BAB IV NASYID PONDOK PESANTREN RAUDHATUL HASANAH
4.1 Musik Islam
4.1.1 Pengertian Seni Musik Banyak pengertian seni yang ditulis oleh para ahli dalam buku-
bukunya sebagaimana pada dasarnya manusia yang menyukai segala sesuatu yang indah dan menyenangkan, maka seni adalah usaha untuk
menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan.
57
Menurut Sidi Gazalba 1998 seni adalah bahasa latin yang berasal dari kata ars berarti sesuai dengan etimologi, kata ars tersebut yaitu
membuat barang-barang atau mengerjakan sesuatu, maka seni dalam pengertian yang paling dasar berarti kemahiran atau kemampuan.
Seni juga merupakan manifestasi dari pada budaya.
58
Sedangkan menurut Quraisy Shihab 1996, seni adalah keindahan. Ia merupakan ekspresi ruh dan budaya menusia yang mengandung dan
mengungkapkan keindahan. Ia lahir dari sisi terdalam manusia di dorong oleh kecenderungan seniman kepada yang indah, apapun jenis
Seni adalah fitrah manusia seperti juga makan dan minum bergaul mencari
pengetahuan mengarah kepada kebenaran yang berhubungan dengan manusia.
57
Sidi Gazalba, Islam dan Kesenian; Relevansi Islam dengan Seni Budaya Karya Manusia, Jakarta: Bulan Bintang 1988, hlm. 81
58
ibid., hlm. 82
Universitas Sumatera Utara
keindahan itu. Dorongan tersebut merupakan naluri manusia ataupun fitrah yang di anugerahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya.
59
Seni adalah alat buatan manusia untuk menimbulkan efek-efek psikologi atas manusia lain yang melihatnya. Jadi seni adalah
penjelmaan keindahan yang terdapat dalam jiwa manusia sebagai fitrahnya, yang merupakan manifestasi cipta, rasa, karsa, intuisi dan
karya manusia yang memenuhi syarat estetika yang dapat menimbulkan efek psikologis bagi orang lain yang merasakannya.
Sedangkan musik ialah cetusan ekspresi isi hati, yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bahasa bunyi lagu. Apabila letusan isi hati
tersebut dikeluarkan melalui mulut disebut vokal, dan dikeluarkan dengan alat-alat musik, maka disebut instrumental. Dari pengertian di
atas dapat di katakana bahwa seni musik adalah seni menyusun nada suara yang dibunyikan sedemikian rupa, sehingga mengandung irama,
lagu dan memiliki nilai estetika yang harmonis. Dari definisi di atas dapat di simpulkan bahwa musik adalah ilmu
dan seni mengkombinasikan irama dan nada, baik vokal maupun instrumental, yang didalamnya termasuk rangkaian nada melodi dan
paduan nada harmoni untuk mengungkapkan perasaan. Sugeng Basuki dalam bukunya Sidi Gazalba mengemukakan seni
musik berasal dari bahasa Yunani “muse” yang berarti dewa. Oleh bangsa Yunani kuno, apabila akan menggunakan nama-nama para dewa
59
M. Quraisy shihab, Wawasan Al-Qur’an; Tafsir Maudhu’I atas perbagai persoalan Umar, Bandung: Mizan, 1996, hlm. 385
Universitas Sumatera Utara
seperti dewa Zeus, Apdo dan lainnya, maka mereka harus mempersembahkan bunyi-bunyian kepada dewa Orsis. Karena menurut
mereka musik dalam arti sejarahnya adalah suara bentuk kesenian yang dapat mengeluarkan bermacam-macam perasaan dan jiwa dengan
menggunakan nada sesuai dengan penyajiannya. Musik ada tiga macam, yaitu:
1 Musik vocal Vokal berasal dari perkataan vokal Belanda, voca Itali, volx
Prancis, voice Inggris yang artinya suara. Yang di maksud disini adalah semua suara manusia. Musik vokal itu hanya mempergunakan
suara manusia atau nyanyian saja, tanpa di iringi alat music. Mereka yang mendendangkan musik vokal disebut vokalis.
2 Musik instrumental Instrumental berasal dari perkataan instrumen Itali yang berarti
alat, yang dimaksud disini adalah alat musik seperti biola, terompet dan lain-lain. Musik instrumental penyajiannya hanya menggunakan alat-
alat musik saja, tanpa ada nyanyian. permainan musik instrumental disebut instrumentalia, sedangkan yang memainkannya disebut
instrumentalis. 3 Musik campuran
Musik campuran adalah musik vokal dan musik instrumental yang di sajikan bersama-sama. Tapi pada umumnya yang dipentingkan
adalah vokalnya, sedang instrumentalnya adalah pengiring saja. Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan oleh banyak orang.
Universitas Sumatera Utara
Jadi seni musik adalah ekspresi perasaan dan jiwa manusia sebagai fitrahnya terhadap keindahan yang diungkapkan lewat nada dan irama
baik vokal maupun instrumen yang tersusun dalam melodi dan harmoni dan dapat memberikan efek-efek secara psikologis kepada yang melihat
dan mendengarkannya. Dalam menjelaskan unsur-unsur pokok dalam musik, para ahli
berbeda pendapat. Al-Shofa misalnya, musik adalah yang mengandung lagu lahn, nada naghm dan lengkok iqa’at. Sementara Al Farabi,
musik adalah lagu al-Alhan, yaitu kumpulan ritme yang disusun dengan urutan dan ketentuan tertentu.
Lain halnya dengan Joseph Macholis, menerangkan kalau unsur- unsur penting dalam musik ada lima pokok, Musical line, pergantian
nada-nada yang ada dalam musik, Musical space, harmoni yang menurut phythagoras, harmoni terletak pada nada-nada yang serasi,
Musical time, ritme yang merupakan ketentuan perpindahan musik
dalam waktu, yang mengontrol jarak antara nada satu dengan nada berikutnya. Musical pace, yaitu tempo, ketentuan kecepatan sebuah
musik. Yang kelima Musical color, yaitu warna nada. Nada yang sama menghasilkan suara yang berbeda ketika nada tersebut disuarakan
melalui berbagai macam alat. Perbedaan ini terlihat pada sifat warna nada atau timbre yang dimiliki oleh setiap instrumen. Timbre ini
berfungsi untuk memfokuskan impresi musik yang kita dengar, warna
Universitas Sumatera Utara
nada ini mengarahkan imajinasi gaya suara kepada karakter khusus yang dimiliki oleh musik tersebut.
60
Sementara aksi panggung dalam sebuah pertunjukan musik, tidaklah harus dengan gerakan lincah ataupun super aktif. Karena dalam
penyampaian pesan dalam musik adalah melalui expresi nada dan iramanya, bukan gerakannya. Karena gerakan yang berlebihan akan
menimbulkan efek negatif dan apabila efek negatif itu ditiru banyak orang maka kita yang akan menanggung dosanya, seperti hadits yang
diriwayatkan Ibnu Majah.
“Barang siapa menciptakan kebiasaan yang baik, lalu kebiasaan itu dikerjakan orang lain, maka ia mendapat pahala. Dan barang siapa
menciptakan kebiasaan buruk, lalu kebiasaan itu dikerjakan orang lain, maka dia yang menanggung dosanya”.
Oleh karena itu ajaran Islam harus menyertai kita dimanapun dan kapanpun kita berada. Sekalipun pada saat menyanyi, menyempurnakan
pesan dakwah lewat musik.
61
Dalam sejarah agama Islam, seni musik bukan tergolong hal yang baru. Pada masa Rosulullah dan para sahabat, secara teori, seni musik
belum dikenal masyarakat Islam, walaupun pada saat itu dalam prakteknya seni sudah lebih dulu di kenal.
Hal ini terlihat dari betapa merdu dan indahnya suara adzan yang dilantunkan oleh Bilal. Betapa Umar bin Khotob seorang panglima
60
Abdul Muhayya, Bersufi Melalui Musik : Sebuah Pembelaan Musik Oleh Ahmad Al Ghozali, Yogyakarta : Gramedia, 2003, hlm. 28.
