Evaluasi Tanggung Jawab Sosial Pt Holcim Indonesia Tbk
PT HOLCIM INDONESIA Tbk
(Studi Kasus: Baitul Maal Wa TamwilSwadaya Pribumi, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)
ADITYA RAHMAN
I34051669
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
(2)
Five component of design evaluation Corporate Social Responsibility (CSR) are: input, proses, output, outcome and impact. Input component Corporate Social Responsibility consist of corporation policy which depend on sustainability dewvelopment paradigm and fund distributed achieved one to two percent accord with ruled by government policy. Management process Corporate Social Responsibility of programme PT Holcim Indonesia Tbk include: planning, implementation and control until programme endorsement. Management process Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi use empowerment principle which addressed to fulfill acceptor economic need benefit. Output Corporate Social Responsibility PT Holcim Indonesia Tbk is physical infrastructure which develop and use by society. Impact Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi are to increase earn benefit acceptor.
(3)
ADITYA RAHMAN. Evaluasi Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk. Studi Kasus: Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. (Di bawah bimbingan IVANOVICH AGUSTA).
Perkembangan tanggung jawab sosial perusahaan ditandai dengan perubahan paradigma pembangunan dari economic growth (pertumbuhan ekonomi) menjadi sustainable development (pembangunan berkelanjutan). Tidak sesuainya pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, yang menjadi konsep dasar pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, menjadi suatu permasalahan. Komponen masukan, proses, hasil, manfaat dan dampak pada tahapan evaluasi menjadi masalah yang akan dikaji pada penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan PT Holcim Indonesia Tbk pada umumnya dan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi pada khususnya. Pendekatan kualitatif dilakukan untuk mengevaluasi masukan tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk dan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dengan memecah masukan menjadi beberapa komponen yang tidak dapat dipecah. Konsep pemberdayaan dan tanggung jawab sosial perusahaan digunakan untuk menganalisis proses pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengevaluasi komponen hasil menggunakan analisis biaya manfaat (B/C Ratio), manfaat menggunakan analisis kepuasan terhadap pelayanan dan pembiayaan usaha mikro serta dampak Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi diketahui dengan menggunakan uji T berpasangan.
Desain evaluasi tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk menggunakan lima komponen: masukan, proses, hasil, manfaat dan dampak. Komponen input tanggung jawab sosial meliputi kebijakan perusahaan yang bertumpu pada paradigma pembangunan berkelanjutan dan dana yang disalurkan mencapai satu sampai dua persen sesuai dengan kebijkan yang ditetapkan pemerintah. Proses pengelolaan tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk meliputi tahapan-tahapan program: perencanaan, pelaksanaan, pengawasan sampai serah terima program. Proses pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi menggunakan prinsip pemberdayaan ditunjukkan dengan kemampuan pemenuhan kebutuhan ekonomi penerima manfaat. Hasil tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia adalah fisik infrastruktur yang telah dibangun dan pengunaan infrastuktur oleh masyarakat. Hasil Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi adalah dana pembiayaan yang disalurkan kepada kreditur dan efisiensi pengelolaan sebesar 252,06 persen dalam arti luas dan -18,31 persen dalam arti sempit. Manfaat dari Baitul Maal Wa TamwilSwadaya Pribumi adalah pendapatan yang diterima kreditur dari hasil usahanya. Dampak Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi adalah peningkatan pendapatan. Pembiayaan usaha mikro tidak merubah status kemiskinan kreditur karena sebelum menerima pembiayaan kreditur tidak memenuhi kriteria miskin menurut 14 indikator kemiskinan yang diterbitkan Badan Pusat Statistik.
(4)
(Studi Kasus: Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)
ADITYA RAHMAN
I34051669
SKRIPSI
Sebagai Prasyarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada
Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
(5)
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh:
Nama : Aditya Rahman
Nomor Pokok : I34051669
Judul : Evaluasi Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk. Studi Kasus: Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan KPM 499 pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ivanovich Agusta SP, MSi NIP. 19700816 199702 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS NIP. 19580827 198303 1 001
(6)
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “EVALUASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT HOLCIM INDONESIA Tbk. Studi Kasus: Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat”INI BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN DAN JUGA BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA MEMPERTANGGUNG-JAWABKAN PERNYATAAN INI.
(7)
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 Maret 1987, dari pasangan Suhandi Raidin, MSi dan Hanifah. Pendidikan formal yang pernah dijalani adalah SMA Islam Al-Azhar 2 Pejaten, Jakarta Selatan, 2002-2005. Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan pada tahun 2006 Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selain aktif dalam perkuliahan penulis juga aktif sebagai staf Departemen Minat Bakat dan Profesi MISETA (Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) masa kepengurusan 2006 – 2007, Ketua LENSA Klub Fotografi Faperta masa kepengurusan 2006 – 2007 dan Manajer Divisi Fotografi dan Cinematografi HIMASIERA (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat) masa kepengurusan 2007 – 2008. Pengalaman kerja penulis adalah sebagai fotografer di majalah BogorQu dan asisten praktikum Mata Kuliah Komunikasi Bisnis tahun ajaran 2008 – 2009.
(8)
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul “Evaluasi Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk. Studi Kasus: Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat” ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian yang ditulis dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami evaluasi tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk, khususnya Program Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Demikianlah skripsi ini disusun dengan suatu tema yang relevan untuk ditelaah lebih lanjut pada saat ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.
Bogor, September 2009
(9)
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah terlibat dan membantu selama masa penulisan hingga penyelesaian skripsi ini, antara lain:
1. Ivanovich Agusta SP, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi.
2. Martua Sihaloho SP, MSi selaku dosen penguji utama yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang skripsi penulis.
3. Ir Anna Fatchiya, MSi selaku dosen penguji perwakilan departemen yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang skripsi penulis.
4. Keluarga besar Suhandi Raidin atas doa, kasih sayang, perhatian, dukungan moral, materil dan segala yang telah diberikan kepada penulis.
5. Vidya Hartini Simarmata, teman seperjuangan penulis selama proses penulisan studi pustaka dan skripsi.
6. Kost sarang batosai, Yudha, Fitrah, Prama dan Fachri terima kasih kesediannya menerima kedatangan penulis kapan saja.
7. KPM angkatan 42 atas segala kebersamaan selama empat tahun masa perkuliahan, mohon maaf tidak bisa disebutkan satu per satu.
8. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini.
(10)
Halaman
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Masalah Penelitian ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Kegunaan Penelitian ... 7
BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka ... 8
2.1.1 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 8
2.1.2 Evaluasi Program ... 14
2.1.3 Lembaga Keuangan Mikro ... 19
2.2 Kerangka Pemikiran ... 25
BAB IIIPENDEKATAN LAPANG 3.1 Metode Penelitian ... 26
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 29
3.4 Teknik Analisis Data ... 30
BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN 4.1 PT Holcim Indonesia Tbk ... 32
4.1.1 Sejarah ... 32
4.1.2 Visi dan Misi ... 34
4.1.3 Struktur Organisasi ... 35
4.2 Baitul Maal Wa TamwilSwadaya Pribumi ... 36
4.2.1 Sejarah ... 36
4.2.2 Visi dan Misi ... 37
4.2.3 Struktur Organisasi ... 38
4.2.1 Produk ... 39
BAB V ANALISIS DESAIN TANGGUNG JAWA SOSIAL PT HOLCIM INDONESIA Tbk··· 43
BAB VI MASUKAN BAITUL MAAL WA TAMWILSWADAYA PRIBUMI 6.1 Masukan Tanggung Jawab Sosial Indonesia Tbk ... 47
6.1.1 Triple Bottom Line ... 47
6.1.2 Enam Pilar Pembangunan Berkelanjutan ... 49
6.1.3 Dana... 56
(11)
PT HOLCIM INDONESIA Tbk
(Studi Kasus: Baitul Maal Wa TamwilSwadaya Pribumi, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)
ADITYA RAHMAN
I34051669
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
(12)
Five component of design evaluation Corporate Social Responsibility (CSR) are: input, proses, output, outcome and impact. Input component Corporate Social Responsibility consist of corporation policy which depend on sustainability dewvelopment paradigm and fund distributed achieved one to two percent accord with ruled by government policy. Management process Corporate Social Responsibility of programme PT Holcim Indonesia Tbk include: planning, implementation and control until programme endorsement. Management process Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi use empowerment principle which addressed to fulfill acceptor economic need benefit. Output Corporate Social Responsibility PT Holcim Indonesia Tbk is physical infrastructure which develop and use by society. Impact Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi are to increase earn benefit acceptor.
(13)
ADITYA RAHMAN. Evaluasi Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk. Studi Kasus: Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. (Di bawah bimbingan IVANOVICH AGUSTA).
Perkembangan tanggung jawab sosial perusahaan ditandai dengan perubahan paradigma pembangunan dari economic growth (pertumbuhan ekonomi) menjadi sustainable development (pembangunan berkelanjutan). Tidak sesuainya pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, yang menjadi konsep dasar pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, menjadi suatu permasalahan. Komponen masukan, proses, hasil, manfaat dan dampak pada tahapan evaluasi menjadi masalah yang akan dikaji pada penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan PT Holcim Indonesia Tbk pada umumnya dan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi pada khususnya. Pendekatan kualitatif dilakukan untuk mengevaluasi masukan tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk dan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dengan memecah masukan menjadi beberapa komponen yang tidak dapat dipecah. Konsep pemberdayaan dan tanggung jawab sosial perusahaan digunakan untuk menganalisis proses pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengevaluasi komponen hasil menggunakan analisis biaya manfaat (B/C Ratio), manfaat menggunakan analisis kepuasan terhadap pelayanan dan pembiayaan usaha mikro serta dampak Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi diketahui dengan menggunakan uji T berpasangan.
