2. Kekurangan kalsium dan magnesium. Kalsium bermanfaat untuk
pembentukan tulang dan gigi sedangkan magnesium berfungsi sebagai katalisator reaksi yang berkaitan dengan metabolise.
3. Kekurangan asam lemak omega 3, serat makanan, antioksidan dan vitamin
lain hampir terlihat pada semua anak autisme. 4.
Hampir 90 anak autisme kelebihan zat tembaga cooper. Zat tembaga yang belebihan dapat berperan sebagai prooksidan yang dapat
meningkatkan penghancuran asam lemak dalam sel, terutama pada sel otak.
Konsekuensi gangguan gizi tersebut dapat berdampak pada otak, sistem imun, dan saluran cerna anak autisme. Pengaturan makanan sesuai dengan kondisi anak
sangat membantu memperbaiki keadaan kurang gizi Wijayakusuma, 2004.
2.2. Pemberian Makan pada Anak Autisme
Pola pemberian makan yang baik sangat menentukan keadaan gizi pada seorang anak. Pemberian makanan yang sehat, beragam dan sesuai kebutuhan dapat
mendorong seorang anak untuk dapat hidup sehat. Namun hal ini berbeda untuk anak autisme. Pada anak autisme terdapat beberapa jenis makanan yang tidak boleh
dikonsumsi, hal ini disebabkan karena adanya gangguan pada sistem pencernaan anak. Makanan yang mengandung zat-zat gizi tinggi tidak selamanya dapat dicerna
dan diterima oleh anak penyandang autisme dimana gangguan saluran cerna yang dialami oleh anak autisme antara lain seperti alergi makanan, intoleransi makanan,
intoleransi gluten, intoleransi casein dan sebagainya Judarwanto 2009. oleh karena
itu anak autisme memerlukan diet khusus sebagai terapi penyembuhan dan menghindari masalah kekurangan gizi yang berdampak pada pertumbuhannya secara
fisik dan perkembangannya.
2.3. Faktor Penyebab Gangguan Makan pada Anak Autisme
Terdapat berbagai macam faktor dapat yang menyebabkan gangguan makan pada autisme, antisipasi secara dini dapat dilakukan untuk menghindari hal-hal yang
dapat memperparah kondisi pada anak autisme. Menurut Soenardi dan Soetardjo dalam Yanti 2009, terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya
gangguan makan pada autisme antaralain sebagai berikut :
2.3.1. Gangguan Pencernaan Protein Gluten dan Kasein
Gluten adalah protein tepung terigu dan kasein adalah protein susu. Anak dengan gangguan autisme sering mengalami gangguan mencerna gluten dan kasein.
Menurut P. Deufemia, anak dengan gangguan autisme banyak mengalami leaky guts kebocoran usus. Pada usus yang normal sejumlah kecil peptida dapat juga
merembes ke aliran darah, tetapi sistem imun tubuh dapat segera mengatasinya. Peptida berasal dari gluten gluteomorphin dan peptida kasein caseomorphin yang
tidak tercerna sempurna, bersama aliran darah masuk ke otak lalu ke reseptor “opioid”. Peningkatan aktivitas opioid akan menyebabkan gangguan susunan saraf
pusat dan dapat berpengaruh terhadap persepsi, emosi, perilaku dan sensitivitas. Opioid adalah zat yang bekerjanya mirip morphine dan secara alami dikenal sebagai
“beta endorphin”.
Endorphin adalah penekanpengurang rasa sakit yang secara alami diproduksi oleh tubuh. Pada anak dengan gangguan autisme, kadang-kadang endorphin bekerja
terlalu jauh dalam menekan rasa sakit sehingga anak akan tahan terhadap rasa sakit yang berlebihan. Menurut ilmuwan Christopher Gillberg, pada anak autisme, kadar
zat semacam endorphin pada otak meningkat sehingga dapat menyebabkan gangguan pada fungsi otak. Dari beberapa penelitian pemberian diet tanpa gluten dan kasein
ternyata memberikan respon yang baik terhadap 81 anak autisme.