61
Kathur Suhardi, Inul Lebih dari Segelas Arak, Jakarta : Darul Falah, 2003, hlm. 47
Universitas Sumatera Utara
perang yang gagah berani hatinya luluh ketika mendengarkan kemerduan dan keindahan seni bacaan al-Qur’an. Jadi secara tidak di
sadari seni sudah ada dalam sejarah perkembangan agama Islam. Perkembangan Tamadun dalam pengertian perkembangan terhadap
kebudayaan yang tinggi berlangsung di zaman daulah atau khalifah Abbasiyah. Terjadi peralihan dari kehidupan desa yang sederhana
kepada kehidupan kota yang mewah, dari masyarakat tertutup kepada masyarakat terbuka, dari menjauhi dunia kepada pendekatan dunia.
Pantulan perubahan itu kelihatan pada seniman yang menyertai masyarakat dalam perkembangan cita rasanya, menemukan diri dalam
perkembangan karya. Dunia seni mengalami revolusi. Kekayaan kebendaan dan kemewahan melanda kehidupan,
sehingga sering terjadi kerusakan perimbangan antara dunia dan akhirat, ketika aktivitas dunia dari kawalan agama. Dalam kesenian hal
ini menyatakan diri pada karya-karya yang tidak lagi memperpadukan nilai estetika dan nilai etika Islam. Walaupun demikian dunia seni umat
Islam mengalami perkembangan luar biasa sejalan dengan perkembangan luar biasa tamaddunnya.
62
Satu abad lamanya tamaddun Islam menyalin kitab-kitab Yunani, Persi dan India. Diantara kitab-kitab yang disalin itu adalah kitab-kitab
ilmu musik. Setelah mereka pelajari kitab musik Yunani dan India, ahli- ahli Islam menciptakan kitab-kitab musik baru dengan jalan
memperbaharui, menambah dan menyempurnakan alat, system dan
62
Sidi Gazalba, Op.Cit., hlm. 168
Universitas Sumatera Utara
teknik musik. Maka seni musik menjadi ilmu tersendiri dalam tamaddun Islam.
Perhatian kepada pendidikan musik telah diberikan semenjak akhir zaman Muawiyah. Dalam zaman Abasiyah perhatian yang amat besar
untuk perkembangan pendidikan musik di berikan oleh para khalifah dan pembesar. Sekolah musik tingkat menengah dan tinggi di didirikan
di berbagai kota. Faktor yang menggalakan pendirian sekolah-sekolah musik ialah keahlian bernyanyi dan bermusik merupakan salah satu
syarat untuk mendapatkan pekerjaan.
63
Umat Islam yang merupakan pelopor yang mendirikan kilang alat musik. Pembuatan alat alat itu menjadi suatu cabang seni halus. Pusat
kilang pembuatan alat-alat musik yang amat terkenal ialah Sevilla di Andalusia. Alat-alat yang di keluarkan oleh kilang ini ialah mizbar
kecapi klasik, ad qodim kecapi lama, ud kamil kecapi lengkap, syahrud kecapi lengkung, marabba’ semacam gitar, gitara gitar,
kamanja’semacam rebab, ghisyak semacam rebab.
64
4.1.2 Sejarah Musik Islam Dalam masyarakat Islam, tampaknya musik tidak pernah menjadi
topik maupun bagian dari studi-studi religius Islami. Dengan demikian analisis terhadap musik di dunia Islam hanya mungkin dilakukan dari
pendekatan-pendekatan di luar studi tersebut. Sehubungan dengan itu analisis tersebut tampaknya hanya dapat dilakukan secara lebih
63
Ibid., hlm. 165
64
Ibid., hlm. 170
Universitas Sumatera Utara
mendalam melalui pendekatan ilmu-ilmu umum. Di antara berbagai ilmu umum yang telah memberikan perhatian khusus terhadap musik di
dunia Islam ialah bidang studi seni musik yang secara umum kajian- kajiannya berada dalam lingkup pembahasan musikologi maupun
etnomusikologi. Hampir semua sumber referensi musikologi yang populer di masyarakat hingga saat ini menggunakan pendekatan
sejarah. Sebagai contoh ialah Beard dan Gloag 2005 yang menyertakan lima konsep yang terkait dengan sejarah, yaitu: Historical
musicology, historicism, historigraphy, dan history, dari 90 konsep
musikologi yang dipetakannya. Hubungan musikologi dengan sejarah bukanlah hal yang mengherankan karena musikologi pada dasarnya
ialah studi ilmiah tentang musik yang mencakup kajian-kajian yang luas, khususnya meliputi berbagai studi historis, komparatif, dan juga
sistematis Randel, 1978: 327. Di antara beberapa musikolog Barat yang tertarik untuk menggali
sejarah music Islam ialah Amnon Shiloah 1995. Ia berpendapat bahwa sumber-sumber literatur sejarah musik Islam tertua diperkirakan berasal
dari abad ke-9, atau kira-kira 250 tahun setelah kelahiran Islam. Walaupun akurasi penelusurannya tidak dapat dijamin sepenuhnya.
Musik Islam, baik dari jenis-jenis religius, tradisional maupun klasik, memang lahir bersamaan dengan kelahiran Islam dan mencapai
puncaknya hingga akhir abad ke-15, yaitu ketika berakhirnya masa keemasan Islam saat itu. Namun demikian, keberadaanya tidak bisa
dilepaskan begitu saja dari akar budaya Arab sehingga pengupasan
Universitas Sumatera Utara
sejarah musik Islam tidak akan lengkap tanpa melihat juga budaya musik pra-Islam.
Penelusuran sejarah musik Islam yang pernah dilakukan hingga saat ini senantiasa menyertakan musik Arab sebelum masa Islam. Hal
tersebut dapat dimaklumi karena ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW pada dasarnya tidak menghapus budaya Arab atau
meninggalkan sepenuhnya nilai-nilai budaya lama yang melatar belakanginya, melainkan merevisinya sehingga tidak bertentangan
dengan ajaran Islam, bahkan kemudian mengembangkannya sebagai seni Islami yang berkualitas tinggi. Lebih jauh lagi, Islam pada
dasarnya menghargai capaian-capaian artistik bangsa Arab Jahiliyah di bidang seni, khususnya sastra. Karena perkembangan musik Islami
berakar dari seni sastra Arab, maka dapat dimaklumi jika secara musikologis musik Islamis memiliki hubungan dengan karakteristik
seni praIslam. Puisi Arab pra-Islam dihormati karena kepersisannya, serta kekayaan kosakata, struktur-struktur yang rumit, sistem-sistem
syair, dan sikuen tematiknya, yang telah benar-benar berkembang. Sebagai contoh bentuk-bentuk pra-Islam yang kini dikenal sebagai
bentuk-bentuk sastra Islami, diantaranya ialah: Qasidah, Madh, dan Mu’allaqat. Seiring dengan itu, Islam sendiri pada dasarnya juga bukan
suatu agama yang sama sekali baru namun merupakan puncak penyempurnaan berbagai keyakinan samawi yang telah terlebih dahulu
ada Shiloah, 1995:3 jo Fariq, 1997:38.
Universitas Sumatera Utara
Kenyataan di atas membuktikan bahwa keberadaan musik Islam memiliki latar belakang yang jauh, yaitu kebudayaan Arab pra-Islam.
Itulah sebabnya walaupun bersifat universal, kebudayaan Islam sendiri tidak bisa lepas dari aspek-aspek kearaban atau ‘urubah. Dengan
demikian bukanlah hal yang mengada-ada jika karakteristik musikal berbagai bentuk seni vocal Islamis yang kita kenal selama ini
sesungguhnya berakar dari budaya yang telah ada sebelumnya, yaitu Arab pra-Islam: Faruqi, I, 1991:19, 7778.
Sebelum masa Islam, musik adalah bagian dari kehidupan harian masyarakat padang pasir yang berfungsi sebagai pelengkap pertemuan-
pertemuan umum untuk menyambut para peziarah rumah suci Ka’bah, dan pemberi motivasi serta semangat para pejuang dan musafir. Di
antara jenis lagu-lagu pertama yang populer saat itu ialah Hudâ’, yang darinya kemudian diturunkan Ghinâ, kemudian, Nashb, Sanad,
Rukbaanî , dan lagu-lagu tarian yang dikenal dengan istilah Hazâj.