Desain evaluasi tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk menggunakan lima komponen: masukan, proses, hasil, manfaat dan dampak. Komponen input tanggung jawab sosial meliputi kebijakan perusahaan yang bertumpu pada paradigma pembangunan berkelanjutan dan dana yang disalurkan mencapai satu sampai dua persen sesuai dengan kebijkan yang ditetapkan pemerintah. Proses pengelolaan tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk meliputi tahapan-tahapan program: perencanaan, pelaksanaan, pengawasan sampai serah terima program. Proses pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi menggunakan prinsip pemberdayaan ditunjukkan dengan kemampuan pemenuhan kebutuhan ekonomi penerima manfaat. Hasil tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia adalah fisik infrastruktur yang telah dibangun dan pengunaan infrastuktur oleh masyarakat. Hasil Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi adalah dana pembiayaan yang disalurkan kepada kreditur dan efisiensi pengelolaan sebesar 252,06 persen dalam arti luas dan -18,31 persen dalam arti sempit. Manfaat dari Baitul Maal Wa TamwilSwadaya Pribumi adalah pendapatan yang diterima kreditur dari hasil usahanya. Dampak Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi adalah peningkatan pendapatan. Pembiayaan usaha mikro tidak merubah status kemiskinan kreditur karena sebelum menerima pembiayaan kreditur tidak memenuhi kriteria miskin menurut 14 indikator kemiskinan yang diterbitkan Badan Pusat Statistik.
(14)
(Studi Kasus: Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)
ADITYA RAHMAN
I34051669
SKRIPSI
Sebagai Prasyarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada
Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
(15)
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh:
Nama : Aditya Rahman
Nomor Pokok : I34051669
Judul : Evaluasi Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk. Studi Kasus: Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan KPM 499 pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ivanovich Agusta SP, MSi NIP. 19700816 199702 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS NIP. 19580827 198303 1 001
(16)
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “EVALUASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT HOLCIM INDONESIA Tbk. Studi Kasus: Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat”INI BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN DAN JUGA BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA MEMPERTANGGUNG-JAWABKAN PERNYATAAN INI.
(17)
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 Maret 1987, dari pasangan Suhandi Raidin, MSi dan Hanifah. Pendidikan formal yang pernah dijalani adalah SMA Islam Al-Azhar 2 Pejaten, Jakarta Selatan, 2002-2005. Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan pada tahun 2006 Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selain aktif dalam perkuliahan penulis juga aktif sebagai staf Departemen Minat Bakat dan Profesi MISETA (Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) masa kepengurusan 2006 – 2007, Ketua LENSA Klub Fotografi Faperta masa kepengurusan 2006 – 2007 dan Manajer Divisi Fotografi dan Cinematografi HIMASIERA (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat) masa kepengurusan 2007 – 2008. Pengalaman kerja penulis adalah sebagai fotografer di majalah BogorQu dan asisten praktikum Mata Kuliah Komunikasi Bisnis tahun ajaran 2008 – 2009.
(18)
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul “Evaluasi Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk. Studi Kasus: Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat” ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian yang ditulis dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami evaluasi tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk, khususnya Program Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Demikianlah skripsi ini disusun dengan suatu tema yang relevan untuk ditelaah lebih lanjut pada saat ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.
Bogor, September 2009
(19)
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah terlibat dan membantu selama masa penulisan hingga penyelesaian skripsi ini, antara lain:
1. Ivanovich Agusta SP, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi.
2. Martua Sihaloho SP, MSi selaku dosen penguji utama yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang skripsi penulis.
3. Ir Anna Fatchiya, MSi selaku dosen penguji perwakilan departemen yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang skripsi penulis.
4. Keluarga besar Suhandi Raidin atas doa, kasih sayang, perhatian, dukungan moral, materil dan segala yang telah diberikan kepada penulis.
5. Vidya Hartini Simarmata, teman seperjuangan penulis selama proses penulisan studi pustaka dan skripsi.
6. Kost sarang batosai, Yudha, Fitrah, Prama dan Fachri terima kasih kesediannya menerima kedatangan penulis kapan saja.
7. KPM angkatan 42 atas segala kebersamaan selama empat tahun masa perkuliahan, mohon maaf tidak bisa disebutkan satu per satu.
8. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini.
(20)
Halaman
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Masalah Penelitian ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Kegunaan Penelitian ... 7
BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka ... 8
2.1.1 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 8
2.1.2 Evaluasi Program ... 14
2.1.3 Lembaga Keuangan Mikro ... 19
2.2 Kerangka Pemikiran ... 25
BAB IIIPENDEKATAN LAPANG 3.1 Metode Penelitian ... 26
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 29
3.4 Teknik Analisis Data ... 30
BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN 4.1 PT Holcim Indonesia Tbk ... 32
4.1.1 Sejarah ... 32
4.1.2 Visi dan Misi ... 34
4.1.3 Struktur Organisasi ... 35
4.2 Baitul Maal Wa TamwilSwadaya Pribumi ... 36
4.2.1 Sejarah ... 36
4.2.2 Visi dan Misi ... 37
4.2.3 Struktur Organisasi ... 38
4.2.1 Produk ... 39
BAB V ANALISIS DESAIN TANGGUNG JAWA SOSIAL PT HOLCIM INDONESIA Tbk··· 43
BAB VI MASUKAN BAITUL MAAL WA TAMWILSWADAYA PRIBUMI 6.1 Masukan Tanggung Jawab Sosial Indonesia Tbk ... 47
6.1.1 Triple Bottom Line ... 47
6.1.2 Enam Pilar Pembangunan Berkelanjutan ... 49
6.1.3 Dana... 56
(21)
BAB VII PENGELOLAAN BAITUL MAAL WA TAMWILSWADAYA
PRIBUMI ... 61
BAB VIII HASIL BAITUL MAAL WA TAMWILSWADAYA PRIBUMI 8.1 Hasil Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk ... 65
8.1.1 Ekonomi ... 65
8.1.2 Sosial dan Pendidikan ... 66
8.1.3 Infrastruktur ... 67
8.1.4 Penerima Manfaat... 69
8.2 Hasil Baitul Maal Wa TamwilSwadaya Pribumi... 70
8.2.1 Hasil... 70
8.2.2 Efisiensi ... 72
BAB IX MANFAAT BAITUL MAAL WA TAMWILSWADAYA PRIBUMI 9.1 Manfaat ... 76
9.2 Kepuasan ... 78
BAB X DAMPAK BAITUL MAAL WA TAMWILSWADAYA PRIBUMI 10.1 Peningkatan Pendapatan ... 80
10.2 Perubahan Tingkat Kemiskinan ... 81
BAB XI KESIMPULAN DAN SARAN 11.1 Kesimpulan ... 83
11.2 Saran... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 86
(22)
1. Penjelasan tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Berdasarkan Undang-Undang yang Berlaku di Indonesia ... 9 2. Matriks Analisis Karakteristik dan Komponen Desain Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan ... 13 3. Jumlah Unit Usaha, Penyerapan Tenaga Kerja dan Produktivitas
Berdasarkan Skala Usaha Tahun 2003 dan 2004 ... 20 4. Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja PT Holcim Indonesia Tbk
Tahun 2008 ... 51 5. Persentase Dana Tanggung Jawab Sosial terhadap Laba Bersih PT
Holcim Indonesia Tbk Tahun 2006 - 2008 ... 57 6. Alokasi Dana Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk ... 57 7. Tahapan Penyaluran Dana Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi ... 60 8. Analisis Pemberdayaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dan
Program Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk ... 64 9. Jumlah Batuan yang Dikirim Kepada Kelompok Pemecah Batu... 65 10. Hasil Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk ... 68 11. Jumlah Penerima Manfaat Tanggung Jawab Sosial PT Holcim
Indonesia Tbk ... 69 12. Perkembangan Keuangan dan Penerima Manfaat Baitul Maal Wa
TamwilSwadaya Pribumi... 71 13. Total Modal Baitul Maal Wa TamwilSwadaya Pribumi ... 73 14. Total Pendapatan dan Biaya Operasional Baitul Maal Wa Tamwil
Swadaya Pribumi ... 75 15. Kepuasan Pelayanan Baitul Maal Wa TamwilSwadaya Pribumi ... 78
(23)
No. Teks Halaman 1. Kerangka Pemikiran Evaluasi Pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil
Swadaya Pribumi ... 25 2. Struktur Organisasi PT Holcim Indonesia Tbk ... 35 3. Struktur Organisasi Baitul Maal Wa TamwilSwadaya Pribumi ... 38 4. Desain Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk ... 44 5. Konsep Triple Bottom Line ... 48 6. Sketsa Fokus Pengembangan PT Holcim Indonesia Tbk ... 50
7. Angka Kecelakaan Kerja PT Holcim Indonesia Tbk ... 50 8. Gedung Holcim Academy... 52 9. Pemberian Beasiswa Pendidikan ... 54 10. Penurunan Emisi CO2dalam Kilogram per Ton Semen... 55
(24)
1. Daftar Penerima Kredit BMT Swadaya Pribumi ... 88 2. Peta Lokasi Penelitian ... 93 3. Operasional Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk ... 94 4. Hasil Uji Statistik T ... 96 5. Status Kemiskinan Responden Tahun 2005 ... 97 6. Status Kemiskinan Responden Tahun 2009... 98
(25)
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan sebagai pelaku dalam dunia usaha memiliki tujuan yang berorientasi pada pencapaian laba semaksimal mungkin. Jika dilihat secara sepintas, maka tujuan tersebut memang merupakan salah satu hal yang dapat membangkitkan dan mengembangkan posisi perusahaan di kalangan bisnis atau dunia usaha.