2.3.2. Infeksi Jamuryeast
Dalam usus terdapat berbagai jenis mikroorganisme misalnya bakteri dan jamur, yang hidup berdampingan tanpa mengganggu kesehatan. Yeast yang dimaksud
di sini adalah sejenis jamur, berupa organisme bersel tunggal yang hidup pada permukaan buah, sayuran, butirbulir, kulit, dan usus. Candida albican adalah sejenis
yeast yang hidup dalam saluran cerna, yang dalam keadaan normal tidak mengganggu kesehatan. Apabila keseimbangan dengan mikroorganisme lain terganggu, maka
salah satu akan tumbuh berlebihan dan dapat menyebabkan penyakit. Pemberian antibiotika seperti amoxicillin, ampicillin, tetracycline, keflex yang terlalu lama dan
sering akan menyebabkan bakteri baik lactobacillus akan ikut terbunuh sehingga akan mengganggu kesehatan. Antibiotik tidak membunuh candida, akibatnya jamur
akan tumbuh subur dan dapat mengeluarkan racun yang melemahkan sistem imun tubuh sehingga mudah terjadi infeksi.
2.3.3. Alergi dan Intoleransi Makanan
Hal lain yang diduga berperan pada masalah autisme adalah alergi dan intoleransi makanan. Gejalanya bermacam-macam, misalnya sakit kepala, sakit perut,
diare, mual, gangguan tidur, cengeng, hiperaktif, agresif, gampang marah, infeksi telinga, dan lain-lain.
Alergi makanan adalah reaksi tubuh terhadap makanan atau komponen makanan yang menyimpang dari normal, melibatkan sistem imun, dan menimbulkan
gejala yang merugikan tubuh. Semua zat yang menyebabkan reaksi imunologi disebut alergen. Apabila alergen masuk ke dalam tubuh, maka zat antibodi terhadap alergen
tersebut dilepas sehingga memicu terjadninya alergi. Potensi terjadinya alergi makanan pada seseorang sering merupakan keturunan. Beberapa makanan yang
sering menimbulkan alergi antara lain ikan, udang, telur, dan susu. Intoleransi makanan merupakan reaksi negatif terhadap makanan dan
menimbulkan beberapa gejala, namun tidak melibatkan sistem imun tubuh. Intoleransi makanan disebabkan kekurangan enzim untuk mencerna zat tertentu
dalam makanan. Misalnya toleransi susu dapat diakibatkan kekurangan enzim laktase yaitu enzim yang memecah laktosa gula susu. Makanan yang sering menimbulkan
reaksi intoleransi adalah susu, telur, gandum, dan kacang-kacangan, serupa dengan makanan yang dapat menyebabkan masalah pada anak autisme. Untuk mendiagnosa
alergi dan intoleransi makanan tertentu, orangtua sering mengalami kesulitan karena reaksi dapat terjadi segera atau sampai 72 jam setelah makan.
2.3.4. Keracunan Logam Berat
Ada hubungan yang jelas antara keracunan logam berat dan berbagai gangguan syaraf. Logam berat seperti timbal Pb, merkuri Hg, arsenik, aluminium,
dan lainnya masuk ke dalam tubuh secara tidak sengaja melalui udara, air, makanan,
obat, kosmetik, vaksinasi, dan sebagainya. Timbal dipakai misalnya dalam bensin, minyak pelumas, cat tembok, batu batere, dan aki mobilmotor. Sedangkan merkuri
Hg banyak dipakai dalam bidang kedokteran sebagai tambal gigi, obat tetes mata, thermometer, tensimeter, kosmetik, juga digunakan dalam mendulang emas,
menyamak kulit, dan mengawetkan gandum supaya tidak berjamur. Aluminium banyak digunakan sebagai alat masak seperti wajan dan panci.
Logam berat merupakan racun keras terhadap susunan saraf pusat, terutama pada anak karena metabolismenya lebih cepat. Keracunan logam berat juga dapat
menyebabkan masalah pada sistem organ tubuh. Misalnya, keracunan merkuri dapat menyebabkan gangguan keseimbangan sel-sel imun dalam tubuh, mengganggu
respon imun terhadap makanan, dan dapat mengakibatkan kekurangan seng dan selenium.