Sumber tertua yg dapat memberikan gambarkan musik pra-Islam, ialah Kitâb allahw Wa’lMalâhî
Buku tentang distraksi dan alat-alat musik oleh Abû’l Qasim ‘Ubaydallah ibn Khurradâdhbih wafat tahun 911,
seorang ahli geografi. Di antara bentuk-bentuk yang telah berkembang secara musikal
ialah lagu-lagu dan tarian-tarian komunal yang mampu meningkatkan kehangatan perayaan-perayaan keluarga dan mengiringi perjalanan haji
ke Tanah Suci maupun penyambutan kepulangannya. Disamping itu juga berkembang musik-musik fungsional untuk pertemuan-pertemuan
Universitas Sumatera Utara
sosial dimalam hari. Lagu-lagu tersebut dinyanyikan di pemukiman para musyafir oleh para musisi penyair, baik laki-laki maupun
perempuan, dalam kelompoknya masing-masing. Mereka menerapkan teknik pengucapan yang menghasilkan bunyi menghidung dalam
melagukan ayat-ayat sederhana secara spontan dan improvisasi. Lagu- lagu tersebut menggunakan bentuk-bentuk yang saling merespon, atau
bersahut-sahutan, terkait dengan fungsi sosialnya. Melalui bentuk tersebut, audiens dapat turut berpartisipasi pada saat-saat tertentu, yaitu
dengan menyanyi, menari, bertepuk tangan, dan bermain rebana. Jika dibandingkan dengan teksnya yang seringkali ditambahkan,
penambahan melodi atau lagu baru sangat terbatas. Para pengamat memperkirakan bahwa bentuk-bentuk lain yang menggunakan istilah-
istilah asing, masih memiliki kaitan dengan jenis-jenis musik Arab kuno tersebut; misalnya: Nashb, Sanad Thaqîl, Sanad Khafîf, dan
Ahzâdj Shiloah, 1995:6.
Musik Arab pra-Islam juga pernah mengalami periode musik yang lebih memperhatikan aspek-aspek artistik dan hiburan dengan
pencapaian teknis dan musikal yang tinggi, daripada sekedar fungsional. Pada saat itu kompetisi puisi dan pentas-pentas musikal
yang diselenggarakan di pasar-pasar Arab, khususnya Ukaz di Arab Barat, telah menarik perhatian hampir semua sastrawan musisi dari
wilayah Arab dan sekitarnya. Musiknya yang lebih rumit dari musik harian para musafir, umumnya dibawakan oleh Qaynat, gadis-gadis
penyanyi istana yang juga menyanyi di rumah-rumah pembantu
Universitas Sumatera Utara
bangsawan dan hotel-hotel. Saat itu seni sastra dan musik merupakan satu kesatuan kompetensi karena pembacaan berbagai bentuk syair
dilakukan dengan cara dinyanyikan dan beberapa di antaranya diiringi
oleh rebana Shiloah, 1995:6.
4.1.2.1 Musik Pada Masa Permulaan Islam Pada beberapa hadis, sebagai sumber utama Islam kedua
setelah Al Qur’an, terdapat bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW membolehkan musik, khususnya
yang memiliki fungsi sosial dan religius tertentu, di antaranya seperti lagu-lagu penyemangat perang, lantunan-lantunan ziarah
haji, dan lagu-lagu perayaan pernikahan atau hari-hari besar, baik untuk didengar perorangan maupun umum Baghdadi,
1991:1518. Pada sekitar tahun 622-623 Masehi, Nabi
merekomendasikan lantunan azan yang berfungsi sebagai pemberitahuan waktu-waktu shalat dan ajakan untuk datang
salat berjamaah di masjid. Azan yang dapat dikatakan merupakan salah satu dari jenis-jenis musik religius Islam yang
penting dalam rangkaian peribadatan Islam, pertama kali dikumandangkan oleh Bilal, seorang penyanyi Abisinia, yang
kemudian menjadi acuan para pengumandang azan Muazin di seluruh dunia Islam. Seiring dengan persebaran Islam ke negara-
negara lain di luar tanah Arab dan pertemuan budaya Islam
Universitas Sumatera Utara
dengan kebudayaan lain, azan, dan musik religius Islam lainnya pun mengalami penyesuaian dengan budaya-budaya lokal
Shiloah 1997: 169. Dalam waktu 12 tahun sejak wafatnya Nabi Muhammad
SAW, Islam tersebar ke Syria, Iraq, Persia, Armenia, Mesir dan Cyrenaica bagian dari Libya saat ini. Kontak budaya dengan
negeri-negeri tersebut dengan sendirinya berdampak pada perkembangan budaya musikal bangsa Arab. Rezim Empat
Kalifah ortodoks 532-660 yang sangat tegas saat itu tidak banyak berpengaruh pada dominasi kesenangan dan antusiasme
terhadap kenikmatan hidup di Mekah dan Madinah. Periode empat khalifah pertama merupakan the golden age of Islam,
yang dikenal juga sebagai masa Khulafa Rasyidin atau The Pious Caliphs
, yaitu masa empat kepemimpinan Islam pertama yang terdiri dari Abu Bakr as-Siddiq tahun 632-634, ‘Umar
Ibn al-Khattab tahun 634-643, ‘Utsman Ibn ‘Affan tahun 644- 656, dan ‘Ali Ibn Abi Thalib tahun 656-661 Khan, 2001:ix
x. Keluarga-keluarga kaya, menyewa budak-budak yang berbakat dalam musik, yang kemudian dibebaskan setelah
kontraknya habis. Para musisi tersebut kemudian menjadi pilar- pilar kehidupan musik Arab. Kompetisi di antara para pemusik
terekspresikan melalui konser-konser di rumah keluarga dan di
Universitas Sumatera Utara
salon-salon
65
Walaupun kini musik dipertunjukkan di gedung-gedung konser, namun pada mulanya musik kamar diadakan di rumah
atau di dalam ruangan yang tidak terlalu besar dengan jumlah audiens yang terbatas. Pada saat itu pertunjukan musik kamar
dihadiri oleh audiens khusus seperti kenalan-kenalan dan para ahli musik connoisseurs. Dari tradisi musikal Mekah dan
Madinah, terbentuklah generasi musik Islami selanjutnya. Proses pendidikan dimulai dari pendekatan tradisional,
kemudian meningkat pada audisi reguler dari musik-musik terbaik para virtuoso. Melalui ambisi dan usaha keras dari musik
mereka, para musisi negara-negara Islam yang baru di luar Arab telah memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan
teknik-teknik, instrumen-instrumen, dan elaborasi bentuk- bentuk musikal baru. Salah satu capaian musik Islam saat itu
ialah pengembangan sistem penalaan ‘Ûd Arab. Talaan Lute Persia diterapkan pada ‘Ûd Arab dan pengaturan sistem modal
pada berbagai melodi serta ritmenya disesuaikan dengan musik Arab serta diberi kodifikasi baru. Talaan ‘Ûd Arab berdawai 4
yang asli dari dawai teratas hingga terbawah ialah: agdc. Disebabkan oleh pengaruh Persia, talaan tersebut menjadi lebih
dan pememberian hadiah pada musisi-musisi terbaik Shiloah, 1995: 12.
65
istilah “salon” berkaitan dengan bentuk musik pada abad ke-17, dan abad ke-18. Berkaitan dengan istilah chamber music, karakteristik bentuk pertunjukan pada jaman Klasik dengan jumlah pemain yang sedikit,
terdiri dari dua hingga 18 orang.