Perusahaan dalam menjalankan usaha menghasilkan dampak eksternalitas, baik yang bersifat negatif maupun positif1. Dampak eksternalitas negatif perusahaan, terutama yang menjalankan usaha di bidang pemanfaatan sumber daya alam juga terkait dengan semakin meningkatnya kerusakan lingkungan, mulai dari penggundulan hutan, polusi udara dan air, hingga perubahan iklim (Herlin, 2008). Selain meningkatnya kerusakan lingkungan, keberadaan perusahaan di suatu daerah juga dapat menyebabkan eksternalitas negatif berupa ketimpangan sosial dan ekonomi antara karyawan perusahaan dengan masyarakat lokal, ataupun antara masyarakat yang memperoleh manfaat dengan masyarakat yang tidak mendapat manfaat dari keberadaan perusahaan di wilayahnya.
Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan komitmen dunia usaha untuk terus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari
1
Eksternalitas adalah dampak yang pasti terjadi dari adanya kegiatan operasional perusahaan dan tidak mungkin dihindari perusahaan. Eksternalitas yang bersifat positif misalnya berkembangnya perekonomian di wilayah sekitar industri yang baru dibangun. Eksternalitas yang bersifat negatif misalnya polusi yang dihasilkan dari proses produksi di lingkungan industri seperti polusi udara dan kebisingan.
(26)
karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas (The World Business Council for Sustainable Development dalam Wibisono, 2002).
Pemerintah berperan membuat kebijakan untuk mengurangi dampak eksternalitas negatif perusahaan ataupun kebijakan tentang tata cara pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan agar sejalan dengan penerapan prinsip-prinsip good corporate governance2. Asumsi dasar dari keadaan di atas adalah bahwa, pemerintah dalam melaksanakan tugasnya benar-benar semata-mata untuk kepentingan publik. Akan tetapi berbagai studi empiris menemukan bahwa aparat pemerintah dalam mengambil tindakan tidak selalu untuk kepentingan publik, tetapi juga ada kepentingan pribadi atau kelompoknya (Utama, 2007). Kepentingan pribadi atau kelompok inilah yang menyebabkan kegagalan peran pemerintah untuk memberikan layanan publik, termasuk mengurangi dampak eksternalitas negatif perusahaan. Pada keadaan ini pelaksana tanggung jawab sosial perusahaan berperan untuk mensubstitusi kegagalan pemerintah dalam menjalankan tugasnya. Tanpa diwajibkan perusahaan yang menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan akan berusaha mengurangi eksternalitas negatif dan meningkatkan eksternalitas positif, bahkan dengan tanggung jawab sosial perusahaan, yang tidak menghasilkan eksternalitas negatif dapat memberikan layanan publik ke masyarakat secara luas (Nursahid, 2006).
Menurut Wibisono (2002) tahap-tahap dalam penerapan tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan oleh perusahaan pada umumnya sebagai
2
Prinsip-prinsip good corporate governancesebagaimana dikutip dari panduan penerapan good corporate governance PT Wijaya Karya (Persero) Tbk meliputi transparansi, keadilan, akuntabilitas, pertanggungjawaban dan kemandirian.
(27)
berikut: (1) perencanaan; (2) implementasi; (3) evaluasi; dan (4) pelaporan. Pendekatan Stakeholder menyatakan bahwa para pihak yang terlibat perlu mengevaluasi sejauh mana perusahaan telah melaksanakan perannya sesuai keinginan stakeholders3(Saidi, 2003).
Kegiatan evaluasi program merupakan salah satu pilar penting yang tidak dapat diabaikan dalam penyelenggaraan program, termasuk dalam pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan. Keberhasilan atau kegagalan suatu program dapat diketahui jika kita melakukan evaluasi terhadap program tersebut (Musa, 2005). Evaluasi yang terencana akan melengkapi kekurangan program yang dievaluasi memberikan dampak bagi penguatan dan pengembangan bagi program selanjutnya. Terkait dengan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, kegiatan evaluasi menjadi suatu hal yang penting untuk dilakukan, untuk mengukur sejauh mana keberhasilan tanggung jawab sosial perusahaan yang telah dilakukan perusahaan serta memberikan informasi yang obyektif dan seimbang kepada pihak yang terlibat (stakeholders) dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (Budimanta, 2008).
PT Holcim Indonesia Tbk adalah salah satu perusahaan semen terbesar di Indonesia yang memiliki target untuk menjadi pelopor dalam memimpin perubahan paradigma bisnis semen di Indonesia, dari produsen semen menjadi penyedia solusi bahan bangunan yang terintegrasi melalui konsep “Membangun Bersama”. Sebagai perusahaan yang menjalankan usaha di bidang pemanfaatan sumber daya alam, yang berkonsekuensi pada kewajiban untuk melaksanakan
3
Analoginya sama dengan pemilik modal yang perlu mengetahui sejauh mana modal yang diinvestasikan di perusahaan telah dikelola oleh manajemen perusahaan dengan efisien dan efektif.
(28)
tanggung jawab sosial perusahaan, karena diduga turut berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan ataupun dampak eksternalitas negatif perusahaan lainnya, PT Holcim Indonesia Tbk melakukan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan yang bertumpu pada paradigma pembangunan yang berkelanjutan. Kebijakan yang digariskan PT Holcim Indonesia Tbk adalah untuk senantiasa menjalankan usaha dengan konsep pembangunan berkelanjutan, mendorong pertumbuhan ekonomi, tanggung jawab terhadap pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, serta memperhatikan kepentingan komunitas lokal.
Upaya untuk memutus rantai kemiskinan diantaranya dengan pemberian akses pembiayaan bagi usaha kecil dan mikro melalui lembaga keuangan resmi ataupun lembaga keuangan lainnya (Wijono, 2005). Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi adalah program tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk yang didirikan sejak plant4 di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor ada. Perkembangan aset Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya yang dikelola oleh masyarakat bersama PT Holcim Indonesia Tbk sejak tahun 2006 hingga tahun 2008 mencapai 12 kali lipat dari aset awal. Perkembangan yang sangat pesat ini menjadi daya tarik bagi peneliti untuk melakukan on going evaluation5terhadap Baitul Maal Wa TamwilSwadaya Pribumi.
4
Plant adalah suatu kesatuan dimana terdapat tambang, pabrik dan kantor perwakilan dalam satu lokasi.
5
On going evaluationadalah evaluasi yang dilakukan pada saat program sedang berjalan untuk mengetahui apakah tahapan program berlangsung sebagaimana mestinya.
(29)
1.2 Masalah Penelitian
Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan menjadi suatu hal yang terus berkembang dalam persaingan dunia usaha. Tidak sesuainya pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dengan konsep pembangunan berkelanjutan, yang menjadi dasar pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, menjadi suatu permasalahan penelitian. Mengukur sejauh mana keberhasilan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan menjadi topik yang banyak dikaji dan dikembangkan. Berbagai lembaga di Indonesia maupun dunia mengembangkan konsep tanggung jawab sosial perusahaan dari tahap perencaaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. PT Holcim Indonesia Tbk adalah perusahaan yang menjalankan usaha di bidang pemanfaatan sumber daya alam dengan produk utama berupa semen, beton siap pakai dan agregat. Dalam kondisi sulitnya akses akses masyarakat terhadap pembiayaan dalam mengembangkan usaha mikro, PT Holcim Indonesia Tbk bersama masyarakat terdorong untuk mendirikan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Masalah penelitian yang akan dikaji oleh peneliti dalam evaluasi tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana masukan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi sebagai bentuk tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk?
2. Bagaimana pengelolaan Baitul Maal Wa TamwilSwadaya Pribumi sebagai bentuk tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk?
3. Bagaimana hasil Baitul Maal Wa TamwilSwadaya Pribumi sebagai bentuk tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk?
(30)
4. Bagaimana manfaat Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi sebagai bentuk tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk dan bagi warga di sekitar pabrik?
5. Bagaimana dampak Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi sebagai bentuk tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk bagi masyarakat di sekitar pabrik?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan-perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengevaluasi masukan Baitul Maal Wa TamwilSwadaya Pribumi sebagai bentuk tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk?
2. Mengevaluasi pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi sebagai bentuk tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk?
3. Mengevaluasi hasil Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi sebagai bentuk tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk?
4. Mengevaluasi manfaat Baitul Maal Wa TamwilSwadaya Pribumi sebagai bentuk tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk bagi warga di sekitar pabrik?
5. Mengevaluasi dampak Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi sebagai bentuk tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk bagi masyarakat di sekitar pabrik?
(31)
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian tentang evaluasi tanggung jawab sosial perusahaan ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pembaca, khususnya untuk:
1. Akademisi, dalam mengkaji permasalahan terkait pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dan lembaga keuangan mikro, khususnya yang berbasis syari’ah dan berbentuk Baitul Maal Wa Tamwil.
2. Perusahaan, khususnya PT Holcim Indonesia Tbk sebagai pengetahuan evaluatif terhadap tanggung jawab sosial dan pengelolaan Baitul Maal Wa TamwilSwadaya Pribumi..
3. Pemerintah, dalam menjalankan fungsi regulasi atau pembuat kebijakan dan fungsi pengawasan terkait peraturan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan.
4. Masyarakat luas, untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai wujud penerapan good corporate governance.
(32)
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Perusahaan dalam aktivitasnya pada masa lalu lebih banyak bergerak dalam konteks mengupayakan keuntungan bagi perusahaan6. Dalam perkembangan terkini, perusahaan dituntut untuk memberikan kontribusi dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan bermasyarakat. Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan katalis untuk tercapainya pembangunan yang berkelanjutan7.
