Sikap Ibu tentang Pemberian Makan pada Anak Autisme

pada anak autisme. Untuk itu diharapkan adanya kesadaran dan kemauan ibu untuk lebih aktif mencari informasi yang berhubungan dengan pola makan anak autisme. Rendahnya pengetahuan ibu tentang pola pemberian makan pada anak autisme sangat dikhawatirkan akan berdampak pada kesehatan anak. Menurut Notoatmodjo 2003 Pengetahuan merupakan bagaimana seseorang dapat menyebutkan dan menguraikan sesuatu berdasarkan informasi yang telah ketahuinya melalui panca indera. Seperti penelitian yang telah dilakukan bahwa pengetahuan ibu tentang pemberian makan secara khusus untuk anak autisme masih rendah yang dapat dilihat dari hasil jawaban responden yang tidak mampu untuk menyebutkan, menguraikan sesuatu yang bekaitan dengan pola makan anak autisme. Untuk itu perlu dilakukan beberapa upaya dalam meningkatkan pengetahuan ibu yaitu diharapkan kepada Puskesmas Kota Binjai agar lebih giat mengadakan promosi kesehatan, penyuluhan ke sekolah ataupun ke tempat terapi autisme yang ada di Kota Binjai. Kemudian kepada gurutenaga terapis hendaknya memberikan informasi terkait dengan pola pemberian makan pada anak autisme. Selain itu juga diharapkan kepada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU khususnya departemen gizi agar dapat membantu meningkatkan pengetahuan ibu dengan memberikan penyuluhan kepada ibu tentang pemberian makan pada anak autisme.

5.3. Sikap Ibu tentang Pemberian Makan pada Anak Autisme

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pada umumnya sikap ibu dari anak autisme yang bersekolah dan mengikuti terapi autisme di Kota Binjai memiliki sikap yang berada dalam kategori cukup yaitu sebanyak 59,4. Hal ini karena kebanyakan ibu menunjukkan pernyataan yang benar dalam pemberian makan secara umum maupun pemberian makanan secara khusus untuk anak autisme, walaupun masih ada beberapa pernyataan ibu yang tidak sesuai dengan pola makan diet khusus pada anak autisme, berikut adalah pembahasannya. Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan bahwa pada umumnya ibu setuju untuk memasak makanan yang bervariasi agar kebutuhan gizi pada anak autisme dapat terpenuhi yaitu sebanyak 84,4. Hal ini sesuai dengan 13 pesan dasar gizi seimbang pada poin satu yaitu makanlah makanan yang beraneka ragam, makanan yang bervariasi atau beranekaragam harus mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan serat dalam jumlah dan komposisi yang seimbang. Memakan makanan yang beraneka ragam dapat menjamin kelengkapan zat gizi yang diperlukan tubuh. Sikap responden umumnya setuju untuk tidak menambahkan penyedap rasa ajinomoto, royco, masako untuk membuat makanan menjadi lebih enak, yaitu sebanyak 81,2. Hal ini sesuai dengan pendapat Soenardi dan Soetardjo dalam Yanti 2009 bahwa untuk memberikan makanan pada anak autis pilihlah makanan yang tidak mengandung food additive seperti penyedap rasa ajinomoto, royco, masako dan makanan lainnya yang mengandung monosodium glutamate MSG. Sikap ibu pada umumnya setuju untuk melarang anak mengonsumsi makanan yang dapat menimbulkan alergi yaitu sebanyak 87,5. Hal ini menunjukkan bahwa sikap ibu mendukung untuk melarang anak mengonsumsi suatu makanan yang dapat menyebabkan alergi, dimana kondisi alergi ini dapat memperparah kondisi anak autisme. Hal ini sesuai dengan pendapat Soenardi dan Soetardjo dalam Yanti 2009 bahwa anak autisme umumnya menderita alergi berat, makanan yang dapat meyebabkan alergi harus dihindari, gejala alergi yang ditimbulkan juga bermacam- macam misalnya, sakit kepala, sakit perut, diare, dan lain-lain, alergi yang ditimbulkan juga berbeda-beda pada setiap anak, namun makanan yang sering menimbulkan alergi adalah ikan, udang, telur dan susu, untuk itu perlu juga diperhatikan sumber penyebab dari alergi tersebut. Sikap ibu pada umumnya setuju untuk menyiapkan makanan sesuai dengan pola makan diet khusus pada anak autisme.yaitu sebanyak 59,4. Peryataan ibu telah menunjukkan bahwa ibu memiliki sikap yang positif dalam menyiapkan makanan yang sesuai dengan pola makan diet khusus pada anak autisme. Hal ini sesuai dengan pendapat Judarwanto 2009 bahwa pendekatan diet merupakan pelaksanaan terkini yang cukup inovatif untuk mengatasi gangguan pencernaan yang dialami oleh anak autisme. Sikap ibu pada umumnya setuju untuk memberikan multivitamin pada anak autisme sesuai dengan petunjuk dokter yaitu sebanyak 96,9. Sikap ibu yang positif ini sangat baik apabila dapat dilaksanakan dalam bentuk tindakan, karena menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Vogelaar 2000 dalam Lestiani, meyatakan bahwa dari 20 orang anak autisme 50 nya memiliki kadar zat gizi yang rendah yaitu vitamin A, B1, B3, B5 dan Biotin, selenium, zinc, dan magnesium serta asam amino esensial yaitu omega 3 dan omega 6. Kekurangan vitamin disebabkan karena flora usus yang tidak normal dan sifat pemilih makanan picky eater pada anak autisme, masalah kekurangan vitamin ini dapat diatasi dengan pemberian suplemen secara tepat. Sikap ibu pada umumnya tidak setuju jika susu sapi tidak diberikan pada anak autisme, yaitu sebanyak 87,5. Hal ini sangat bertentangan dengan diet yang seharusnya diberikan untuk anak autisme, dimana adalah satu jenis diet anak autisme adalah bebas kasein yaitu tidak mengonsumsi makanan yang mengandung protein susu sapi. Menurut Soenarti dan Soetardjo dalam Yanti 2009 bahwa anak autisme umumnya menderita alergi berat, dan makanan yang sering menimbulkan alergi salah satunya adalah susu. Selain menghilangkan alergi ternyata diet bebas kasein dapat memberikan efek perubahan perilaku yang lebih baik pada anak autisme. Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek Notoatmodjo, 2003. Sikap hanyalah suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap objek dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menginginkan atau tidak objek tersebut. Sunaryo 2004 menyatakan bahwa faktor penentu sikap juga adalah faktor komunikasi sosial. Informasi yang diterima individu tersebut akan dapat menyebabkan perubahan sikap pada individu tersebut. Positif atau negatifnya informasi dari proses komunikasi tergantung pada seberapa besar lingkungan sosial disekitarnya mampu mengarahkan individu tersebut bersikap dan bertindak sesuai dengan informasi yang diterimanya. Seperti halnya dalam pemilihan, pengolahan, serta penyajian bahan makanan dimana informasi positif yang pernah diterima oleh ibu adalah bahwa jenis makanan yang dimakan oleh anak autisme harus sesuai dengan kebutuhan dan dietnya, seperti tidak mengonsumsi makanan yang mengandung gluten, casein, makanan yang meyebabkan alergi dan sebagainya.

5.4. Tindakan Ibu tentang Pemberian Makan pada Anak Autisme