Universitas Sumatera Utara
teratur dengan mengganti talaan dawai teratas dan terbawah yang masing-masing berjarak kwint dari kedua senar berurutan
di antaranya. Dengan demikian dari dawai ke dawai berjarak kwint, yaitu: A E G D A Spring, 2001:26; Gushee dan Hiley,
2002:2728. Di antara musisi wanita yang terkenal saat itu ialah Azza al-
Mayla yang trampil membawakan gaya menyanyi al-Ghinâ’ ar- Raqîq,
atau nyanyian lembut gentle song. Rumahnya berfungsi sebagai sebuah salon yang paling terkenal di kota Madinah, dan
hampir kebanyakan musisi terkenal di kota tersebut tampil di salon tersebut atas sponsor darinya. Di samping Azza al-Mayla,
musisi terkenal wanita lainnya ialah Jamila, yang di sekitarnya dikelilingi para musisi, penyair dan para selebriti. Sementara itu
musisi pria yang terkenal saat itu di antaranya ialah Thuways, yang tertarik pada gaya musikal melodi-melodi nyanyian yang
dibawakan oleh budak-budak yang berasal dari Persia. Ia kemudian mengimitasi melodi-melodi tersebut dan
mengembangkannya. Penyanyi pria lain yang juga tidak kalah populernya saat itu adalah Sha’ib Khathir, anak seorang budak
Persia yang sangat berbakat. Lagu-lagu yang dibawakan mereka umumnya diiringi oleh instrumen-instrumen khas Arab seperti
Lute ‘Ud, Rebana Duff, dan tongkat perkusi atau disebut Qadlib
Shiloah dalam EB, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Kehidupan musik di Mekah dan Madinah memiliki kesesuaian dengan beberapa keterangan dari hadis-hadis
Rasulullah SAW yang mengklarifikasi bahwa Madinah bahkan pernah menjadi pusat musik nyanyian sejak jaman Jahiliyah.
Hal tersebut karena dibandingkan dengan Mekah, penduduk kota tersebut memang lebih menyukai nyanyian. Tersirat pada
beberapa hadis bahwa Rasulullah SAW pernah memperkenalkan seorang penyanyi dan mempertunjukkan bakat penyanyi
tersebut kepada Aisyah, istri beliau. Beliau juga pernah mengirimkan Arnab, seorang penyanyi cantik yang dijuluki
“Jamilah sang penyanyi” sebagai hadiah pertunjukan untuk suatu pesta pernikahan pengantin suku Anshar. Abu Bakar
pernah menjumpai dua orang penyanyi sedang mempertunjukkan kebolehannya di hadapan Aisyah. Rasulullah
SAW bersama beberapa sahabat pernah menyaksikan pertunjukan menyanyi oleh hamba sahaya di sebuah pekarangan
yang diselenggarakan atas sponsor Hasan, dan diakhir pertunjukan beliau mengekspresikan ketidakberatannya
Qardawi, 2002:194-196. 4.1.2.2 Musik Klasik di Dunia Islam
Gaya musik Islam klasik mengalami perkembangan yang signifikan pada masa Kekhalifahan Ummayah 661-750 M.
Istana-istana di kawasan ibu kota kekhalifahan yang saat itu dipindahkan ke Damaskus, Syria, diramaikan oleh para musisi,
Universitas Sumatera Utara
baik pria maupun wanita. Walaupun elemen-elemen asing non- Arab memainkan peranan yang sangat penting dalam musik
mereka, namun sebagian besar musisi terkenal saat itu memiliki latar belakang kelahiran dan kebudayaan Arab. Dengan
demikian latar belakang kebangsaan telah memberikan kontribusi terhadap khasanah karakteristik musik di suatu
wilayah kebudayaan. Musisi periode Ummayah pertama yang paling terkenal ialah
Ibn Misjah, yang dikenal sebagai “bapak musik Islam.” Misjah yang lahir dari sebuah keluarga Persia di Mekah, adalah ahli
teori musik, penyanyi, dan virtuoso Lute. Ia mempelajari teori serta praktek musik Persia dan Bizantium di Syria dan Persia. Ia
banyak menggabungkan berbagai pengetahuan musik yang diperolehnya ke dalam “lagu seni” art song khas Arab,
mengadopsi elemen-elemen baru seperti modus-modus musik asing, dan menolak ciri-ciri lain yang tidak cocok dengan gaya
musik Arab. Di samping Ibn Misjah yang dijuluki “bapak music Islam,” terdapat musikolog Islam lain yang dijuluki “bapak
musik” oleh kritikus Barat, Sir Huvert Parry, yaitu Shafi al Dîn karena dua karya monumentalnya, yaitu Syarafiya dan The
Book of Musical Modes . Kontribusi musikologis Ibn Misjah
terdapat dalam sumber informasi terpenting mengenai kehidupan musik pada tiga abad pertama Islam, yaitu Kitab
alAghani “The Book of Songs” karya Abuu al-Faraj al-
Universitas Sumatera Utara
Isybahani, pada abad ke10. Walaupun demikian informasi teoretis tersebut bukanlah yang pertama karena dua abad
sebelumnya, Yuunus al-Katib, seorang penulis buku teori musik Arab, telah terlebih dahulu mengkompilasi koleksi lagu-lagu
Arab. Musisi lain yang juga terkenal pada periode ini ialah: 1 Ibn Muhriz, keturunan Persia; 2 Ibn Surayj, putra seorang
budak Persia yang terkenal karena elegi-elegi dan improvisasi- improvisasinya murtajal; 3 Al-Gharidh, seorang murid Ibn
Muhriz, yang memiliki latar belakang kelahiran dari keluarga Berber; dan 4 Ma’bad, seorang Negro. Seperti halnya Ibn
Surayj, Ma’bad memiliki suatu gaya personal khusus yang kemudian diadopasi oleh generasi-generasi penyanyi yang
datang kemudian. Buku karya Abu al-Faraj al-Isybahani yang diterjemahkannya sebagai “The Great Book of Song” tersebut,
tersusun dari 21 jilid. Sedemikian komprehensifnya buku tersebut sehingga Ilmuwan Muslim terkenal saat itu, yaitu Ibn
Khaldun, menyebutnya sebagai “biang musik” Hosein, 1979:38
Pada akhir masa Ummayah, elemen-elemen yang berbeda dari musik Arab dan musik bangsa-bangsa non-Muslim yang
kemudian memeluk Islam, tergabung ke dalam gaya musik Islamis klasik. Dengan berdirinya kekalifahan Abbasiyah pada
tahun 750 M. Baghdad menjadi pusat musikal terdepan saat itu. Masa kekalifahan Abbasiyah merupakan periode keemasan
Universitas Sumatera Utara
Golden Age untuk musik Islam. Pada saat itu penguasaan musik, yang seakan-akan merupakan keharusan bagi setiap
orang yang terpelajar, di antaranya berkaitan dengan virtuositas, teori estetika, sasaran-sasaran etis maupun terapis, pengalaman
mistis, dan spekulasi matematis. Di samping itu para pemusik profesional juga diharuskan memiliki penguasaan teknis, daya
kreatif, dan pengetahuan ensiklopedis yang memadai. Di antara para pemusik Abbasiyah terbaik ialah Ibrahim al-Mawshili dan
Ishaq. Hampir semua anggota keluarga bangsawan Persia saat itu ialah pimpinan musisi-musisi istana dan sahabat-sahabat
dekat dua kalifah, yaitu Harun ar-Rasyid dan al-Ma’mun Sabini 1976:2223.
Ishaq al-Mawsili, seorang penyanyi, komposer, dan virtuos ‘Ud Arab, adalah seorang musisi Abbasiyah yang hebat. Sebagai
seorang musisi yang berkebudayaan luas, ia telah menulis sekitar 40 buku dalam bidang musik, baik berkaitan dengan toeri
maupun kumpulan karya-karya musik, yang kabarnya telah banyak yang hilang Shiloah dalam EB 2006.
