mengidentifikasi musiknya. Dengan itu penulis mengambil judul “Studi Deskriptif
Nasyid pada Pondok Pesantren Raudhatul Hasanah di Medan”.
1.2 Pokok Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang tertera diatas maka penulis menemukan beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas pada tulisan ini,
diantaranya adalah:
1. Bagaimana Pertunjukan Nasyid dan unsur-unsur pendukungnya yang
disajikan oleh santri Pondok Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan. 2.
Bagaimanakah aspek musikal dari Pertunjukan Nasyid di Pondok Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan.
3.
Apakah fungsi
Nasyid tersebut bagi Santri dan santriwati di Pondok
Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan tersebut.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan yang harus dicapai pada ahirnya, Di dalam penulisan ini terdapat beberapa tujuan dan manfaat yang
ingin di capai, disesuaikan dengan latar belakang serta pokok permasalahan yang
sudah ada. Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Mendeskripsikan Pertunjukan Nasyid dan unsur-unsur pendukung pertunjukan Nasyid tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui seluruh aspek musikal dari Pertunjukan Nasyid
di Pondok Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan tersebut. 3.
Untuk mengetahui fungsi
Nasyid tersebut bagi Santri dan santriwati
di Pondok Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan tersebut.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan pengetahuan tentang keberadaan dan proses
Pertunjukan Nasyid dan unsur-unsur pendukung pertunjukan Nasyid
tersebut di Pondok Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan. 2.
Merupakan bentuk pengaplikasian ilmu yang diperoleh penulis selama studi di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Sumatera Utara 3.
Untuk menambah wawasan dan menambah referensi di kampus tentang Pertunjukan Nasyid dan unsur-unsur pendukungnya .
1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep
Konsep merupakan defenisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan antara variable-variabel mana yang kita ingin menentukan hubungan empiris
Mely, 1990:21. Maka dari itu penulis memberikan pengertian dari beberapa istilah yang terdapat dalam judul tulisan ini.
Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun
fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena
Universitas Sumatera Utara
yang satu dengan fenomena lainnya Sukmadinata, 2006:72. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan
sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang
kecendrungan yang tengah berlangsung. Furchan 2004:447 menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak
ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperiman.
Penelitian deskriptif mempunyai karakteristik-karakteristik seperti yang dikemukakan Furchan 2004 bahwa 1 penelitian deskriptif cendrung
menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur- ketat, mengutamakan obyektivitas, dan dilakukan secara cermat. 2 tidak adanya
perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, dan 3 tidak adanya uji hipotesis. Kata Nasyid berasal dari bahasa Arab, ansyada-yunsyidu, artinya
“bersenandung”. Definisi nasyid sebagai format kesenian adalah senandung yang berisi syair-syair keagamaan. Akan tetapi, ada banyak versi mengenai pengertian
nasyid itu sendiri. Misalnya dari sebuah artikel disebutkan bahwa arti nasyid atau anasyid
jamak itu sendiri adalah lantunan atau bacaan, sementara istilah nyanyian dalam bahasa Arab adalah Al-Ghina, bukan nasyid.
9
Pondok menurut Dhofier 1983:18 ialah rumah atau tempat tinggal sederhana yang terbuat dari bamboo. Disamping itu kata pondok mungkin berasal
9
Lih. Tulisan Novi Hardian dalam situs: multiply.com
Universitas Sumatera Utara
dari bahasa Arab “Funduq” yang berarti “Hotel atau Asrama”. Dengan kata lain Pondok merupakan tempat penampungan sederhana bagi para pelajar yang jauh
dari asalnya, dan merupakan tempat tinggal kyai bersama santrinya, dengan demikian para santri dapat mengikuti pelajaran yang diberikan kyai dengan baik
dan pondok juga dapat dijadikan tempat training atau latihan bagi santri agar mampu hidup mandiri dalam masyarakat.
Menurut Mujamil Qamar 2005:2 ia menyimpulkan bahwa “pesantren” didefenisikan sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan
pelajaran agama Islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen. Maka pesantren kilat atau pesantren ramadhan yang diadakan
di sekolah-sekolah umum misalnya tidak termasuk dalam pengertian ini. Terdapat pula beberapa defenisi lain mengenai pesantren yang
dikemukakan oleh para ahli, seperti defenisi yang diberikan oleh Mastuhu. “Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari,
memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingya moral keagamaan sebagai pedoman prilaku sehari-hari”.
