BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Islam berasal dari bahasa Arab, yang artinya “memelihara dalam keadaan selamat dan sentosa”, atau berarti juga menyerahkan diri, tunduk patuh dan taat
kepada Allah SWT Razak, 1971:56. Agama Islam merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia dan merupakan mayoritas terbesar ummat Muslim di
dunia. Ada sekitar 85,2 atau 199.959.285 jiwa dari total 234.693.997 jiwa penduduk.
1
Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan nama muslim yang berarti “seorang yang tunduk kepada Tuhan”, atau lebih lengkapnya adalah
muslimin bagi laki-laki dan muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa
Allah menurun kan firman-Nya kepada manusia melaluli para Nabi dan Rasul utusannya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah
Nabi dan Rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah SWT.
2
Murodi 1977:113, menjelaskan bahwa Islam yang sudah berkembang di kawasan Timur Tengah, telah masuk ke Indonesia pada abad ke-1 Hijriah
3
1
http:id.wikipedia.orgwikiislam
pada abad ke -7 Masehi. Selanjutnya, agama Islam secara resmi masuk ke Sumatera,
yaitu wilayah Aceh pada abad ke-7 hijriah pertengahan abad ke-12 Masehi. Hal
2
Ibid.,
3
Kalender Hijriah disebut juga dengan kalender Islam yang digunakan umat Islam dalam menentukan tanggal atau bulan menggunakan peredaran bulan sebagai acuannya, berbeda dengan kalender biasa
kalender Masehi yang menggunakan peredaran Matahari. Dinamakan Kalender Hijriyah, karena pada tahun pertama kalender ini adalah tahun dimana terjadi peristiwa Hijrah-nya Nabi Muhammad dari Makkah
ke Madinah, yakni pada tahun 622 M.
Universitas Sumatera Utara
ini terbukti dengan datangya seorang mubaligh yang bernama Abdul Arief, pada tahun 1151 masehi ke wilayah itu, untuk menyebarkan agama Islam.
Kesenian adalah satu di antara hal yang sangat berpengaruh terhadap kebudayaan tertentu. Kesenian erat kaitannya dengan budaya karena kedua hal
tersebut saling berdampingan satu sama lain. Tanpa kebudayaan, kesenian tidak berjalan dengan lancar. Begitu juga tanpa kesenian, kebudayaan tidak akan
menjadi lengkap. Oleh karena itu, setiap hal yang muncul di dalam wacana kebudayaan senantiasa erat kaitannya dengan kesenian.
Perkembangan agama pun tidak lepas dari perkembangan kesenian dan kebudayaan. Tanpa kebudayaan, agama tidak akan bisa menyebar dan menjadi
panutan bagi masyarakat. Oleh sebab itu, kesenian juga merupakan salah satu faktor pendukung yang memiliki peranan untuk bisa menyebarluaskan suatu
agama dan kepercayaan. Misalnya saja, kesenian yang hidup dalam suasana budaya agama tertentu akan senantiasa berkembang searah dengan perkembangan
agama. Dari berbagai macam kesenian yang berkembang di Islam, diantaranya
yaitu nasyid. Nasyid merupakan salah satu jenis musik yang berasal dari tradisi Islam yang syair lagunya mengandung kata-kata, nasehat-nasehat, do’a, kisah para
nabi, serta pujian-pujian kepada Allah SWT dan Rasulnya Muhammad SAW. Istilah Nasyid berasal dari bahasa Arab, “ansyada-yunsyidu”, artinya
bersenandung. Definisi nasyid sebagai format kesenian adalah senandung yang berisi syair-syair keagamaan
4
4
Diambil dari tulisan Novi Hardian dalam multiply.com
. Akan tetapi, ada banyak versi mengenai pengertian nasyid itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Di versi yang lain mengatakan bahwa nasyid atau anasyid jamak di dalam bahasa Arab artinya bacaan atau lantunan. Ansyadahu asy syira artinya dia
membacakan syairnya kepada seseorang. Munsyid artinya orang yang membacakan dan melantunkan syairnya kepada seseorang. Pembacaan syair
merupakan aktivitas yang telah lama sekali dilakukan manusia. Sebelum Nabi Muhammad SAW sekitar abad ke-6 M di utus bangsa Arab telah hidup dengan
tradisi syair.