Hasil Earth Summit di Rio de Janeiro pada tahun 1992 dan World Summit di Afrika Selatan pada tahun 2002 berhasil mendorong International Organization for Standardization menerbitkan ISO 26000 sebagai standar pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan pada tahun 2009. Sedangkan dasar hukum pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia mengacu pada Pasal 33 UUD 1945, UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, UU No. 25 dan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas serta Peraturan Menteri BUMN No. 5 Tahun 2007 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Peraturan Menteri BUMN No. 5 Tahun 2007 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan mengatur alokasi dana yang harus dikeluarkan perusahaan untuk program
6
Dalam konsep triple bottom line yang diperkenalkan oleh John Elkington dikenal sebagai pencapaian profit oriented.
7
Earth Summit di Rio de Janeiro pada tahun 1992 telah menyepakati perubahan paradigma pembangunan dari paradigma yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi (economic growth) menjadi pembangunan yang berkelanjutan (sustainability development), (Budimanta, 2008).
(33)
tanggung jawab sosial sebesar satu sampai tiga persen dari laba bersih perusahaan. Penjelasan tentang tanggung jawab sosial perusahaan berdasarkan undang-undang di Indonesia disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Penjelasan tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Berdasarkan Undang-Undang yang Berlaku di Indonesia.
No. Acuan Penjelasan
1 Pasal 33 UUD 1945 Pasal 33 UUD 1945 merupakan suatu Undang-undang yang paling mendasar dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, di mana segala sumber daya alam dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2 UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Perusahaan-perusahaan yang aktivitasnya terkait dengan lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, tanggung jawab sosial perusahaan dimaknai sebagai suatu upaya dalam pengelolaan lingkungan, di mana di dalamnya memuat hal-hal sebagai berikut: lingkungan hidup, pengelolaan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.
3 UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
Minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan yang dikuasai oleh negara serta merupakan komoditas vital yang menguasai hajat hidup orang banyak dan mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional sehingga pengelolaannya harus dapat secara maksimal memberikan kemakmuran dan kesejahteraan.
4 UU No. 25 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya.
5 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. 6 Peraturan Menteri
BUMN No. 5 Tahun 2007 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
Tanggung jawab sosial perusahaan dilihat pada perspektif kemitraan dan bina lingkungan yang diaplikasikan melalui peningkatan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri serta melakukan pemberdayaan kondisi sosial. Sumber: Budimanta, (2008).
Perkembangan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan turut mengembangkan berbagai definisi tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan pertama kali dikemukakan oleh
(34)
Carrol dalam Budimanta (2008), tanggung jawab sosial perusahaan meliputi ekonomi, legalitas, etika dan harapan masyarakat untuk mengorganisasi diri dalam satu waktu.
Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan komitmen perusahaan untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik bersama dengan para pihak yang terkait, utamanya masyarakat di sekelilingnya dan lingkungan sosial dimana perusahaan tersebut berada, yang dilakukan terpadu dengan kegiatan usahanya secara berkelanjutan (Budimanta, 2002). Menurut Daniri (2008)8tanggung jawab sosial perusahaan diartikan sebagai tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap para stakeholders, terutama komunitas atau masyarakat di sekitar wilayah kerja dan operasinya.
Pengertian tentang tanggung jawab sosial perusahaan tidak saja dikembangkan oleh para pakar Community Development, tetapi juga berbagai lembaga terkait di tingkat nasional maupun internasional. Lingkar Studi Corporate Social Responsibility (2009)9 mendefinisikan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai upaya sungguh-sungguh dari perusahaan untuk meminimumkan dampak negatif, mengkompensasi dampak negatif residual dan memaksimumkan dampak positif operasinya dalam ranah ekonomi, sosial, dan lingkungan, terhadap seluruh pemangku kepentingan, untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. The World Bussiness Council for Sustainable Development dalam Wibisono (2002) mengartikan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai komitmen dunia usaha untuk terus bertindak secara etis,
8
Achmad Daniri, Artikel Standarisasi Tanggung Sosial Perusahaan, 2008. www.madani-ri.com diakses pada tanggal 5 Mei 2009.
9
Makalah dalam Seminar Lets CSR di Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, 2009.
(35)
beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas. Sedangkan International Organization for Standardization yang menerbitkan draft ISO 26000, yang mendefinisikan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai tanggung jawab suatu organisasi atas dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan lingkungan, melalui perilaku transparan dan etis (Daniri, 2008).
Desain tanggung jawab sosial perusahaan memiliki keragaman dengan ciri dan komponen khasnya masing-masing. Ragam desain yang terdapat dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan antara lain sebagai berikut:
1. Karitas, adalah bantuan yang diberikan oleh perusahaan dalam bentuk sumbangan yang bersifat insidental. Kapasitas dan akses masyarakat tidak berubah dari kondisi semula, tetap marginal, akibatnya tidak bisa memutus rantai kemiskinan dan benang kusut pendidikan (Azhari, 2007). Karitas biasanya dimaksudkan untuk memberi bantuan untuk kebutuhan dan kendala yang sifatnya sesaat dan mendesak, misalnya menolong korban bencana alam dengan memberi bantuan berupa uang, makanan, pakaian, obat-obatan atau mengirim makanan bagi rakyat suatu wilayah yang tertimpa bencana kelaparan (Saidi, 2003).
2. Filantropi, adalah hibah yang ditujukan untuk kegiatan yang bersifat investasi sosial. Filantropi diharapkan mampu menghasilkan penguatan masyarakat dan sekaligus modal sosial. Aktifitas filantropi seharusnya ditujukan pada kegiatan seperti pendidikan, peningkatan peluang ekonomi
(36)
bagi mereka yang kalah dalam persaingan dan peningkatan kapasitas organisasi masyarakat dalam upaya mengatasi krisis sosial (Saidi, 2003). 3. Kewarganegaraan korporat, serupa dengan filantropi namun ada beberapa
ciri yang membedakan kewarganegaraan korporat dengan filantropi, yaitu sebagai berikut (Kiroyan, 2008):
a. Prinsip kesukarelaan, pemahaman tanggung jawab sosial perusahaan sebagai kebijakan perusahaan yang melebihi keharusan yang diatur dalam hukum.
b. Pengelolaan atau internalisasi dari apa yang disebut dalam ilmu ekonomi sebagai dampak eksternal negatif.
c. Orientasi terhadap pemangku kepentingan yang bukan semata-mata kepada kepentingan pemegang saham.
d. Penyelarasan tanggung jawab sosial dan ekonomi, tanggung jawab sosial perusahaan tidak boleh berdampak negatif terhadap aspek ekonomis penyelenggaraan bisnis.
e. Praktek dan tata nilai, bagi mereka yang mempraktekannya, tanggung jawab sosial perusahaan bukan semata-mata bagian dari suatu strategi bisnis melainkan merupakan penerapan dari suatu falsafah atau tata nilai yang dianut.
f. Melampaui filantropi, tanggung jawab sosial perusahaan dianggap identik dengan filantropi, yaitu kedermawanan perusahaan terhadap mereka yang nasibnya kurang beruntung.
Analisis terhadap ragam desain pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dapat dilakukan dengan analisis komponen masukan, proses, hasil,
(37)
manfaat dan dampak. Analisis dilakukan dengan melihat karakteristik dan komponen masing-masing desain pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan seperti yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Matriks Analisis Karakteristik dan Komponen Desain Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
Komponen Karitas Filantropi Kewarganegaraan
Korporat Masukan Tradisi
Hibah sosial
Uang Makanan Obat–obatan Tren Etika Hukum
Hibah pembangunan
Alokasi 1–3 % dari laba
Keterlibatan sosial
Sukarela
Seluruh sumber daya perusahaan
Proses Insidental
Melalui kepanitiaan Terorganisir Terprogram Yayasan Profesionalisasi
Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan
Keterlibatan seluruh sumber daya perusahaan
Divisi khusus yang menangani TJSP
Hasil Mengatasi masalah sesaat
Mencari penyebab masalah
Mengatasi masalah
Kontribusi langsung kepada masyarakat
Pendampingan Manfaat Akses dan
kapasitas masyarakat tetap
Investasi sosial
Peningkatan peluang ekonomi
Keragaman stakeholders
Dampak Ketergantungan
Perilaku masyarakat selalu meminta
Pengembangan pemikiran
Peningkatan kapasitas organisasi/kelembagaan
Penguatan masyarakat
Ekonomi komunitas
Harmonisasi dengan masyarakat
Kelestarian lingkungan
Partisipasi masyarakat Sumber: Rahman, (2009)
Perencanaan dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan secara umum terdiri dari tiga langkah utama yang merupakan suatu tingkatan yang merepresentasikan ragam desain pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (Wibisono, 2002):
1. Awareness Building, yaitu langkah awal untuk membangun kesadaran perusahaan mengenai arti penting tanggung jawab sosial perusahaan dan komitmen manajemen.
(38)
2. CSR Assesment, yaitu upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan tanggung jawab sosial perusahaan secara efektif. 3. CSR Manual Building, yaitu inti dalam memberikan petunjuk pelaksanaan
tanggung jawab sosial perusahaan bagi konsumen perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efisien.
2.1.2 Evaluasi Program
Kegiatan evaluasi program merupakan salah satu pilar penting yang tidak dapat diabaikan dalam penyelenggaraan program pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat karena berkaitan dengan penyelenggaraan program selanjutnya. Musa (2005) menyatakan evaluasi program yang terencana akan memberikan dampak bagi penguatan dan pengembangan program. Keberhasilan atau kegagalan suatu program dapat diketahui jika kita melakukan evaluasi terhadap program tersebut.
Evaluasi program adalah suatu kegiatan untuk memperoleh gambaran tentang keadaan suatu obyek yang dilakukan secara terencana, sistematik dengan arah dan tujuan yang jelas. Secara umum evaluasi dapat diartikan sebagai upaya seksama untuk mengumpulkan, menyusun mengolah dan menganalisa fakta, data dan informasi untuk menyimpulkan harga, nilai, kegunaan dan kinerja mengenai sesuatu (barang, pekerjaan, organisasi, dan lain-lain) yang kemudian dibuat kesimpulan sebagai proses dari pengambilan keputusan. (Musa, 2005).