Defenisi lain yang diberikan oleh Sudjoko Prasodjo, “Pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikan,
di mana seorang kyai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama abad
pertengahan, dan para santri biasanya tinggal di pondok asrama dalam pesantren tersebut.
Ar-Raudhatul hasanah diambil dari bahasa arab yang ,artinya “taman
surga yang indah”, merupakan nama pondok pesantren yang telah disepakati oleh
Universitas Sumatera Utara
para pendiri pesantren tersebut. Dan dicetuskan pada tahun 1982, yaitu ketika pesantren itu berdiri.
10
1.4.2 Teori
Teori adalah salah satu acuan yang digunakan oleh penulis untuk menjawab masalah-masalah yang timbul dalam tulisan ini atau dengan kata lain
teori adalah landasan berfikir dalam pembahasan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari buku-buku dan dokumen-dokumen. Menurut Snelbecker 1974:31 teori
adalah sebagai seperangkat proposisi yang terintegrasi secara sintaksis yaitu yang memiliki aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan
yang lainya dengan data dasar yang diamati dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati baca Lexi J.Moleong
dalam buku yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif 2000:34. Dengan ini maka penulis akan menggunakan beberapa teori yang berkaitan
dengan masalah penelitian, diantaranya sebagai berikut: Pertama, dalam menganalisi aspek musikologis, penulis menggunakan teori Weighted Scale yang
dikemukakan oleh William P. Malm 1977:8 bahwa terdapat 8 unsur yang harus diperhatikan: 1 tangga nada, 2 nada dasar, 3 wilayah nada, 4 jumlah
masing-masing nada, 5 interval yang dipakai, 6 pola-pola kadensa, 7 formula melodi, 8 kontur.
Kedua, untuk melihat perkembangan yang terjadi dalam nasyid sebagai suatu kebudayaan, penulis menggunakan teori perubahan oleh Kingsley David; ia
berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bgian dari perubahan-perubahan
10
Lihat di situs www.raudhah.ac.id
Universitas Sumatera Utara
kebudayaan. Perubahan kebudayaan mencakup bagian kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, dan filsafat. Pengertian kebudayaan mencakup bagian
kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, dan filsafat. Pengertian kebudayaan itu mencakup segenap cara berfikir, tingkah laku yang timbul karena interaksi yang
bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pirikan atau ide secara simbolis. Salah satu faktor yang mendorong jalanya proses perubahan adalah kontak dengan
kebudayaan lain baca Shin Nagawa, dalam bukunya “music dan Kosmos : Sebuah Pengantar Etnomusikologi 2000.
Ketiga, Menurut Koentjaraningrat 1996 : 142 semua konsep yang kita perlukan untuk menganalisa proses-proses pergeseran masyarakat dan
kebudayaan disebut sebagai dinamika sosial. Beberapa konsep tersebut antara lain adalah: 1 proses belajar kebudayaan sendiri, yang terdiri dari internalisasi,
sosialisasi, dan enkulturasi, 2 Evolusi kebudayaan dan difusi, 3 Proses pengenalan unsur-unsur kebudayaan asing, yang meliputi: akulturasi dan
asimilasi; dan, 4 proses pembaruan atau inovasi atau penemuan baru. Untuk mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan dan fungsi
musik tersebut penulis mengacu kepada teori penggunaan dan fungsi musik. Teori ini seperti yang dikemukakan oleh Merriam, 1964:219-222 mengatakan secara
implisit bahwa penggunaan uses dilakukan dalam konteks upacara, yang dapat dilihat saat itu juga, sedangkan fungsi function mempunyai dampak yang lebih
jauh dan dalam. Merriam menawarkan ada sepuluh fungsi musik antara lain : 1 fungsi pengungkapan emosional, 2 fungsi penghayatan estetika, 3 fungsi
hiburan 4 fungsi perlambangan, 5 fungsi reaksi jasmani, 6 fungsi
Universitas Sumatera Utara
komunikasi, 7 fungsi kesinambungan kebudayaan, 8 fungsi yang berkaitan dengan norma sosial, 9 fungsi pengesahan
Untuk menganalisis hubungan musik dengan teksnya, penulis menggunakan teori dari Alan P Merriam. Penulis mengacu pada teorinya yang
mengatakan salah satu sumber pokok yang dapat kita pakai untuk memperdalam pengertian perilaku manusia dalam hubungannya dengan musik adalah pada teks
nyanyian. Teks merupakan bahasa, bukan musik. Tetapi teks merupakan bagian integral dari musik. Bahasa yang digunakan berbeda dengan bahasa yang
digunakan sehari-hari. Unsur teks yang akan dianalisis adalah makna denotatif sebenarnya, konotatif kiasan, dan gaya bahasanya.