Lute saat itu merupakan instrumen favorit yang banyak digunakan untuk mendemonstrasikan temuan-temuan teoretis
dari para ahli musik. Menurut Kitab al-Aghani, Ishaq adalah penemu teori modus-modus melodi musik Islam yang pertama.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu karyanya, Ashbi’, yang berarti “jari-jari”, adalah teori penyusunan modus-modus menurut fret-fret ‘Ud dan
penempatan jari-jari tangan kiri yang berkaitan dengannya: Shiloah, 1997:164
Pada bagian atas setiap lagu terdapat petunjuk-petunjuk mengenai modus dan jenis-jenis interval terts dengan kualitas
mayor, minor, dan netralmurni, serta modus ritmis, yang digunakan untuk lagu tersebut. Terts ialah ialah sebuah interval
yang menjangkau tiga nada berurutan dalam suatu susunan tangga nada. Interval tersebut bervariasi dalam ukuran yang
pasti tanpa kehilangan karakternya. Musik Barat menggunakan terts mayor dan minor sedangkan kebanyakan musik non-Barat
dan musik rakyat menggunakan terts murni netral, yang ukurannya terdapat di antara mayor dan minor. Terts murni
dalam musik Islam yang kira-kira diperkenalkan pada masa tersebut, memberikan kontribusi terhadap penambahan jumlah
modus melodi dari delapan hingga 12 macam dengan cara membuat lebih banyak interval sebagai landasan dalam
membangun melodi-melodi baru. Sementara itu jumlah modus- modus ritmis bervariasi dari enam hingga delapan, dengan
struktur dan isi yang berbeda-beda Wright, 1992: 681. Kemajuan musik di dunia Islam pada masa Ummayah, tidak
hanya terjadi dalam bidang pendidikan dan pertunjukan, baik artistik maupun hiburan, melainkan juga dalam bidang
Universitas Sumatera Utara
kritikmusikologis. Sehubungan dengan itu Ishq dan Ibrahim al- Mawshili aktif berpartisipasi dalam perdebatan di antara aliran
modernism Romantik Persia yang cenderung pada antusiasme dekoratif, dan Klasikisme Arab yang sederhana dan tingkat-
tingkat kesulitan artistik yang bervariasi. Aliran modernisme Persia didukung oleh Ibn Jami’ dan penyanyi terkenal Pangeran
Ibrahim ibn al-Mahdi, sementara aliran klasik lama didukung oleh Mawshilis. Pada paruh kedua abad ke-8, literatur Islamis
mengenai teori musik pernah menjamur di pusat-pusat kebudayaan Islam. Warisan karya-karya ilmiah musik bangsa
Yunani mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Para sarjana Arab yang akrab dengan literatur Yunani, menunjukkan
produktivitasnya dengan mempersembahkan buku-buku baru dan penerbitan ulang bagian-bagian tertentu dari buku-buku
Yunani. Dalam karya-karyanya, mereka memperluas, menggubah, mengembangkan, dan menyumbangkan kejelasan
baru teori-teori musik Yunani. AlKindi, filsuf terkenal yang secara mendalam sangat fasih dalam ilmu-ilmu Yunani, menulis
lebih dari 13 karya tulis tentang musik, termasuk di antaranya ialah beberapa literatur musikal Arab tertua yang hingga kini
masih bertahan. Ia juga memperdalam teori etos ta’tsir dan aspek-aspek kosmologis dari musik. Lihat sub bahasan: “The
Umayyad and Abbasid dynasties: classical Islamic music” dalam EB 2006.
Universitas Sumatera Utara
Ikhwan ash-Shafa, sebuah persaudaraan yang terdiri dari para filsuf Islam, memiliki peran yang penting dalam
pengembangan pengetahuan musik di dunia Islam pada abad ke- 10 M. Persaudaraan ini memberikan perhatian yang besar pada
tema ta’ tsir dan kosmologi musik yang didalami oleh Al- Kindi. Mereka mencapai teori baru mengenai bunyi yang
mengungguli teori-teori kuno Yunani. Di samping Al-Kindi dan Ikhwan ash-Shafa, periode ini juga telah diramaikan oleh para
filsuf lain yang mendalami teori musik secara khusus, seperti di antaranya ialah al-Farabi dengan karyanya Kitab al-Musiqi al-
Kabir , dan Ibn Sina, pelopor ilmu kesehatan, yang di Eropa
dikenal dengan nama Avicenna. Mereka aktif bergelut dengan topik-topik yang berkaitan dengan teori bunyi, interval, jenis-
jenis musik dan sistem-sistem yang menyertainya, komposisi, ritme, dan instrumen-instrumen. Hal serupa juga dilakukan oleh
As-Sarakhsi, kemudian oleh tokoh sejamannya, Tsabit ibn Qurrah, dan murid Ibn Sina yaitu Ibn Zayla. Ahli teori musik
terakhir pada periode Abbasiyah adalah Shafi ad-Din yang membuat kodifikasi elemen-elemen praktis modal yang
kemudian dikenal sebagai sistem musikal tingkat lanjut dan menjadi model acuan bagi generasi-generasi berikutnya. Banyak
dari warisan-warisan teori musik dan karya-karyanya yang ditulis di antara abad ke-13 dan abad ke-19, kemudian
diterapkan ke dalam berbagai kelipatan tradisi-tradisi lokal Shehadi, 1995:3449.
Universitas Sumatera Utara
4.1.2.3 Musik Islam di Spanyol Musik di Spanyol mengalami kemajuan sejak masuknya
Islam. Pusat musik Spanyol pertama berada dalam koordinasi pemerintah Ummayah dan kemudian berpindah ke Berber
Almoravids, penguasa Afrika Utara dan Spanyol abad ke-11 dan ke-12; Setelah kejatuhan Almoravids kemudian dikembangkan
Almohads. Bertemunya Islam dengan budaya-budaya lain di Spanyol telah menstimulasi perkembangan musik wilayah
Andalusia. Tokoh musik terkenal saat itu ialah Ziryâb abad ke- 9, murid Ishâq al-Mawshili. dikabarkan karena iri pada
gurunya, ia beremigrasi dari Bagdad ke Spanyol. Berkat Ziryab, seorang virtuoso vokal dan musisi terdepan di istana Cordoba,
dalam pengembangan musik Andalusia, ‘Ud Arab yang sebelumnya bersenar empat, saat itu ditambah hingga menjadi
lima dawai. Kontribusi lain ialah bentuk komposisi baru, dan inovasi dalam metode pengajaran menyanyi. Dan kemudian,
saat itu Sevilla menjadi pusat pembuatan alat-alat musik termaju di seluruh dunia. Kelahiran Vihuela di Spanyol, yaitu gitar pada
permulaan Renaisans yang bersenar lima, tampaknya terinspirasi oleh instrumen-instrumen Arab, maupun Persia, khususnya ‘Ud
Arab. Pada periode Spanyol, berkembang syair-syair puitis baru seperti Muwashshah dan Zajal, yaitu bait dan meter irama
yang lebih bebas dibanding bait formal, Qashîdah. Inovasi tersebut membuka jalan bagi perkembangan bentuk-bentuk
Universitas Sumatera Utara
musikal baru, khususnya Nawbahs. Di antara warisan musik Islam Spanyol ialah komposisi 24 Nawbahs tradisional.