Tes keracunan logam berat dapat dilakukan melalui darah, rambut, dan urinair seni. Bila ternyata menderita keracunan logam berat, maka cara membuang
logam beracun dari tubuh antara lain dengan terapi chelasi.
2.4. Penanganan Gangguan Makan pada Autisme
Gangguan pencernaan kronis tampaknya sebagai penyebab yang paling penting dalam gangguan makan yang terjadi pada anak autisme. Gangguan saluran
cerna kronis yang terjadi adalah imaturitas saluran cerna, alergi makanan, intoleransi makanan, penyakit coeliac dan gangguan reaksi simpang makanan lainnya. Sebagian
besar kelainan reaksi simpang makanan tersebut terjadi karena adanya jenis makanan yang mengganggu saluran cerna anak sehingga menimbulkan kesulitan makan.
Berkaitan dengan hal ini tampaknya pendekatan diet merupakan penatalaksanaan terkini yang cukup inovatif Judarwanto, 2009.
Suatu studi kasus yang dilakukan oleh European Laboratory of Nutrients in the Netherlands pada anak penyandang autisme berumur empat tahun dan mengalami
masalah serius dalam berbicara dan berbahasa, perkembangan sosial serta emosional yang jauh tertinggal.
Setelah dianalisa ditemukan bahwa anak ini kekurangan lima jenis vitamin dan tiga jenis mineral, serta asam amino taurine dan carnitine dalam tubuhnya sangat
rendah, selain itu sistem pencernaannya sangat payah, flora usus yang abnormal dengan indikasi infeksi oleh yeast, test juga menunjukkan ia sensitif terhadap produk
susu serta beberapa makanan yang lain. Kondisi seperti ini adalah hal yang umum bagi penderita autisme.
Terapi yang diberikan berupa makanan yang bebas dari susu dan kasein, pemberian supplemen untuk mengatasi kekurangan nutrisi tadi, lalu kemudian diberi
obat anti jamur Nystatin. Pada umur enam tahun, dia sudah dapat memasuki sekolah untuk anak normal.
Dengan melakukan koreksi diet dan makanan dapat memberikan perbaikan yang sangat signifikan dari penyakit autisme ini. Sebagaimana diketahui gejala dari
autisme sangat beragam, demikian juga pemicu dari penyakit ini, oleh karena itu pedoman diet bagi anak autisme juga sangat bervariasi dan bersifat individu.
Perhatian dan pengalaman orang tua sangat diperlukan untuk mengatur makanan yang dapat menghindarkan anak dari meningkatnya gejala autisme Melilea
Indonesia, 2010.
Penelitian yang dilakukan oleh Megson dalam Lestiani pada 60 anak autisme yang diberikan vitamin A natural dari minyak ikan cod oliver oil selama tiga bulan
atau lebih telah menunjukkan berbaikan gejala inti autisme seperti bahasa, kontak mata, kemampuan sosialisasi dan pola tidur.
Terapi diet harus disesuaikan dengan gejala utama yang timbul pada anak. Berikut beberapa contoh diet untuk anak autisme menurut Soenardi dan Soetardjo
dalam Yanti 2009.
2.4.1. Diet Tanpa Gluten dan Tanpa Kasein
Berbagai diet sering direkomendasikan untuk anak dengan gangguan autisme. Pada umumnya, orangtua mulai dengan diet tanpa gluten dan kasein, yang berarti
menghindari makanan dan minuman yang mengandung gluten dan kasein. Gluten adalah protein yang secara alami terdapat dalam gandumterigu,
havermuthoat, dan barley. Gluten memberi kekuatan dan kekenyalan pada tepung terigu dan tepung bahan sejenis, sedangkan kasein adalah protein susu. Pada orang
sehat, mengonsumsi gluten dan kasein tidak akan menyebabkan masalah yang seriusmemicu timbulnya gejala. Pada umumnya, diet ini tidak sulit dilaksanakan
karena makanan pokok orang Indonesia adalah nasi yang tidak mengandung gluten. Perbaikanpenurunan gejala autisme dengan diet khusus biasanya dapat dilihat dalam
waktu antara 1-3 minggu. Apabila setelah beberapa bulan menjalankan diet tersebut tidak ada kemajuan, berarti diet tersebut tidak cocok dan anak dapat diberi makanan
seperti sebelumnya.