Untuk melihat hubungan antara teks dengan melodi, penulis menggunakan teori Malm, 1977:8 mengatakan apabila setiap nada dipakai
untuk setiap silabel suku kata, gaya ini disebut silabis, sebaliknya bila suatu silabel dinyanyikan dengan nada-nada yang berjumlah banyak disebut melismatis.
Kedua teori ini penulis gunakan untuk menganalisis melodi musik nasyid. Dalam hal transkripsi terhadap nasyid, penulis berpedoman kepada teori
Nettl, 1964:98 yang memberikan dua pendekatan yaitu : 1.
Kita dapat menguraikan dan menganalisis apa yang kita dengar. 2.
Kita dapat menulis apa yang kita dengar tersebut di atas kertas, dan kita mendeskripsikan apa yang kita lihat tersebut. Dalam hal notasi musik,
penulis mengacu kepada tulisan Charles Seeger, 1971:24-34, yang mengemukakan bahwa ada dua jenis notasi yang dibedakan menurut
tujuan notasi tersebut :
Universitas Sumatera Utara
Pertama adalah notasi preskriptif, yaitu notasi untuk seorang penyaji
bagaimana ia harus menyajikan sebuah komposisi musik, selanjutnya dikatakan notasi ini merupakan pedoman tentang bagaimana musik tertentu itu dapat
diwujudkan oleh pemain musik. Kedua
adalah notasi deskriptif, yaitu suatu laporan yang disertai notasi secara lengkap tentang bagaimana sebenarnya suatu musikal dalam suatu
pertunjukan diwujudkan. Transkripsi ini digunakan untuk analisis. Untuk pendekatan analisis, penulis menggunakan dan membuat transkripsi yang
deskriptif. Untuk mendukung pembahasan dari segi musikologis tersebut diperlukan
suatu transkripsi. Menurut Nettl, 1964:99 bahwa pengertian transkripsi adalah proses menotasikan bunyi, membuat bunyi menjadi sumber visual. Dalam
membicarakan pendeskripsian dari ritem, analisis bentuk, frase dan motif-motif. Selanjutnya, Nettl, 1964:148-150 menyarankan bahwa untuk
mendeskripsikan ritem sebaiknya dimulai dengan membentuk harga-harga not yang dipakai dalam sebuah komposisi dan menerangkan fungsi dan konteks
masing-masing nada. Selanjutnya pola ritem yang sering diulang, sebaiknya dicatat.
Merriam membagi penggunaan musik kedalam 5 lima kategori, yaitu: 1 Hubungan musik dengan kebudayaan material, 2 Hubungan musik dengan
kelembagaan sosial, 3 Hubungan musik dengan manusia dan alam, 4 Hubungan musik dengan nilai-nilai estetika, 5 hubungan musik dengan bahasa. Penggunaan
uses musik berhubungan dengan kebiasaan-kebiasaan folkways memainkan musik tersebut, baik sebagai aktifitas yang berdiri sendiri atau dalam aktifitas
yang lain.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Untuk meneliti pertunjukan Musik
Nasyid ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Kirk Miller dalam Moleong, 1990:3 yang mengatakan:
“
Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam
kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang dalam bahasa dan peristilahannya”.
Penelitian dilakukan mengacu pada pengetahuan tentang musik nasyid di pondok pesantren Raudatul Hasanah yang menjadi studi kasus penelitian ini.
Dalam penelitian ini penulis melakukan beberapa tahapan penelitian; 1 melihat tulsan-tulisan yang berkaitan dengan objek penelitian. 2 mengumpulkan data-
data di lapangan yang diperoleh melalui wawancara, dokumentasi, dan observasi. 3 penelitian di laboratium, yaitu menganalisis data yang diperoleh di lapangan.