Nawbahs adalah bentuk kumpulan lagu, baik untuk vokal
maupun instrumental, dan baik dalam gaya bebas maupun bermetrik, yang ke-semuanya disatukan oleh modus-modus
melodi dan pola-pola ritmis. Dalam sejarah musik Barat, fenomena musikal semacam ini baru populer pada abad ke-17
atau jaman Barok, dengan istilah Suite. Dalam sejarah musik Islam, EB 2006
Kemunduran pusat-pusat Islam di Spanyol dan berkembangnya gerakan sekularisme Eropa berdampak pada
mengendornya dominasi Islam di negara tersebut secara bertahap hingga 1492 M. Kekuasaan politik melemah namun
jejak-jejak peradaban Islam tetap ada sehingga memberikan kontribusi yang besar terhadap kemajuan peradaban Barat. Sejak
melemahnya pusat-pusat penting budaya Islam di Timur, yaitu Baghdad pada tahun 1258 M, dan di Barat, yaitu Granada pada
tahun 1492, kejayaan musik Islampun tersaing oleh budaya musik baru di Barat yang terstimulasi oleh gerakan Renaisans
Pendle 1963:28-29. Alat-alat musik dari budaya Islam akhirnya tergeser oleh
tiga jenis Vihuela, yang merupakan instrumen baru khas Spanyol. Vihuela de Arco digesek dengan alat penggesek
tampaknya merupakan nenek moyang keluarga instrument
Universitas Sumatera Utara
gesek; Vihuela de Pendola dipetik dengan plectrumpick bukannya tidak mungkin telah menginspirasi jenis-jenis
insturmen keyboard kuno yang menjadi nenek moyang piano sehubungan dengan kemiripan mekanisme produksi suara
instrumen-instrumen tersebut dengan petikan plectrum; Vihuela de Mano
dipetik dengan tangan jari-jari menjadi gitar klasik yang ada saat ini. Sementara itu beberapa instrumen warisan
budaya Islam, termasuk ‘Ud Arab dan Arbab, diekspor ke Afrika Utara, dan sebagian ke Eropa Barat. Sementara jenis-
jenis klasik menghilang, jenis-jenis tradisional tersebar ke berbagai wilayah Islam di luar Spanyol. Beberapa di antaranya
dilestarikan dan menerima pengaruh-pengaruh baru dari penguasa-penguasa Mongol dan Turki. Sementara musik Turki
yang memiliki pengaruh budaya Arab dan Persia yang sangat kuat hingga 1918, tersebar ke seluruh wilayah yang dikuasainya
dari Balkan hingga Tunisia, Persia menikmati kemandirian artistik dalam kebudayaan musiknya selama masa tersebut
Randel, eds, 1978: 541. Setelah kemunduran dunia Islam, sejak Renaisans Barat justru mengalami kemajuan di bidang
musik yang berlangsung intensif dari abad ke abad. Berkembangnya kolonialisasi bangsa-bangsa Barat di wilayah
Timur pada abad ke-19, telah mempertegas hilangnya tradisi- tradisi musik klasik Islam yang sempat mempersatukan budaya
masyarakat dunia Islam. Namun demikian dunia budaya modern
Universitas Sumatera Utara
Islam diwarnai oleh kontrak-kontrak musikal dengan Barat dan percampuran musik Islam tradisional dengan musik Barat.
4.1.3 Pandangan Islam Terhadap Seni Musik Seni musik mempunyai kedudukan yang berbeda-beda dalam
pandangan ulama. Ada pendapat yang memperbolehkan seni musik, ada juga yang melarang bahkan mengharamkannya. Diantara mereka ada
yang membuka lebar-lebar terhadap setiap macam lagu dan warna musik, dengan alasan karena yang demikian itu halal, dan merupakan
salah satu aktivitas yang baik dalam kehidupan, yang dibolehkan Allah bagi hamba-hamba-Nya. Ada yang mematikan radio atau menutup mata
dan telinganya ketika mendengar lagu apapun seraya mengatakan, “Lagu adalah seruling setan, perkataan yang tak berguna serta
penghalang orang untuk berdzikir kepada Allah dan mengerjakan shalat”. Terutama suara wanita yang menyanyi, menurut mereka, suara
wanita dengan tidak menyanyi pun adalah aurat, bagaimana pula jika menyanyi ?. sebagian lagi ada yang menolak sama sekali segala macam
musik apapun musik ilustrasi pengantar siaran berita. Kelompok ketiga bersikap ragu-ragu diantara dua kelompok ini,
kadang cenderung pada kelompok pertama, di saat yang lain ikut pada kelompok yang kedua. Kelompok yang ketiga ini dan jawaban yang
memuaskan dari Ulama dalam masalah penting yang menyangkut perasaan dan kehidupan manusia sehari-hari ini, terutama sesudah
masuknya berbagai media informasi yang dapat didengar dan dilihat, yang telah memasuki rumah-rumah dan disertai dengan hal-hal yang
Universitas Sumatera Utara
serius dan yang lucu-lucu dan menarik pendengaran orang dengan lagu- lagu dan musiknya suka ataupun tidak suka. Sebuah perdebatan yang
cukup serius boleh tidaknya umat Islam bermain musik ataupun menyanyikan sebuah lagu. Ulama yang mengharamkan musik dan
nyanyian mengemukakan antara lain, bahwa musik dan nyanyian adalah jenis hiburan, permainan atau kesenangan yang bisa membawa
orang lalai lengah dari melakukan kewajiban kewajibannya, baik terhadap agama, misalnya shalat terhadap diri dan keluarganya, seperti
lupa studinya atau malas mencari nafkah, maupun terhadap masyarakat dan negara, seperti mengabaikan tugas organisasinya atau tugas negara.
Tampaknya dalil syar’i yang dipakai ulama yang mengharamkan musik dan nyanyian itu adalah yang disebut saddu al-dzari’ah, yang artinya
menutupmencegah hal-hal yang dapat mengantarkan orang kedalam hal-hal yang dilarang oleh agama. Misalnya melihat aurat wanita bukan
muhrim dan bukan istrinya adalah haram, karena perbuatan itu bias mendorong orang kepada perbuatan yang tercela berbuat cabul, zina
dan sebagainya. Demikian pula wanita, dilarang memperlihatkan bagian auratnya kecuali pada suaminya, anak-anaknya, dan orangorang
yang tersebut dalam Surat al-Nuur ayat : 3. Larangan ini juga dimaksudkan untuk menjaga keselamatan dan kehormatan wanita itu
sendiri dan juga untuk tidak merangsang kaum pria.
66
Banyak dalil yang digunakan ulama baik yang diambil dari al- Qur’an maupun dari hadits Nabi Muhammad saw. Diantaranya dalil
66
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqdyah, Bandung : PT. Gunung Agung, 1997, hlm. 98.
Universitas Sumatera Utara
tersebut adalah pertama mereka mengharamkan lagu berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud dan Ibnu Abbas serta
sebagian tabi’in bahwa mereka mengharamkan nyanyian berdasarkan firman Allah Swt.
Artinya : “Dan diantara manusia ada orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan
manusia dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan
menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan
memperoleh adzab yang menghinakan”. Q.S. Lukman : 6
Dalil berikutnya adalah al-Qur’an surat al-Qashash ayat 55;
Artinya : “Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat mereka berpaling daripadanya…
” Al Qashash : 55
Nyanyian bagi mereka termasuk al-laghwu perkataan yang tidak berguna maka wajib berpaling dari padanya.
67
Dalil yang ketiga adalah hadits Rasulullah saw. yang artinya :
“Setiap permainan yang dilakukan oleh seorang mukmin maka itu suatu kebatilan, kecuali tiga permainan; permainan suami dengan
istrinya, pelatihan terhadap kudanya dan melempar anak panah dari
busurnya”. H.R. Ashhabus Sunan Munhthorib.
Dalil yang keempat adalah hadits Nabi yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari yang merupakan hadits mu’allaq, dari Abi Malik atau Amir Al Asy’ari, satu keraguan dari perawi dari Nabi saw, ia berkata:
“Benar-benar akan ada suatu kaum dari umatku yang menghalalkan kemaluan zina, sutera, khomar minuman keras dan alat-alat
musik”.
68
67
Yusuf Qordhawi, Seni dan Hiburan Dalam Islam, Jakarta : Al-Kautsar, 1998, hlm.
HR. Bukhari.
68
Al Imam Zainuddaini Ahmadubnu Abdullatif Azzabaedi, Muhtashor Shohih Bukhori, Juz Awal : Darul Kitab Libanon, hlm. 451
Universitas Sumatera Utara
Adapun ulama yang membolekan orang Islam belajar musik dan nyanyian, memainkan, dan mendegarkan mengemukakan alasan-alasan,
antara lain sebagai berikut:
Artinya : “Pada dasarnya segala sesuatu itu halal boleh, sehingga ada dalil yang jelas menunjukkan keharamannya
”. Yusuf Qordhawi 38 : 1998
69
.
Menikmati musik dan nyanyian itu sesuai dengan fitrah manusia dan naluri yang memang suka kepada hal-hal yang enak
, lezat, indah,
menyenangkan, mempesona, mengasyikan, dan memberi kedamaian dan ketenangan dalam hati, seperti musik dan nyanyian.