5
Pada awalnya nasyid hanya dibawakan dengan musik yang sederhana sekali, bahkan ada yang tanpa musik sama sekali. Namun pada saat sekarang ini
nasyid terus berkembang baik dari penyajiannya maupun alat-alat musiknya. Untuk alirannya sendiri, nasyid terus berkembang seiring dengan perkembangan
warna musik di tempat dimana nasyid itu berada. Sehingga, warna aliran dalam nasyid saat ini berbagai macam. Mulai dari yang murni “acappella” tanpa iringan
musik hingga “Full Insrument” diiringi dengan banyak alat musik. Namun, ada berapa komunitas yang tidak memilih untuk menggunakan alat musik modern,
dikarenakan banyak ulama Islam yang melarang penggunaan alat musik kecuali Perkusi.
Sejak jaman Rasulullah SAW Sekitar abad ke 6 Masehi nasyid telah ada. Biasanya tentara-tentara Islam melantunkan nasyid sebelum berangkat perang,
yang bertujuan untuk meningkatkan semangat perang para mujjahid
6
5
Lihat blog Education United 2008. tentang, Pengertian Nasyid dalam situs http:ricoleadvocal- melativoice.blogspot.com
. Selain itu,
Syair Thola’al badru ‘alaina yang artinya telah muncul rembulan di tengah
6
Mujjahid adalah orang-orang yang berjuang menegakan agama Islam atau menjaga Islam tetap tegak, dengan cara-cara sesuai dengan garis perjuangan para Rasul dan Al-Quran.
Universitas Sumatera Utara
kami yang kini kerap dinyanyikan oleh tim qasidah
7
Di Indonesia sendiri nasyid mulai merambah sekitar tahun 80-an yang dimulai oleh aktivis-aktivis Islam yang berada di kampus-kampus. Aliran nasyid
yang dilantunkan pada umumnya adalah lagu-lagu yang berbahasa Arab, dan terus berkembang dengan munculnya munsyid-munsyid kreatif yang membuat nasyid
memiliki warna musik yang beragam. Sampai saat tulisan ini dibuat, tema lagu yang dikandung dalam nasyid di Indonesia tidak hanya berisi tentang jihad, tetapi
banyak juga yang bertema walimahan, cinta kepada makhluk, keimanan dan banyak lagi.
, adalah syair yang dinyanyikan kaum muslimin saat menyambut kedatangan Rasulullah SAW ketika
pertama kali hijrah ke Madinah. Kemudian nasyid pun mulai berkembang sesuai dengan kondisi dunia, terbukti dengan perkembangan nasyid di Timur Tengah
yang lebih bermakana tentang jihad dan perlawanan terhadap imperialisme Israel pada saat itu.
Namun, kini nasyid telah dikembangkan sebagai media dakwah yang diharapkan dapat diterima oleh masyarakat umum. Dan hal ini juga selalu
dilakukan oleh pemuda muslim yang belajar di Pondok Pesantren. Oleh karena itu di sebagian pesantren-pesantren di Indonesia ini memasukan nasyid sebagai
pendidikan luar sekolah, atau yang disebut program ekstrakurikuler sekolah. Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan merupakan institusi
pendidikan Islam yang mengajarkan pendidikan umum, pendidikan agama Islam, dan akhlak. Para pelajar yang menuntut ilmu disebut santri bagi laki-laki dan
santriwati bagi perempuan. Materi ajaran yang campuran antara pendidikan ilmu
7
Qasidah merupakan istilah yang sama dengan nasyid, yaitu musik yang berasaskan Islam.
Universitas Sumatera Utara
formal dan ilmu agama Islam ini para santri belajar seperti di sekolah umum atau madrasah seperti yang. untuk tingkat SMP Sekolah Menengah Pertama dikenal
dengan nama “Madrasah Tsanawiyah” MTs, sedangkan untuk tingkat SMA Sekolah Menengah Atas dengan nama “Madrasah Aliyah” MA. Namun,
perbedaan pesantren dan madrasah terletak pada sistemnya. Pesantren memasukkan santrinya ke dalam asrama, sementara dalam madrasah tidak.