1.5.1 Studi Kepustakaan
Maksud dari studi kepustakaan ialah studi yang dilakukan untuk memperoleh data berupa tulisan-tulisan yang berasal dari buku-buku, jurnal,
majalah, skripsi-skripsi sarjana yang berbubungan dengan objek penelitian. Di sini penulis akan membaca dan mencari istilah-istilah penting yang berkaitan
dengan tulisan tersebut, dan mengambil data-data yang sesuai untuk melengkapi tulisan. Diantaranya yaitu buku yang di tulis oleh Oemar Amin Housin denga
judul Kultur Islam : Sejarah Perkembangan Kebudayaan Islam dan Pengaruhnya
Universitas Sumatera Utara
dalam Dunia Internasional. Buku ini menjelaskan tentang kebudayaan- kebudayaan Islam yang berpengaruh terhadap dunia internasional, baik berupa
ilmu filsafat, ilmu kedokteran, ilmu perbintangan dan matematika, arsitektur, seni sastra, seni ukiran dan tenun, dan seni musik, yang di produksi oleh umat Islam,
H. Abuddin Nata dengan judul, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Buku ini menjelaskan tentang
sejarah perkembangan pendidikan islam di Indonesia yaitu dari awal masuknya Islam di Indonesia dan ketika itu lembaga-lembaga pendidikan islam yang
didirikan masih sederhana hingga munculnya lembaga-lembaga pendidikan islam modrn, baik berupa pesantren dan kampus-kampus Islam.
Mujamil Qomar dengan judul, Manajemen Pendidikan Islam. Buku ini membahas tentang hal-hal seputar karakter, prinsip, dan mekanisme manajemen
pendidikan Islam, mulai dari Madrasah Ibtidaiyah Setingkat dengan Sekolah Dasar hingga perguruan tinggi dan pesantren.
Kemudian buku ini menguraikan tentang; -
manajemen komponen-komponen dasar pendidikan Islam, termasuk personalia, kesiswaan, kurikulum, keuangan, serta sarana da prasarana.
- Manajemen komponen penyempurnaan pendidikan Islam, termasuk ,
layanan, mutu, struktur, konflik, hingga komunikasi. -
Kepempinan pendidika Islam, pengambilan keputusan, dan peningkatan produktivitas.
Selain itu penulis juga mengambil bahan-bahan lain, yaitu berupa literatur, makalah, tulisan ilmiah, dan berbagai catatan-catatan yang berkaitan dengan judul
yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
1.5.2 Pengumpulan Data di Lapangan
1.5.2.1 observasi Dalam pengumpulan data di lapangan penulisan meilhat langsung
kejadian-kejadian di lapangan yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh santri dan santriwati di dalam pesantren dan juga melihat
pertunjukan nasyid tersebut. Baik disaat mereka latihan maupun di saat berlangsungya pertunjukan nasyid tersebut yang dilakukan oleh para
santri. Kemudian penulis juga akan melihat bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan di dalam pesantren tersebut.
1.5.2.2. wawancara
Wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi secara lisan dari para informan.
Dalam melakukan wawancara tersebut, penulis berpedoman pada metode wawancara yang dikemukankan oleh
Lin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Ardani 2004:73 dalam bukunya yang berjudul “Observasi dan Wawancara” dimana disebutkan bahwa metode
wawancara memiliki empat jenis yaitu wawancara tidak terstruktur wawancara tidak terpimpin, wawancara terstruktur wawancara
terpimpin, wawancara bebas terpimpin dan wawancara pribadi dan kelompok.
Sesuai dengan pendapat di atas, sebelum penulis melakukan wawancara terlebih dahulu penulis membuat daftar-daftar pertanyaan. Hal
tersebut dilakukan guna memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah-masalah yang menyangkut pokok permasalahan yang
dibahas. Dalam hal ini penulis langsung melakukan wawancara dengan informan kunci yaitu seorang yang biasa di panggil Kang Ade’ oleh para
Universitas Sumatera Utara
santri dan ia merupakan pelatih atau instruktur nasyid di pondok pesantren tersebut. Namun selain hal itu penulis juga melakukan wawancara dengan
informan-informan lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian. diantaranya ialah para santri selaku pemain nasyid dan para pengasuh
pesantren itu sendiri yang membimbing dan mendukung kegiatan nasyid tersebut.
1.5.2.3 Rekaman Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa instrument
pendukung diantaranya yaitu berupa Handycam merk Sony tipe DCR- SX20. Melalui alat-alat tersebut penulis akan mengambil data-data yang
diperlukan baik berupa audio rekaman suara, visual gambar, dan audio visual rekaman video sebagai bukti penelitan yang kemudian dianalisis
di laboratorium.