70
Artinya : “Dijadikan indah pada pandangan manusia kemauan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang
banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan disisi
Allah-lah tempat kembali yang baik surga
”.
Sebagaimana yang diingatkan oleh Allah swt dalam al Qur’an surat Ali Imran ayat 14
:
71
Ali Imran : 14
Tentang menyanyinya dua budak wanita di rumah Nabi saw, di sisi Aisyah Ra. Dan bentakan Abu Bakar terhadap kedua wanita itu beserta
perkataannya, “Seruling syetan di rumah Nabi”, ini membuktikan bahwa kedua wanita itu bukan anak kecil sebagaimana anggapan
sebagian orang. Sebab kalau wanita itu bukan anak kecil, pasti tidak akan memancing kemarahan Abu Bakar ra.
69
Abdul Wahab Khalaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam Ilmu Ushul Fiqh, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1994, Hlm. 140
70
Yusuf Qordhawi, Seni dan Hiburan Dalam Islam, Jakarta : Al-Kautsar, 1998, hlm.
71
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung : Gema Risalah Press, 1989, Hlm. 167
Universitas Sumatera Utara
Yang menjadi penekanan disini adalah jawaban Nabi saw kepada Abu Bakar dan alasan yang dikemukakan oleh Rasulullah saw, bahwa
beliau ingin mengajarkan kepada kaum Yahudi bahwa di dalam agama kita itu ada keluwesan. Beliau diutus dengan membawa agama yang
bersih dan mudah. Ibnu Majah juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata,
”Aisyah pernah menikahkan salah seorang wanita dari familinya dengan laki-laki Anshar, maka Rasulullah Saw datang dan bertanya,
“Apakah kalian sudah memberi hadiah pada gadis itu?” Mereka berkata, “ya sudah”. Nabi berkata, “Belum”. Maka Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya sahabat Anshar itu kaum yang senang hiburan, kalau seandainya kamu kirimkan bersama gadis itu orang yang menyanyikan
“kami datang kepadamu… kami datang kepadamu… selamat untukmu
”.
Tidak ada dalam Islam sesuatu yang baik artinya dan yang dianggap baik oleh jiwa yang bersih dan akal yang sehat kecuali telah
dihalalkan oleh Allah sebagai kasih sayang untuk semua
72
. Karena risalah yang universal dan abadi, sebagaimana Allah swt berfirman:
Artinya : “Mereka menanyakan kepadamu, “Apakah yang dihalalkan bagi mereka?” katakanlah, “Dihalalkan bagimu yang baikbaik
”.
73
QS. Al Maidah : 4.
Imam Al Ghazali membantah orang yang berkata, “Sesungguhnya nyanyian itu perbuatan sia-sia dan permainan”
dengan bantahannya “Dia memang demikian, tetapi dunia seluruhnya
72
Qordhawi, Op.Cit., hlm. 252
73
Departemen Agama RI, Op. Cit., Hlm. 158
Universitas Sumatera Utara
perbuatan sia-sia dan permainan ”. Dan, segala macam senda gurau
bersama wanita adalah perbuatan sia-sia, kecuali perkawinan yang bertujuan memperoleh anak. Sedangkan berguraukelakar yang tidak
jorok hukumnya halal”. Demikian itu diriwayatkan dari Rasulullah saw dan dari para sahabat. Dikutip dari Yusuf Qordhawi
Menurut Quraisy Shihab 1999 tidak ada larangan menyanyikan lagu di dalam Islam. Bukankah Nabi saw pertama kali tiba di Madinah,
beliau disambut dengan nyanyian “Thala al-badru ‘alaina min Tsaniyaah al-wadaa
”?. Ketika ada perkawinan, Nabi juga merestui nyanyian yang menggambarkan kegembiraan. Yang terlarang adalah
yang mengandung makna-makna yang tidak sejalan dengan ajaran Islam.
Imam Al Ghazali mengecam mereka yang mengharamkan musik atau nyanyian, walaupun dia mengakui adanya larangan Nabi saw,
tetapi dia mengaitkan larangan mendengarkan musik atau nyanyian itu dengan kondisi yang menyertainya, atau dampak negative yang
dilahirkannya. Al-Marhum Mahmud Syaltut, pemimpin tertinggi Al Azhar Mesir,
dalam buku Fatwa fatwanya, seperti dikutip oleh Quraisy Shihab, menegaskan bahwa para ahli hukum Islam telah sepakat tentang
bolehnya nyanyian guna membangkitkan kerinduan melaksanakan haji, semangat bertempur, serta dalam peristiwaperistiwa gembira seperti
lebaran, perkawinan, dan sebagainya. Adapun selain itu, memang
Universitas Sumatera Utara
dipersilahkan, tetapi semua alasan untuk melarangnya selama tidak menimbulkan dampak negatif tidak dapat dibenarkan.
74
Kalangan sufi Islam bertanggapan,bahwa ilham turun pada manusia melalui gairat. Dalam kalangan sufi, musik adalah suatu yang harus
ada. Imam Ghazali pernah berkata, bahwa Gairat diperoleh manusia dengan perantaraan mendengarkan musik, untuk itu, maka Al Ghazali
mengarang sebuah kitab musik yang bernama ”Musik dan Gairat”, yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan Musik and Ecstasy. Musik
dan nyanyian penting benar, kata Ghazali, untuk memperoleh Gairat Tuhan. Dengan musik dan nyanyian lebih lekas diperoleh nikmat
Tuhan. Ahli-ahli sufi Islam berpendapat, bahwa musik dan nyanyian dapat
menyembuhkan penyakit jiwa dan penyakit badan, dan music bisa menjadi obat. Teori ini telah dipraktekkan oleh para sarjana barat
dewasa ini. Al-Kindi sendiri telah mempraktekkan musik sebagai jalan untuk menyembuhkan seorang hartawan yang telah lama menderita
sakit. Pelajaran dari terapi musik doctrinair of musical therapheutics, sekarang telah diterima orang dalam lapangan ilmu pengetahuan.
Bahkan para sufi menempatkan musik sebagai sesuatu yang sangat penting keberadaannya. Walaupun ada para ulama yang memiliki
dalildalil yang melarang musik, tetapi sejarah menjelaskan kepada kita bahwa musik diperbolehkan hukumnya oleh Islam, apa lagi seni music
74
Quraisy Shihab, Fatwa-fatwa Seputar Wawasan Agama, Bandung : Mizan, 1999, hlm. 8 - 14
Universitas Sumatera Utara
Nasyid yang memang dijadikan sebagai alat atau media dakwah untuk mencapai tujuan yang mulia.
Acuan normatif berupa dalil-dalil diatas, ada sejumlah hal sangat elementer yang bias diungkapkan dan dielaborasi. Pertama, bahwa
Islam sama sekali tidak pernah mempunyai ajaran untuk melawan kecenderungan fitrah manusia yang senang kepada hal-hal yang enak
dan menyenangkan, seperti musik. Kedua, selama tidak melalaikan orang dan mengingat Tuhan, musik adalah sesuatu yang boleh. Maha
Agung Tuhan yang telah mengkaruniai manusia kecenderungan- kecenderungan alamiah untuk senang kepada hal-hal yang bersifat
hiburan, seperti musik. Ketiga, nyanyian harus diperuntukkan buat sesuatu yang tidak bertentangan dengan etika Islam. Kalau nyanyian itu
penuh dengan syair-syair yang bertentangan dengan etika Islam, maka menyanyikannya haram.
75
Dari ungkapan diatas, bisa mengambil sebuah kesimpulan bahwa seni music diperbolehkan selagi orang yang menyanyi atau yang
mendengarkan lagu tidak terlena yang akhirnya meninggalkan kewajibannya, baik kewajiban dengan Allah ataupun dengan sesame
manusia. Jadi seni musik diperbolehkan selama ia tidak diikuti atau dikaitkan
dengan hal-hal yang menyimpang dari ajaran Islam. Bahkan para sufi menempatkan musik sebagai sesuatu yang penting keberadaannya.
