi 3,1, pendek 25 dan sangat pendek 9,4.
Hal tersebut dikarenakan variasi susunan makanan yang diberikan ibu sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa pada umumnya tindakan ibu
dalam menyusun makanan yang diberikan sudah baik dimana 43,8 ibu menyiapkan nasi, lauk dan sayur untuk dikonsumsi setiap hari. Hal ini sesuai dengan pedoman
umum gizi seimbang PUGS dimana pengelompokan bahan makanan disederhanakan yaitu didasarkan pada tiga fungsi utama zat-zat gizi, yaitu sebagai
sumber tenaga, sumber zat pembangun, dan sumber zat pengatur dimana untuk
mencapai gizi seimbang hendaknya susunan makanan sehari terdiri dari campuran ketiga kelompok bahan makanan tersebut, yaitu seperti nasi sebagai sumber tenaga,
lauk pauk sebagai sumber zat pembangun dan sayur sebagai sumber zat pengatur Almatsier, 2004. Dalam hal ini buah juga termasuk sebagai sumber zat pengatur,
namun karena harga buah dianggap mahal oleh sebagian orang maka buah tidak dapat dikonsumsi setiap hari.
Selain itu, ibu juga memberikan susu sapi kepada anak autisme yaitu sebanyak 68,8, susu merupakan sumber kalsium yang paling utama, adapun fungsi
dari kalsium adalah untuk pembentukan tulang dan gigi. Namun, disisi lain anak autisme tidak boleh mengonsumsi susu sapi dikarenakan pencernaannya yang tidak
sempurna, dan dapat menyebabkan gangguan susunan saraf pusat dan dapat berpengaruh terhadap persepsi, emosi, perilaku dan sensitivitas pada anak selain itu
pemberian susu sapi dapat menyebabkan anak menjadi alergi, adapun alergi yang ditimbulkan adalah diare, mual, terjadinya gangguan tidur, hiperaktif, agresif dan lain
sebagainya. Untuk mengganti asupan kalsium ibu dapat menggantinya dengan susu kedelai dan sayuran hijau serta pemberian suplemen bila diperlukan Soenardi dan
Soetardjo dalam Yanti, 2009. Masalah tinggi badan menurut umur yang abnormal dapat terjadi selain
karena genetik juga dapat disebabkan oleh adanya masalah gizi yang terjadi dimasa lampau yang berdampak pada pertumbuhan fisiknya.
5.8. Status Gizi Anak Autisme berdasarkan IMTU