1.5.3 Kerja Laboratorium
Kerja laboratorium merupakan proses penganalisisan data-data yang telah didapat dari lapangan. Pada tahap kerja laboratorium, seluruh hasil kerja yang
telah diperoleh dari studi kepustakaan dan dari hasil penelitian di lapangan di olah, diseleksi, disaring untuk dijadikan data dalam penulisan skripsi ini. Data
yang dipergunakan dalam penulisan ini merupakan data-data yang bersangkutan dengan penelitian yang dilakukan.
Menurut Soetandyo Wignjosoebroto dalam Metode-Metode Penelitian Masyarakat oleh Koentjaraningrat, 1981:328, setelah data selesai dikumpulkan
dengan lengkap dari lapangan dan laboratorium, tahap berikutnya yang dilakukan
Universitas Sumatera Utara
adalah tahap analisa. Pada akhirnya hasil dari pengolahan data dan penganalisaan disusun secara sistematis dengan mengikuti kerangka penulisan.
Analisis hasil penelitian yang digunakan untuk mengerjakan penelitian ini ialah analisis kualitatif dan yang menjadi teknik penyajian dalam bentuk tulisan
ialah deskriptif. Dengan menggunakan teknik analisis ini, hasil penelitian akan dijelaskan dan digambarkan berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh. Analisis
kualitatif yang digunakan oleh penulis selanjutnya dipakai untuk membahas komponen pendukung pertunjukan nasyid oleh para santri pondok pesantren Ar-
Raudhatul Hasanah Medan. Dan juga penulisan akan menyusun kembali data-data yang merupakan
hasil penelitian sehingga dapat tersusun dengan baik.
1.6 Lokasi Penelitian
Penulis menentukan objek dan lokasi penelitian yang tidak jauh dari kediaman peniliti, yang berada di Pondok Pesantren Raudhatul Hasanah Simpang
Selayang Medan, Jl. Letjend. Djamin Ginting Km. 11 Jl. Setia Budi Simpang Selayang 20135 Medan - Sumatera Utara - Indonesia
.
Sedangkan kediaman peneliti sendiri berada di Pandang Bulan Medan. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan pelaksanaan penelitian jika jarak lokasi dengan peneliti dekat. Sehingga penulis dapat sesering mungkin melakukan observasi dilapangan,
sehingga memperoleh data yang lebih akurat dan juga dapat mengumpulkan data- data sebanyak-banyaknya yang kiranya untuk dikumpulkan dan kemudian disusun
kembali.
Universitas Sumatera Utara
BAB II SEJARAH ISLAM
Sejarah telah mencatat bahwa semua agama baik agama samawi atau agama wad’i disiarkan dan dikembangkan oleh para pembawanya yang disebut
utusan Tuhan dan oleh para pengikutnya. Mereka yakin bahwa kebenaran dari Tuhan itu harus disampaikan kepada umat manusia untuk menjadi pedoman
hidup. Para penyebar agama banyak yang menempuh perjalanan jarak jauh dari tempat kelahirannya sendiri demi untuk menyampaika ajarannya. Misalnya Nabi
Ibrahim berhijrah dari Babylonia menuju Palestina, Mesir dan Makkah. Nabi Musa pergi dan kembali lagi dari Mesir ke Palestina, Nabi Isa hijrah dari Bait
Lahm ke Yerusalem, dan Nabi Muhammad hijrah dari Makkah ke Madinah. Para pemeluk agama menyebarkannya lagi ke tempat-tempat yang lebih jauh secara
langsung atau secara beranting estafet, sehingga agama-agama sekarang telah tersebar ke seluruh pelosok dunia.
Diantara agama-agama besar di dunia adalah Yahudi, Nasrani, Islam, Hindu dan Budha, tetapi yang paling luas dan paling banyak pengikutnya ialah
Nasrani dan Islam. Hal tersebut tentu berhubungan dengan usaha penyiarannya oleh para pemeluknya.
Usaha penyiaran agama pasti menghadapi rintangan, hambatan, gangguan bahkan ancaman yang berat. Itulah sebabnya maka kadang-kadang penyiaran
suatu agama berjalan dengan lancar, kadang-kadang tersendat-sendat dan kadang- kadang mengalami kemacetan walaupun tidak total.
Universitas Sumatera Utara