75
Yusuf Al- Qordhowi, Fiqh Musik dan Lagu, Penerjemah Tim LESPISI, H. Ahmad Fulex Bisyri, H. Awan Sumarno Lc, H. Anwar Musthofa, Mujahid, Bandung : LESPISI, 2002, hlm . 163.
Universitas Sumatera Utara
Walaupun ada para ulama yang memiliki dalil-dalil yang melarang musik. Tapi sejarah telah menjelaskan kepada kita bahwa musik
diperbolehkan hukumnya oleh ulama Islam, apalagi musik yang dimaksud di sini adalah sebagai alat atau media untuk
mengkomukasikan pesan-pesan dakwah untuk mencapai tujuan yang mulia.
4.1.4 Sistem Musik Arab Musi
Maqam Arab Arab: maqam, jamak: maqamat adalah sistem yang
digunakan dalam mode melodi musik Arab tradisional, yang terutama melodi. Kata maqam dalam bahasa Arab berarti tempat, lokasi atau
peringkat. Maqam-maqam Arab adalah jenis melodi. Maqam adalah teknik improvisasi yang mengembangkan nada-nada, pola, dan
pengembangan nada musik dan untuk seni musik Arab yang unik. Ada tujuh puluh dua bentuk scale maqam. Di bangun dari berbagai
jarak nada atau laras. Setiap maqam di bentuk dari scale, dan membawa tradisi yang mendefenisikan frasa yang lazim, melodi penting,
pengembangan melodi dan modulasi. Kedua komposisi dan improvisasi dalam musik Arab tradisional didasarkan pada sistem maqam. Maqam
dapat direalisasikan dengan musik baik vokal atau instrumental. Maqam muncul pertama kalinya pada abad ke empat belas yang
ditulis oleh sheikh Al-Safadi dan Abdulqadir al-Maraghi, dan sejak itu pula digunakan sistem music dalam music arab. Maqam adalah struktur
Universitas Sumatera Utara
yang mencirikan seni music di Negara Afrika utara, timur tengah dan asia tengah.
4.1.4.1 Tuning sistem Maqam arab di dasarkan pada scale pada 7 nada yang di
ulang-ulang di dalam satu oktav. Beberapa maqam memiliki dua atau lebih scale alternatif misalnya Rast, Nahawand dan Hijaz.
Scale maqam pada musik tradisional arab ialah microtonal, tidak didasarkan pada 12 nada yang biasa dipakai pada tuning sistem
musik modern barat. Sebahagian besar scale maqam terdiri dari perfect fifth
atau perfect fourth atau keduanya dan semua oktaf ialah perfect. Scale maqam mugkin atau tidak mungkin
mengandung nada yang jatuh pada semitone. Oleh karena itu maqam kebanyakan diajarkan secara lisan.
4.1.4.2 Notasi Karena microtonal tidak praktis dalam penotasian, maka
sistem notasi musik Arab pada pergantian abad ke-20 disederhanakan. Dimulai dengan kromatis scale. Scale Arab
dibagi menjadi 24 nada, sama dengan seperempat tone. Di mana seperempat tone sama dengan setengah dari semitone dalam 12
tone diatonis barat. Maqam-maqam tersebut terbentuk dari suatu bahan nada
dasar yang disebut Jins jamak: Ajnas. Ajnas terdiri dari 3
Universitas Sumatera Utara
nada trichords, 4 nada tetrachords, dan 5 nada pentachords.
4.1.4.3 Jenis-jenis maqam `Ada puluhan maqam arab, terlalu banyak untuk di uraikan,
termasuk Persia dan Turki yang amat banyak. Sulit untuk menemukan daftar lengkap pada maqamat Arab yang di setujui
semua buku pelajaran, atau referensi yang lengkap, mana yang benar-benar maqam Arab dan yang mana maqam Turki atau
Persia. Ada juga maqamat lokal yang hanya digunakan di beberapa wilayah di dunia Arab misalnya Irak dan Afrika
Utara, dan tidak diketahui oleh yang lain. Tapi maqamat yang paling banyak digunakan dan dikenal terdapat sekitar 30 sampai
40 maqam. Disini akan diuraikan maqam-maqam yang umum di
gunakan, terutama di negara-negara di timur tengah: 1
Ajam Trichord Ajam trichord
terdengar sangat mirip dengan 3 not pertama dalam skala mayor di Musik Klasik Barat, dengan not ke 3
disetel sedikit lebih rendah. Hal ini membuat lebih mellow dari skala mayor.
Universitas Sumatera Utara
2 Jiharkah Trichord
Jiharkah Trichord terdengar sangat mirip dengan 3 not pertama dalam skala mayor di Musik Klasik Barat. not ke 3
disetel sedikit lebih rendah dari skala mayor, dan bahkan lebih rendah dari pada di Trichord Ajam.
3 Sikah Trichord
Salah satu suara yang paling umum dalam musik Arab. Beberapa buku menyatakan Trichord ini sebagai 3 tetrachords
yang berbeda, tergantung pada interval tonal berikutnya yang mungkin: 12 nada disebut Huzam Tetrachord, 34 nada disebut
Irak Tetrachord, dan 1 nada disebut Sikah Tetrachord. 4
Mustaar Trichord Ini adalah Trichord yang sangat jarang. Ini varian dari
Trichord Sikah, dengan not ke 2 dinaikan 12 nada. Beberapa buku menyatakan Trichord ini sebagai 3 tetrachords yang
berbeda, tergantung pada kemungkina interval tonal berikutnya: 12 nada, 34 dan 1 nada.
5 Bayati Tetrachord
Salah satu suara yang paling umum dalam musik Arab. Di tuning dengan not ke 2 Eb sedikit lebih rendah dan lebih
mellow dari Eb yang digunakan dalam Rast dan Sikah.
Universitas Sumatera Utara
6 Busalik Buselik Tetrachord
tetrachord Busalik kadang-kadang disebut Ushaq terdengar sangat mirip dengan dengan 4 not pertama di skala minor dalam
Musik Klasik Barat. Di tuning dari not ketiga dimainkan lebih rendah dari pada di tetrachord Nahawand. Perbedaan tuning
sekitar 19 lebih rendah dari nada istilah ini dikenal sebagai koma di msuic Turki.
7 Hijaz Tetrachord
Salah satu suara yang paling umum dalam musik Arab. Eb disetel sedikit lebih tinggi dari biasanya, sedangkan F disetel
sedikit lebih rendah, dalam rangka untuk mempersempit perbedaan nada 1 12 dan membuatnya lebih mellow.
8 Kurd Tetrachord
Tetrachord Kurd terdengar sangat mirip dengan 4 not pertama dalam modus Phrygian dalam musik klasik Barat.
9 Nahawand Tetrachord
Tetrachord Nahawand terdengar sangat mirip dengan 4 not pertama dari skala minor dalam Musik Klasik Barat.
10 Rast Tetrachord
Universitas Sumatera Utara
Salah satu suara yang paling umum dalam musik Arab. not ke-3 jatuh antara 3 minor dan 3 mayor dalam Musik Klasik
Barat. 11
Saba Tetrachord Tiga not pertama adalah bagian dari Bayati tetrachord. Juga
not 3 dan 4 biasanya digunakan untuk memulai tetrachord Hijaz. 12
Zamzama Tetrachord Ini adalah tetrachord yang sangat jarang. 3 not Pertama
adalah bagian dari Kurdi tetrachord. Ini adalah versi barat dari Saba dengan not ke 2 berubah dari nada seperempat menjadi
semitone. 13
Nawa Athar Pentachord Ini kadang-kadang disebut pentachord Nikriz. 3
not pertama adalah bagian Nahawand tetrachord. Juga 3 not terakhir biasanya digunakan untuk memulai tetrachord Hijaz.
Beberapa buku menyatakan tetrachord sebagai pentachord dengan G sebagai not ke 5, dalam rangka untuk menyelesaikan
tetrachord Hijaz. 14
Athar Kurd Pentachord tetrachord ini adalah variasi dari tetrachord Nawa Athar,
dengan not ke 2 diturunkan 12 nada. 3 not pertama adalah bagian dari tetrachord kurdi.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Nasyid