(39)
Menurut Budimanta (2008), ada beberapa alasan perlunya melakukan evaluasi program, antara lain:
1. Mengetahui sejauhmana perkembangan dari pelaksanaan program. 2. Mengetahui sejauhmana ketercapaian tujuan.
3. Mengetahui dampak yang terjadi dari program yang telah dilakukan. 4. Mengetahui perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang terjadi. 5. Menentukan tepat atau tidaknya media pembelajaran yang digunakan. 6. Menentukan ketepatan pendekatan dan teknik yang digunakan.
7. Menentukan kinerja fasilitator dalam memberikan materi pelatihan, pembelajaran atau pemberdayaan.
8. Mengungkapkan faktor-faktor penghambat.
9. Mengajak semua pihak yang terlibat dalam kegiatan untuk bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilaksanakan.
10. Menentukan kegiatan selanjutnya agar lebih efisien dan efektif dengan meminimalisasi faktor penghambat.
Adapun pengertian program adalah serangkaian proses yang diarahkan untuk pencapaian suatu tujuan khusus atau hasil. Sumber daya yang diubah disebut input (masukan) sedangkan hasil yang dicapai dibagi menjadi tiga golongan yaitu output (hasil), outcome (manfaat) dan impact(dampak). Masukan adalah semua jenis barang, jasa, dana, tenaga manusia, teknologi dan sumber daya lainnya yang selalu tersedia untuk terlaksananya suatu kegiatan dalam rangka menghasilkan output(hasil) dan mencapai tujuan program.
(40)
Tujuan merupakan hasil-hasil yang diharapkan akan dicapai oleh suatu proyek atau program pembangunan. Tujuan dapat disusun secara bertingkat menjadi dua tahapan atau lebih yaitu sebagai berikut :
1. Output : hasil atau tujuan jangka pendek; 2. Outcome : manfaat atau tujuan jangka menengah; 3. Impact : dampak atau tujuan jangka panjang;
Wibisono (1989) mengemukakan jenis-jenis evaluasi yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi program, yaitu sebagai berikut:
1. Evaluasi Input, adalah penilaian terhadap kesesuaian antara input-input program dengan tujuan program. Input adalah semua jenis barang, jasa, dana, tenaga manusia, teknologi dan sumberdaya yang perlu tersedia untuk terlaksananya suatu kegiatan dalam rangka menghasilkan Output dan tujuan suatu proyek atau program.
2. Evaluasi Output, adalah penilaian terhadap output-output yang dihasilkan oleh program untuk megetahui ketercapaian program. Output adalah produk atau jasa tertentu yang diharapkan dapat dihasilkan oleh suatu kegiatan dari inputyang tersedia, untuk mencapai tujuan program. Output juga biasa disebut sebagai hasil langsung atau tujuan jangka pendek.
3. Evaluasi Outcome, adalah penilaian terhadap manfaat yang di peroleh dari penggunaan output-output program. Misalnya keuntungan hasil usaha dari kredit yang diterima masyarakat. Outcomebiasa disebut sebagai manfaat, pengaruh atau tujuan jangka menengah.
(41)
4. Evaluasi Impact, adalah penilaian terhadap dampak yang diperoleh dari outcome program yang merupakan kenyataan sesungguhnya yang dihasilkan oleh program pada tingkat yang lebih luas. Evaluasi diarahkan pada pengaruh lebih jauh dari program, misalnya kebutuhan pangan rumah tangga, yang diukur oleh tingkat ketersediaan pangan, akses terhadap pangan dan tingkat penggunaan pangan.Impact biasa disebut dampak atau tujuan jangka panjang.
Unsur-unsur pokok yang harus dipenuhi dalam setiap kegiatan evaluasi program (Budimanta, 2008):
1. Obyek yang dinilai, 2. Tujuan evaluasi, 3. Alat evaluasi, 4. Proses evaluasi, 5. Hasil evaluasi,
6. Standard yang dijadikan pembanding,
7. Proses perbandingan antara hasil evaluasi dengan standard.
Jenis-jenis evaluasi program dapat dikategorikan berdasarkan waktu pelaksanaannya (Musa, 2005):
1. Evaluasi Awal (Ex-ante Evaluation)
Evaluasi awal adalah evaluasi yang dilakukan sebelum sesuatu program dilaksanakan. Evaluasi ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah program memang layak dilaksanakan secara ekonomis, teknis, finansial, sosial, maupun politis. Evaluasi ini dikenal juga sebagai studi kelayakan.
(42)
2. Evaluasi Proses (On-going Evaluation)
Evaluasi proses atau monitoring dilakukan pada setiap tahapan dalam perencanaan dan pelaksanaan program. Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan ketika program sedang berjalan untuk mengetahui apakah tahapan program berlangsung sebagaimana mestinya, sesuai yang dirumuskan pada perencanaan program.
3. Evaluasi Akhir (Ex-post Evaluation)
Evaluasi akhir adalah evaluasi yang dilakukan pada saat program selesai dilaksanakan untuk melihat hasil dan kesesuaian dengan tujuan.
Menurut Kelsey dan Hearne (1955) dalam Mugniesyah (2006), evaluasi program bermanfaat untuk:
1. Menguji secara berkala pelaksanaan program, yang mengarahkan perbaikan kegiatan yang berkelanjutan.
2. Membantu memperjelas manfaat yang penting dan tujuan-tujuan khusus program serta memperjelas dan mengukur sampai seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu tercapai.
3. Menjadi pengukur keefektifan metode yang digunakan.
4. Menyediakan data dan informasi yang penting untuk perencanaan program selanjutnya.
5. Menyediakan bukti tentang nilai atau pentingnya program.
6. Menyediakan bukti-bukti tentang keberhasilan untuk memberikan rasa puas dan kepercayaan kepada mereka yang terlibat dalam program.
(43)
2.1.3 Lembaga Keuangan Mikro
Upaya pengentasan kemiskinan dapat dilakukan antara lain dengan memutus mata rantai kemiskinan itu sendiri, diantaranya adalah dengan pemberian akses yang luas terhadap sumber-sumber pembiayaan bagi usaha kecil dan mikro (UKM) yang dipandang sebagai bagian dari masyarakat miskin yang mempunyai kemauan dan kemampuan produktif. Kendala utama yang dihadapi pelaku usaha kecil dan mikro ketika mengajukan pembiayaan melalui perbankan adalah outstanding10 yang kecil, persyaratan perbankan dan tidak memiliki jaminan liquid11, sehingga sebagian besar usaha kecil dan mikro tidak tersentuh pembiayaan dari perbankan. Menurut Microcredit Summit (1997) dalam Wijono (2005), kredit mikro adalah program pemberian kredit berjumlah kecil kepada warga paling miskin untuk membiayai proyek yang dia kerjakan sendiri agar menghasilkan pendapatan, yang memungkinkan mereka peduli terhadap diri sendiri dan keluarganya. Lembaga keuangan yang terlibat dalam penyaluran kredit mikro umumnya disebut Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Menurut Asian Development Bank (ADB), lembaga keuangan mikro adalah lembaga yang menyediakan jasa penyimpanan (deposit), kredit (loan), pembayaran berbagai transaksi jasa (payment service) serta bantuan yang ditujukan bagi masyarakat miskin dan pengusaha kecil. Sedangkan bentuk lembaga keuangan mikro dapat berupa: (1) lembaga formal misalnya bank desa dan koperasi; (2) lembaga semi formal misalnya organisasi non-pemerintah; dan (3) sumber-sumber informal (Wijono, 2005).
10
Outstandingadalah estimasi jumlah keuntungan. 11
(44)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2005, kondisi usaha kecil dan mikro periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2004 menunjukkan perkembangan. Pada periode ini kontribusi usaha kecil dan mikro pada produk domestik bruto mencapai 56,04 persen. Data Badan Pusat Statistik tahun 2005 menunjukkan bahwa dari jumlah 43,22 juta unit usaha kecil dan mikro tahun 2004 meningkat 1,61 persen dibandingkan dengan tahun 2003, dan jumlah ini merupakan bagian terbesar pelaku usaha di Indonesia. Tenaga kerja yang diserap usaha kecil dan mikro tahun 2004 mencapai 70,92 juta orang, turun 0,25 persen dibanding tahun 2003. Jumlah unit usaha, penyerapan tenaga kerja dan produktivitas berdasarkan skala usaha tahun 2003 dan 2004 terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Unit Usaha, Penyerapan Tenaga Kerja dan Produktivitas
Berdasarkan Skala Usaha Tahun 2003 dan 2004. Skala Usaha Jumlah Usaha
(juta unit)
Tenaga Kerja (juta orang)
Produktivitas (juta rupiah/tenaga kerja)
2003 2004 2003 2004 2003 2004
Usaha Kecil 42,48 43,22 71,09 70,92 10,37 11,57 Usaha Menengah 0,05 0,06 8,30 8,15 33,70 38,71 Usaha Besar 2,17 2,25 0,42 0,40 1.870 2.220 Sumber: Berita Statistik, Maret 2005, Badan Pusat Statistik
Baitul Maal Wa Tamwiladalah lembaga keuangan yang menghimpun dan mengelola keuangan masyarakat. Baitul Maal Wa Tamwil tidak berbeda dengan lembaga keuangan mikro. Layanan yang diberikan sebagian besar sama dengan layanan yang diberikan lembaga kuangan mikro lainnya, yang membedakan adalah, dalam pengelolaanya Baitul Maal Wa Tamwil menggunakan sistem syari’ah, seperti penggunaan sistem bagi hasil dalam pelaksanaannya. Perkembangan Baitul Maal Wa Tamwilsangat beragam, mulai dari yang memiliki jumlah aset sebesar 50 juta rupiah dengan jumlah nasabah 500 orang, hingga yang memiliki aset berjumlah 100 juta rupiah dengan jumlah nasabah 3.000 orang.