Oleh karana itu pesantren Raudhatul Hasanah ini disebut juga dengan istilah pondok
pesantren modern , Karena telah memasukan pelajaran-pelajaran umum sesuai
dengan kurikulum yang ditetapkan pemerintah. Namun tetap menekankan nilai- nilai dari kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian, dan pengendalian diri.
Nasyid merupakan salah satu program ekstrakurikuler
8
Para santri biasanya memainkan lagu-lagu religi yang telah mereka sepakati bersama. Tergantung dari lagu yang menurut mereka enak dan layak
yang terdapat di pondok pesantren Raudatul Hasanah. Yang tujuannya ialah mendidik siswa agar
bisa mempertunjukan musik nasyid dengan baik, yang dapat menghibur dan mengandung dakwah islam, dengan menampilkan lagu-lagu dengan syair-syair
yang bertemakan dakwah Islam. Serta diiringi dengan alat-alat musik yang merupakan cirri khas kebudayaan Islam.Para santri yang mendiami pondok
pesantren tersebut menampilkan lagu-lagu yang islami, dengan mengambil lagu- lagu religus Islam yang komersial. Seperti lagu-lagu yang diciptakan oleh musisi-
musisi terkenal saat ini, diantaranya seperti; Raihan, Opick, Snada, Maher Zain, Yusuf Islam, dan lain-lain.
8
Ekstrakurikuler adalah kegiatan belajar di luar pelajaran biasa yang dilakukan di sekolah dan luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antara berbagai mata pelajaran,
menyalurkan bakat, dan minat serta melengkapi upaya pembinaan siswa seutuhnya. Sehertian, 1987:83
Universitas Sumatera Utara
untuk ditampilkan, juga enak di dengar dengan mengandung lirik-lirik yang mengandung unsur dakwah Islam, sehingga dapat menambah kecintaan mereka
kepada Allah dan Rasulnya.
Nasyid itu sendiri telah banyak menampilkan pertunjukan-pertunjukan musiknya di berbagai acara, baik di dalam maupun di luar lokasi pesantren itu
sendiri. dilakukan ketika memperingati hari-hari besar Islam, seperti Idul Adha, Maulid Nabi, Nujulul Qur’an, Isra’ Miraz dan lain-lain. Kemudian nasyid raudhah
juga tampil pada acara-acara pelantikan, penyambutan tamu-tamu penting, dan acara-acara yang diselenggarakan oleh santri dan santriwati itu sendiri. Dan
kemudian nasyid pesantren juga turut serta dalam berbagai ajang perlombaan nasyid yang di selenggarakan di dalam dan di luar pesantren. Bahkan nasyid
raudhah itu sendiri sering memperoleh prestasi yang gemilang di berbagai perlombaan baik dari tinggkat lokal hingga nasional, seperti halnya pada
POSPENAS tahun 2007 di Kalimantan Timur dan tahun 2010 di Jawa Timur meraih juara I di tingkat Nasional.
Nasyid di pondok pesantren ini terdiri dari beberapa pemain yang membentuk suatu grup, Terdiri dari 10 sampai 14 orang. Alat music yang
digunakan yaitu sejumlah rebana, kencerkerincing, tamborin, dan di campur dengan alat music modern seperti gitar, gitar bass, drum, keyboard, vocal. Dan
terkadang mereka juga menambahmemasukan alat-alat musik yang lain sesuai dengan kesepakatan bersama dalam suatu grup.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas masalah ini, yaitu meliputi sejarah masuk dan berkembangnya nasyid di pasantren dan
Universitas Sumatera Utara
mengidentifikasi musiknya. Dengan itu penulis mengambil judul “Studi Deskriptif
Nasyid pada Pondok Pesantren Raudhatul Hasanah di Medan”.
1.2 Pokok Permasalahan