a. Makanan yang dihindari adalah :
- Makanan yang mengandung gluten, yaitu semua makanan dan minuman yang
dibuat dari terigu, havermuth, dan oat misalnya roti, mie, kue-kue, cake, biscuit, kue kering, pizza, macaroni, spageti, tepung bumbu, dan sebagainya.
- Produk-produk lain seperti soda kue, baking soda, kaldu instant, saus tomat dan
saus lainnya, serta lada bubuk, mungkin juga menggunakan tepung terigu sebagai bahan campuran. Jadi, perlu hati-hati pemakaiannya. Cermatibaca label pada
kemasannya. -
Makanan sumber kasein, yaitu susu dan hasil olahnya misalnya, es krim, keju, mentega, yogurt, dan makanan yang menggunakan campuran susu.
- Daging, ikan, atau ayam yang diawetkan dan diolah seperti sosis, kornet, nugget,
hotdog, sarden, daging asap, ikan asap, dan sebagainya. Tempe juga tidak dianjurkan terutama bagi anak yang alergi terhadap jamur karena pembuatan
tempe menggunakan fermentasi ragi. -
Buah dan sayur yang diawetkan seperti buah dan sayur dalam kaleng.
b. Makanan yang dianjurkan adalah :
- Makanan sumber karbohidrat dipilih yang tidak mengandung gluten, misalnya
beras, singkong, ubi, talas, jagung, tepung beras, tapioca, ararut, maizena, bihun, soun, dan sebagainya.
- Makanan sumber protein dipilih yang tidak mengandung kasein, misalnya susu
kedelai, daging, dan ikan segar tidak diawetkan, unggas, telur, udang, kerang, cumi, tahu, kacang hijau, kacang merah, kacang tolo, kacang mede, kacang kapri
dan kacang-kacangan lainnya.
- Sayuran segar seperti bayam, brokoli, labu siam, labu kuning, kangkung, tomat,
wortel, timun, dan sebagainya. -
Buah-buahan segar seperti anggur, apel, papaya, mangga, pisang, jambu, jeruk, semangka, dan sebagainya.
2.4.2. Diet Anti-yeastragijamur
Diet ini diberikan kepada anak dengan gangguan infeksi jamuryeast. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pertumbuhan jamur erat kaitannya dengan gula,
maka makanan yang diberikan tanpa menggunakan gula, yeast, dan jamur.
a. Makanan yang perlu dihindari adalah :
- Roti, pastry, biscuit, kue-kue dan makanan sejenis roti, yang menggunakan gula
dan yeast. -
Semua jenis keju. -
Daging, ikan atau ayam olahan seperti daging asap, sosis, hotdog, kornet, dan lain-lain.
- Macam-macam saus saus tomat, saus cabai, bumburempah, mustard,
monosodium glutamate, macam-macam kecap, macam-macam acar timun, bawang, zaitun atau makanan yang menggunakan cuka, mayonnaise, atau salad
dressing. -
Semua jenis jamur segar maupun kering misalnya jamur kuping, jamur merang, dan lain-lain.
- Buah yang dikeringkan misalnya kismis, aprokot, kurma, pisang, prune, dan lain-
lain.
- Fruit juicesari buah yang diawetkan, minuman beralkohol, dan semua minuman
yang manis. -
Sisa makanan juga tidak boleh diberikan karena jamur dapat tumbuh dengan cepat pada sisa makanan tersebut, kecuali disimpan dalam lemari es.
Makanan tersebut dianjurkan untuk dihindari 1-2 minggu. Setelah itu, untuk mencobanya biasanya diberikan satu per satu. Bila tidak menimbulkan gejala, berarti
dapat dikonsumsi.
b. Makanan yang dianjurkan adalah :