(45)
Perkembangan Baitul Maal Wa Tamwil di Indonesia sangat potensial, karena berdasarkan data Menegkop, lembaga keuangan mikro yang ada hanya mampu menyerap 2,5 juta dari 43 juta pelaku usaha kecil dan mikro, sehingga diperkirakan masih dibutuhkan lebih dari 8.000 unit Lembaga Keuangan Mikro yang baru. Selain jumlah penerima manfaat yang besar, yang menarik adalah jumlah pembiayaan tiap unit usahapun lebih kecil untuk dapat menyentuh warga miskin yang memiliki kesulitan akses pembiayaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembiayaan pada lembaga keuangan mikro lebih mampu untuk menyentuh pengusaha mikro sebagai unit usaha terkecil, akan tetapi memiliki jumlah unit usaha paling besar di Indonesia.
Selain dari sisi permodalan, arti penting dari Baitul Maal Wa Tamwilbagi Usaha Kecil dan Mikro adalah berupa pendampingan. Usaha kecil dan mikro praktis lebih bermodalkan semangat dan kerja keras serta kejujuran, sedangkan secara teknis memiliki kelemahan dari sisi sumber daya manusia, permodalan, manajemen, juga legalitas12. Meskipun sepintas pembiayaan pada usaha kecil dan mikro sangat berisiko (karena ketiadaan jaminan), akan tetapi karena sebenarnya terdapat jaminan intangible seperti abonemen los pasar, surat ojek dan lainnya sebagai ganti dari jaminan yang berlaku pada bank ditambah dengan proses collectingyang dilakukan secara harian, hal ini telah menunjukkan bahwa Baitul Maal Wa Tamwil cukup hati-hati dalam proses pembiayaan dibuktikan dengan jumlah kolektabilitas rendah (kredit macet) di bawah 3 persen, lembaga keuangan mikro dapat dijadikan sebagai alternatif investasi yang menguntungkan, sekaligus
12
Sebagai contoh dalam satu pasar tradisional dengan jumlah pedagang 5.000 orang, keberadaan pedagang yang memiliki catatan yang dapat dibaca tidak lebih dari 10 orang saja. Hal inilah yang sering digunakan sebagai alasan bahwa usaha kecil dan mikro sulit mendapat pembiayaan dari bank, disamping alasan utama berupa kurang atau tidak adanya kolateral.
(46)
memberikan daya guna kepada masyarakat karena dapat menggerakkan sektor riil sekaligus menciptakan masyarakat produktif.
Sebagai lembaga yang mengelola keuangan masyarakat Baitul Maal Wa Tamwilperlu memiliki badan hukum. Baitul Maal Wa Tamwil yang berkembang didirikan dengan suatu proses legalitas hukum yang bertahap, dimulai dengan kelompok swadaya masyarakat hingga jika telah memenuhi aset yang mencukupi dapat mempersiapkan diri untuk membentuk badan hukum koperasi. Saat pengurus dan anggota telah siap untuk mengurus secara profesional, Baitul Maal Wa Tamwil dapat diajukan menjadi koperasi. Penetapan koperasi sebagai badan hukum Baitul Maal Wa Tamwil dipilih karena legalitas usaha yang diakui di Indonesia hanya tiga: (1) Perseroan Terbatas; (2) Badan Usaha Milik Negara dan (3) Koperasi. Dengan demikian, pilihan legalitas paling logis bagi Baitul Maal Wa Tamwiladalah koperasi. Kesesuaian koperasi sebagai badan hukum Baitul Maal Wa Tamwil didasarkan pada kesesuaian koperasi dengan hukum Islam. Koperasi sebagai salah satu dari sejumlah bentuk kegiatan ekonomi yang tengah dikembangkan saat ini merupakan bangun ekonomi yang berwatak sosial dengan berpadunya nilai ekonomi dan sosial di dalamnya (Norvadewi, 2007).
Baitul Maal Wa Tamwil sebagai pemberi dana (shahibul maal), dalam melakukan penilaian permohonan pembiayaan akan memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon peminjam (mudharib), yaitu sebagai berikut:
1. Character, penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon peminjam untuk memperkirakan kemungkinan bahwa peminjam dapat memenuhi kewajibannya.
(47)
2. Capacity, penilaian tentang kemampuan peminjam untuk melakukan pembayaran. Kemampuan diukur dengan catatan prestasi peminjam di masa lalu yang didukung dengan pengamatan di lapangan atas sarana usahanya seperti karyawan, mesin, sarana produksi, cara usahanya, dan lain sebagainya.
3. Capital, penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon peminjam, diukur dengan posisi usaha/perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh rasio keuangan dan penekanan pada komposisi modalnya.
4. Collateral, jaminan yang dimiliki calon peminjam. Penilaian ini untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu risiko kegagalan pembayaran tercapai terjadi, maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajibannya. 5. Conditions, pihakBaitul Maal Wa Tamwilharus melihat kondisi ekonomi
yang terjadi di masyarakat dan secara spesifik melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon peminjam. Hal tersebut dilakukan karena kondisi eksternal memiliki pengaruh yang cukup besar dalam proses berjalannya usaha calon peminjam dalam jangka panjang.
2.2 Kerangka Pemikiran
PT Holcim Indonesia Tbk berkomitmen pada paradigma pembangunan berkelanjutan yang mengacu pada konsep triple bottom line. Hidup berdampingan bersama komunitas lokal merupakan konsekuensi PT Holcim Indonesia sebagai bagian dari masyarakat. Konsep triple bottom line mempengaruhi kebijakan perusahaan diwujudkan dengan enam pilar pembangunan berkelanjutan PT
(48)
Holcim Indonesia Tbk yang salah satunya adalah pelaksanaan tanggung jawab sosial. Dana tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk yang merupakan masukan pelaksanaan dikelola oleh departemen community relations.
Pengembangan ekonomi lokal tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk terdiri dari penyerapan tenaga kerja, penyediaan peralatan dan pelatihan kejuruan serta pembiayaan usaha mikro melalui Baitul Maal Wa TamwilSwadaya Pribumi. Masalah yang dihadapi komunitas lokal dalam mencari nafkah adalah tidak adanya kesempatan kerja dan pembiayaan bagi usaha mikro. Tidak adanya nilai estimasi keuntungan yang besar (outstanding) dan jaminan mudah cair (liquiditas) menyebabkan komunitas tidak bisa memperoleh pembiayaan dari bank atau lembaga keuangan konvensional lainnya. Kerangka pemikiran evaluasi pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dapat dilihat pada Gambar 1.
(49)
: Komponen Masukan : Komponen Proses
: Komponen Hasil : Hubungan
: Komponen Manfaat : Mempengaruhi
: Komponen Dampak : Tidak Mempengaruhi
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Evaluasi PengelolaanBaitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Dana Pembiayaan
Bagi Hasil
Peningkatan Pendapatan Kemandirian
Keuntungan usaha Perubahan akses Nafkah
Komunitas Lokal
Peluang Kerja Peralatan
Pembiayaan Penyerapan Tenaga Kerja
Pelatihan Kerja Bank Pembiayaan BMT Swadaya Pribumi PT Holcim Indonesia Tbk
Ekonomi Lokal
Sosial dan Pendidikan
Infrastruktur
Tanggung Jawab Sosial
Dana
Pembangunan Berkelanjutan Triple Bootom Line
Ekonomi Lingkungan Komunitas Outstanding Liquiditas 25
(50)
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan perpaduan antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif memiliki ciri khas yaitu menekankan pada pumpunan inter-subyektifitas realitas sosial yang dihasilkan dari interaksi antara peneliti dan tineliti (Sitorus, 1998). Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual secara mendetail yang sedang menggejala dan mengidentifikasi masalah-masalah atau mendapat justifikasi keadaan dan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan (Singarimbun, 1989).
Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui masukan, proses, hasil dan manfaat yang didapat dari pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Efisiensi, tingkat kepuasan, perubahan tingkat pendapatan dan perubahan status kemiskinan dijawab dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah metode yang digunakan untuk mengkaji gejala-gejala sosial dari suatu hal yang dapat berupa seseorang, sebuah kelompok, sebuah komunitas, sebuah massa, sebuah proses cara menganalisa secara mendalam. Metode studi kasus dipilih karena merupakan studi aras mikro merupakan metode penelitian yang bersifat multi-metode (Sitorus, 2009).
(51)
Metode yang digunakan untuk membantu menjawab permasalahan penelitian pertama adalah memecah masukan menjadi beberapa variabel masukan yang kemudian dipecah kembali menjadi beberapa indikator. Pemecahan komponen masukan ini dilakukan hingga komponen tersebut tidak dapat dirinci lagi sehingga diperoleh beberapa indikator masukan tanggung jawab sosial perusahaan dan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Proses pengelolaan tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk dipahami melalui analisis dengan menggunakan konsep pemberdayaan, tanggung jawab sosial perusahaan dan lembaga keuangan mikro.
Metode yang digunakan untuk mengetahui efisiensi pelaksanaan tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk adalah dengan menggunakan analisis perbandingan biaya-manfaat (B/C Ratio) dengan metode return on investment, efisiensi dalam arti luas yaitu membandingkan secara langsung besarnya total aset yang dimiliki saat ini dibandingkan dengan modal yang disalurkan dan efisiensi dalam arti sempit membandingkan total pendapatan tengan total biaya operasional. Perubahan pendapatan dan tingkat kemiskinan masyarakat diketahui dengan membandingkan pendapatan sebelum dan setelah menerima program. Pendapatan masyarakat diketahui melalui pertanyaan kuesioner yang menggunakan pendekatan pengeluaran rumah tangga yang diadaptasi dari pertanyaan Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2001. Tingkat kesejahteraan dan status kemiskinan diketahui melalui wawancara dan pengamatan terbatas menggunakan empat belas indikator kemiskinan yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik.
(52)
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di tiga lokasi. Lokasi pertama yaitu kantor PT Holcim Indonesia Tbk di Jl. Raya Narogong Kilometer 7, Kabupaten Bogor. Lokasi kedua yaitu kantor Baitul Maal wa Tamwil Swadaya Pribumi di Ruko Rawa Jejed 2, Jalan Raya Klapanunggal – Bojong Kilometer 1, Kabupaten Bogor. Lokasi ketiga yaitu Desa Kembang Kuning, Desa Klapanunggal dan Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor sebagai penerima program tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk dan pembiayaan usaha mikro Baitul Maal wa Tamwil Swadaya Pribumi. Penentuan lokasi ditentukan secara sengaja (purposive). Lokasi penelitian dipilih dengan pertimbangan PT Holcim Indonesia Tbk adalah perusahaan yang menjalankan usaha di bidang pemanfaatan sumber daya alam sehingga sangat relevan untuk mengkaji pelaksanaan program tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk. Sebelum menentukan tempat penelitian, peneliti melakukan observasi melalui kepustakaan, internet dan penjajakan awal untuk mendapatkan informasi dari narasumber.
Penelitian ini dilakukan dalam empat tahap yang dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Agustus 2009. Tahap pertama adalah pengumpulan literatur dari berbagai sumber untuk memenuhi kebutuhan pendekatan teoritis. Tahap kedua yaitu penyusunan proposal penelitian dan seminar proposal penelitian. Tahap ketiga yaitu pengumpulan data untuk pencapaian data penelitian yang dibutuhkan. Sedangkan tahap keempat yaitu pengolahan data sampai penyelesaian laporan penelitian.
(53)
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang disajikan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dengan metode wawancara mendalam, pengamatan terbatas dan survei. Data sekunder didapatkan dari penelusuran literatur dan dokumen resmi yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
Data kualitatif didapat dengan metode wawancara mendalam dan pengamatan terbatas terhadap karyawan departemen community relations sebagai pengelola program tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk serta penelusuran literatur, dokumen pribadi dan dokumen resmi yang berkaitan dengan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Data kuantitatif didapat melalui penelusuran data sekunder dan survei terhadap masyarakat yang menerima pembiayaan usaha mikro dari Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Sampling Frame berjumlah 146 orang yang merupakan penerima pembiayaan usaha mikro Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi periode Januari – Juni 2009. Sampel berjumlah 33 orang dengan asumsi responden bersifat homogen, independen, populasi terdistribusi normal dan terpilih secara acak. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data kuantitatif adalah kuesioner. Pertanyaan kuesioner diarahkan untuk mengetahui kondisi fisik, fasilitas, perlengkapan dan lingkungan tempat tinggal, serta pengeluaran rumah tangga secara rinci untuk mengetahui pendapatan dan tingkat kemiskinan secara riil. Data kuantitatif sekunder didapat dari penelusuran dokumen pribadi ataupun resmi seperti laporan Annual Report dan Sustainable Development Report yang dimiliki PT Holcim Indonesia Tbk.
(54)
3.4 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan cara mendeskripsikan dan menginterpretasikan fenomena yang ada di lapang. Data yang diperoleh secara kualitatif yaitu data tentang masukan tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia dan Baitul Maal Wa TamwilSwadaya Pribumi meliputi kebijakan perusahaan dan latar belakang penentuan masukan. Proses pengelolaan tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk dan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi meliputi meliputi konsep pemberdayaan dan tanggung jawab sosial perusahaan. Interpretasi dan penyajian data dilakukan dalam bentuk matriks, tabel, grafik dan deskripsi kata.
Data kuantitatif dianalisis menggunakan analisis inferensia yaitu analisis yang berkaitan dengan data sampel untuk kemudian dilakukan penyimpulan-penyimpulan (inferensi) yang digeneralisasikan kepada keseluruhan subyek tempat data itu diambil (populasi). Data kuantitatif primer terlebih dahulu dikumpulkan dan ditabulasikan untuk kemudian disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan grafik. Selanjutnya data kuantitatif yang telah disajikan dilakukan pengujian statistik dengan uji T kemudian dianalisis dan diinterpretasikan untuk melihat kasus yang terjadi.
Data kuantitatif sekunder dikumpulkan dan dianalisis dengan menggunakan analisis perbandingan biaya-manfaat untuk mengetahui efisiensi dalam arti luas dan sempit. Perhitungan analisis biaya manfaat dilakukan dengan metode Return On Investment dengan memperhitungkan besar inflasi yang
(55)
diasumsikan sebesar 10 persen per tahun Pengolahan data diproses dengan menggunakan software SPSS 16 for Windows danMicrosoft Excel 2007.
Nilai Return On Investmentdapat dicari dengan rumus:
Total Manfaat – Total Biaya
ROI = x 100%
Total Biaya
Total Manfaat : Total pendapatan dari pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dikurangi inflasi sebesar 30%.
Total Biaya : Total biaya operasional pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi.
Apabila suatu program mempunyai Return On Investment lebih besar dari 0 maka program tersebut dapat diterima dan layak dilaksanakan karena memiliki nilai keuntungan.
Hipotesis uji yang digunakan dalam melakukan uji T berpasangan adalah sebagai berikut:
H0: Tidak ada perbedaan antara rata-rata pendapatan penerima kredit sebelum menerima kredit dengan rata-rata pendapatan penerima kredit setelah menerima kredit.
H1: Ada perbedaan antara rata-rata pendapatan penerima kredit sebelum menerima kredit dengan rata-rata pendapatan penerima kredit setelah menerima kredit.
H0 diterima jika -t hitung < -t tabel H0 diterima jikaP value> 0,025
(56)
4.1 PT Holcim Indonesia Tbk 4.1.1 Sejarah
PT Holcim Indonesia Tbk telah melalui perjalanan yang panjang di percaturan industri semen serta pembangunan sarana infrastruktur di tanah air. Perjalanan panjang kiprah PT Holcim Indonesia Tbk berawal saat masih bernama PT Semen Cibinong yang resmi didirikan pada tanggal 15 Juni 1971 dengan produk andalannya yaitu “Semen Kujang”. PT Semen Cibinong adalah perusahaan produsen semen swasta pertama yang ada di Indonesia. Pada tahun 1973, unit pertama yang berlokasi di Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor mulai dibangun dan baru siap beroperasi pada tahun 1975.
Langkah besar terjadi pada tanggal 10 Agustus 1977 ketika pada saat itu PT Semen Cibinong menjadi perusahaan produsen semen pertama yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, dan kemudian satu tahun kemudian PT Semen Cibinong juga mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Surabaya. Ekspansi PT Semen Cibinong Tbk berlanjut dengan melakukan akuisisi atas mayoritas saham PT Semen Nusantara Cilacap pada tanggal 14 Juni 1993 yang kemudian dilanjutkan dengan pembelian 100 persen atas saham PT Semen Dwima Agung pada tahun 1995.
Titik awal perubahan terjadi pada tanggal 13 Desember 2001 ketika pada saat itu Grup Holcim secara resmi menjadi pemegang saham mayoritas (77,33 persen) PT Semen Cibinong Tbk, sejak saat itu PT Semen Cibinong Tbk mulai
(57)
menjadi bagian dari Grup Holcim. Pada tanggal 1 Januari 2006 perusahaan ini resmi berubah nama menjadi PT Holcim Indonesia Tbk, sejak saat itu PT Holcim Indonesia Tbk menjadi salah satu perusahaan semen milik Grup Holcim.
Grup Holcim merupakan produsen semen, agregat dan beton siap pakai terkemuka di dunia yang berkantor pusat di negara Swiss, dengan total karyawan lebih dari 90.000 orang di seluruh pabrik yang berlokasi di lebih 70 negara. Kapasitas produksi Grup Holcim mencapai lebih dari 170 juta ton semen setiap tahunnya. PT Holcim Indonesia Tbk merupakan perusahaan publik Indonesia dengan mayoritas saham (77,33 persen) dimiliki dan diawasi oleh Holderfin BV Ltd, anak perusahaan dari Grup Holcim. Kepemilikan publik PT Holcim Indonesia Tbk dimiliki 11,15 persen oleh pemegang saham asing dan 11,52 persen oleh pemegang saham lokal. Saat ini jumlah karyawan yang bekerja pada PT Hocim Indonesia Tbk adalah 2.401 orang.
Komitmen PT Holcim Indonesia Tbk pada profesionalisme dan kualitas terbukti saat mendapatkan sertifikasi internasional bidang Sistem Mutu atau ISO 9002 dari SGS (Societe Generale de Surveillance) untuk Pabrik Narogong dan Cilacap. Setahun kemudian PT Holcim Indonesia Tbk memperoleh ISO 14001 atau sertifikasi internasional di bidang Sistem Manajemen Lingkungan juga untuk Pabrik Narogong dan Cilacap dari SGS. Sertifikasi ISO 9002 dan 14001 bagi PT Holcim Indonesia Tbk sangat membanggakan karena PT Holcim Indonesia Tbk merupakan perusahaan pertama di Grup Holcim Asia Pasifik yang memperoleh sertifikasi ISO 9001 dan ISO 14001 untuk seluruh unit operasionalnya.
(58)
PT Holcim Indonesia Tbk juga mencatat prestasi lain yang patut dibanggakan, yaitu memenangkan penghargaan Pencapaian Terbaik dari Hewlett Packard di bidang Teknologi Informasi dan Medali Emas untuk Kendali Mutu di Konvensi Mutu Indonesia pada tahun 2000.
4.1.2 Visi dan Misi
Sejalan dengan perubahan identitas baru sejak diakuisisi oleh Grup Holcim pada tahun 2006, target PT Holcim Indonesia Tbk adalah untuk menjadi pelopor dalam memimpin paradigma bisnis semen di Indonesia, dari produsen semen menjadi penyedia solusi bahan bangunan yang terintegrasi melelui konsep “Membangun Bersama”.
Visi dari PT Holcim Indonesia Tbk adalah menjadi perusahaan yang memiliki kinerja terbaik dan terpandang di industri semen Indonesia, serta menjadi salah satu perusahaan terbaik di dalam Grup Holcim, menyediakan landasan untuk kebutuhan masyarakat di masa depan.
Misi PT Holcim Indonesia Tbk adalah, melalui produksi dan penjualan semen, beton siap pakai dan agregat serta pengembangan sumber daya manusia, akan menghasilkan keuntungan maksimum yang berkelanjutan kepada pemegang saham dengan tetap memberikan perhatian penuh kepada semua pihak yang berkepentingan (stakeholder).
(59)
4.1.3 Struktur Organisasi
PT Holcim Indonesia Tbk dipimpin oleh seorang Presiden Direktur yang dibantu oleh tujuh orang direktur, yaitu Direktur Pemasaran dan Inovasi, Direktur RMX dan Agregat, Direktur Sumber Daya Manusia, Direktur Manufaktur, Direktur Keuangan, Direktur Logistik dan Ekspor serta Direktur Pengembangan Strategi Bisnis. Departemen community relations yang mengelola tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk bertanggung jawab kepada direktur manufaktur bersama sepuluh departemen lainnya termasuk departemen penggalian dan perawatan. Struktur organisasi PT Holcim Indonesia Tbk dapat dilihat pada Gambar 2.
Sumber: Annual Report, 2004.
Gambar 2. Struktur Organisasi PT Holcim Indonesia Tbk
Departemen Penggalian Departemen Community Relations
Departemen Perawatan
Baitul Maal Wa TamwilSwadaya Direktur RMX dan
Agregat Direktur Pemasaran
dan Inovasi
Direktur Sumber Daya Manusia
Presiden Direktur
DirekturPengembang an Strategi Bisnis Direktur Logistik dan
Ekspor Direktur Keuangan Direktur Manufaktur Dewan
(1)
131 Dedeh Suwandi 05-2009 03-2010 1 3.750.000 3.000.000 750.000 2.700.000 1
132 Edih Bin Misin 03-2009 01-2010 1 2.500.000 2.500.000 1.400.000 4
133 Eman Bin Nahwi 03-2009 01-2010 1 3.750.000 3.000.000 750.000 2.100.000 4
134 Enjang Bin Saun 06-2009 04-2010 1 1.200.000 1.000.000 200.000 1.000.000 9
135 Jajang Suwandi 05-2009 03-2010 1 3.600.000 3.000.000 600.000 2.700.000 4
136 Jama Bin Imang 06-2009 04-2010 1 1.250.000 1.000.000 250.000 1.000.000 9
137 Lidiawati 04-2009 02-2010 1 1.250.000 1.000.000 250.000 800.000 3
138 Maman Bin Eri 05-2009 03-2010 1 1.250.000 1.000.000 250.000 900.000 4
139 Masjotur 04-2009 02-2010 1 2.500.000 2.500.000 1.600.000 9
140 Nani Binti Nandi 04-2009 02-2010 1 1.875.000 1.500.000 375.000 1.200.000 3
141 Parta 04-2009 02-2010 1 2.500.000 2.000.000 500.000 1.600.000 3
142 Rais Bin Nien 05-2009 03-2010 1 1.250.000 1.000.000 250.000 900.000 1
143 Rusmana 04-2009 02-2010 1 650.000 650.000 400.000 4
144 Ryan Mulyana 05-2009 03-2010 1 3.250.000 2.500.000 750.000 2.250.000 3
145 Saim Bin Misin 03-2009 01-2010 1 1.250.000 1.000.000 250.000 700.000 3
146 Saman Bin Nana 04-2009 02-2010 1 2.600.000 2.600.000 1.600.000 4
147 Sayiti Binti Sena 03-2009 01-2010 1 1.250.000 1.000.000 250.000 800.000 4
148 Sumanta Bin Acim 03-2009 01-2010 1 3.750.000 3.000.000 750.000 2.100.000 9
Keterangan:
Koletabilitas :
1. Lancar
2 Diragukan
3 Macet
Agunan
:
1. Alat Produksi / Mesin
3. Emas / Perhiasan
4. BPKB Sepeda Motor
9. Sertifikat Tanah
(2)
Lampiran
2. Peta Lokasi PenelitianUtara
93
(3)
Lampiran 3. Operasional Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk.
Komponen Variabel Indikator
Masukan Kebijakan Triple Bottom Line
Enam pilar pembangunan berkelanjutan PT Holcim Indonesia Tbk
Dana tersalurkan Dana untuk pembangunan infrastruktur Dana untuk beasiswa pendidikan
Dana untuk Modal Baitul Mal Wa Tamwil Swadaya Pribumi
Proses Perencanaan Forum Konsultasi Masyarakat Departemen Community Relations
Pembahasan lebih lanjut oleh PT Holcim Indonesia Tbk, Aparat desa dan Tokon Masyarakat
Pengambilan keputusan
Swadaya Kontribusi dana oleh masyarakat Penyediaan tenaga kerja dari masyarakat
Pelaksanaan Laporan proyek yang sedang berjalan dalam forum konsultasi masyarakat
Tahap konstruksi
Hasil Jenis Infrastrukrur Jalan desa, jembatan desa, drainase, bak air bersih, penerangan jalan, sekolah, masjid, kantor desa Kualitas infrastruktur Lebar jalan yang dibangun
Ketebalan jalan yang dibangun
Lokasi Infrastruktur Provinsi, kabupaten, kecamatan, desa, dusun, kampung Nilai infrastruktur Nominal biaya pembangunan infrastruktur
Efisiensi
Manfaat Sasaran Individu penerima manfaat: umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan
Perubahan hambatan, rencana dan realisasi penerima manfaat
Penyerapan dan pengalihan tenaga kerja
Jenis tenaga kerja (lokal, perempuan) Jenis pekerjaan
Mekanisme bekerja dan pembayaran upah Penggunaan dan
pemeliharaan
Orang yang memelihara Proses pemeliharaan Iurran pemeliharaan Kemampuan
masyarakat
Keterampilan dalam pembangunan infrastruktur Keterampilan berorganisasi
Jaringan kerja
Akses transportasi Perubahan jenis kendaraan yang bisa melewati jalan Perubahan kecepatan kendaraan
Perubahan volume kendaraan Perubahan biaya transportasi Akses ekonomi Perubahan komoditi perdagangan
Perubahan keuntungan ekonomi Kesehatan Perubahan konsumsi air bersih
Perubahan jarak untuk mengakses air bersih Rekam jejak kesehatan
Dampak Perubahan masalah pasca proyek
(4)
Ekonomi Perubahan ketersediaan bahan pokok Perubahan solidaritas ekonomi Ekonomi komunitas
Lingkungan Perubahan erosi dan banjir
Perubahan pencemaran air dan udara Perubahan keragaman tumbuhan dan hewan Sosial Harmonisasi dengan masyarakat
Peningkatan kualitas proyek
Gotong-royong peningkatan kualitas proyek
Keragaman pihak yang berperan meningkatkan kualitas prroyek
Pengurangan kemiskinan
Peningkatan pendapatan dan pengeluaran rumah tangga Perubahan status kemiskinan
(5)
Lampiran 4 . Hasil Uji Statistik T
Paired Samples Test Paired Differences
t df
Sig. (2-tailed) Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper Pair 1 sebelum
kredit -setelah
(6)
Keterangan
No. Variabel Kemiskinan Karakteristik Kemiskinan A Luas lantai bangunan tempat tinggal Kurang dari 8 m2per orang B Jenis lantai bangunan tempat tinggal Tanah/bambu/kayu murahan C Jenis dinding bangunan tempat tinggal Bambu/rumbai/kayu kualitas
rendah/tembok tanpa plester D Fasilitas tempat buang air besar Tidak ada, menumpang rumah
lain
E Sumber penerangan rumah tangga Bukan listrik
F Sumber air minum Sumur, mata air tidak
terlindung/sungai/air hujan G Bahan bakar untuk memasak Kayu bakar/arang/minyak tanah H Konsumsi daging/ayam/susu/per minggu Satu kali atau dua kali seminggu
I Pembelian pakaian baru setiap anggota rumah tangga setiap tahun
Tidak pernah membeli/satu stel J Frekuensi makan dalam sehari Satukali/dua kali sehari K Kemampuan membayar untuk berobat ke
puskesmas atau dokter
Tidak mampu membayar L Lapangan pekerjaan utama kepala rumah
tangga
Petani dengan luas lahan kurang dari 0,5 Ha/buruh
tani/nelayan/buruh
bangunan/pekerjaan lainnya dengan pendapatan rumah tangga dibawah Rp.600.000 per bulan
M Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga Tidak sekolah/tidak tamat SD/ hanya tamatan SD
N Pemilikan aset/harta bergerak maupun tidak bergerak
Tidak punya tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp.500.000 seperti sepeda motor (kredit maupun bukan kredit), emas, perhiasan, perahu motor dan barang modal lainnya.
Sumber : BPS 2005