PENGELOLAAN BAITUL MAAL WA TAMWIL

BAB VII PENGELOLAAN BAITUL MAAL WA TAMWIL

SWADAYA PRIBUMI Pembiayaan usaha mikro bagi komunitas lokal melalui Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi merupakan program tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk di bidang ekonomi lokal. Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi didirikan atas inisiasi PT Holcim Indonesia Tbk, dikelola oleh komunitas lokal dan bermitra dengan PT Holcim Indonesia Tbk melalui departemen community relations. Pembiayaan bagi usaha mikro komunitas lokal diklaim sebagai program andalan dan paling memberdayakan. Klaim tersebut didasarkan pada fakta perkembangan aset awal sejumlah 201 juta rupiah pada tahun 2006 menjadi 2,5 milyar pada tahun 2008 dengan jumlah penerima manfaat 1.700 orang di 6 desa. Untuk mendapatkan pembiayaan usaha mikro dari Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi kreditur sebelumnya harus menjadi nasabah dan memiliki simpanan minimal Rp 25.000,00. Setelah tercatat, nasabah berhak untuk mendapatkan pembiayaan usaha mikro dengan mengisi formulir perdaftaran. Persayaratan untuk dapat menerima pembiayaan adalah calon kreditur memiliki usaha skala mikro 500 ribu hingga lima juta rupiah yang dikelola sendiri, memiliki jaminan tangible memiliki nominal ataupun intangible tidak memiliki nominal dan membutuhkan pembiayaan usaha mikro untuk melanjutkan usahanya. Setelah mengajukan permohonan manajemen Baitul Maal Wa Tamwil akan melakukan survei kelayakan pemberian pembiayaan usaha mikro. Jika memenuhi persyaratan yang telah ada pembiayaan akan bisa diambil dua minggu setelah survei dilakukan. Pembiayaan bisa diberikan tanpa adanya bagi hasil dan persyaratan telah menjadi nasabah dengan program Qardhul Hasaan, yaitu pembiayaan kebajikan yang diberikan kepada orang yang memiliki usaha mikro setidaknya selama satu tahun terakhir, memiliki laporan keuangan yang dibukukan dan membutuhkan pembiayaan untuk mengembangkan usaha. Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi memiliki bentuk badan hukum koperasi karena belum ada badan hukum yang khusus mengaturnya tentang lembaga keuangan mikro dan Baitul Maal Wa Tamwil. Badan hukum lembaga keuangan yang diakui di Indonesia ada tiga: 1 perseroan; 2 badan usaha milik negara dan 3 koperasi. Pemilihan koperasi sebagai badan hukum Baitul Maal Wa Tamwil di Indonesia didasarkan pada pendapat bahwa koperasi tidak menyalahi hukum Islam dan semangat koperasi untuk membangun ekonomi masyarakat kecil sejalan dengan semangat Baitul Maal Wa Tamwil. Sebagaimana koperasi pada umumnya, Baitul Maal Wa Tamwil juga melakukan Rapat Umum Anggota dan Rapat Rutin. PT Holcim Indonesia Tbk berperan sebagai pengawas dalam struktur organisasi Baitul Maal Wa Tamwil, artinya tidak memiliki hak menentukan kebijakan tetapi memiliki hak untuk menyampaikan pendapat dalam Rapat Umum Anggota dan Rapat Rutin. Dalam pengelolaannya Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi menggunakan basis ekonomi syariah. Sistem bagi hasil dianggap memberikan nilai lebih dibandingakan dengan sistem bunga yang diterapkan bank atau lembaga keuangan lainnya sebagaimana diungkapkan kutipan berikut: “...kalau mereka pinjam ke bank,bunganya saja sudah berapa tuh..kalau pake sistem bagi hasil, perkiraan keuntungan usaha ditentukan bersama BMT kemudian disahkan dalam bentuk akad..kalau begitu kan jadi lebih meringankan kreditur..” Asep Sulaeman, manajer Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi Bagi hasil yang dimaksud adalah kesepakatan antara manajemen Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dengan kreditur mengenai besar margin keuntungan yang ditangguhkan oleh Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Sedangkan akad adalah serah terima pembiayaan dengan kesepakatan bagi hasil yang telah ditentukan. Jenis akad yang dilayani antara lain: murabahah barang, mudharabah modal, ijarah peralatan dan musyarakah modal bersama. Pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dapat digolongkan sebagai pemberdayaan masyarakat. Pembiayaan usaha mikro memenuhi indikator keberdayaan sebagaimana yang diungkapkan oleh Suharto 2005, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan kemampuan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan dalam kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan dan pemenuhan kebutuhan kemampuan kultural dan politis yang merupakan indikator keberdayaan lainnya dipenuhi melalui program tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk lainnya. Analisis pemberdayaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dan program tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk lainnya disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Analisis Pemberdayaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dan Program Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk Peningkatan kesadaran dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi dilakukan melalui informasi yang disampaikan karyawan divisi pemasaran atau oleh saudara dan rekan yang telah menerima pembiayaan dari Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Akses pembiayaan diperoleh kreditur dan dari dana yang diperoleh kreditur bisa memiliki alat dan bahan baku produksi yang tidak dimiliki sebelumnya. Hambatan yang dihadapi kreditur juga berubah karena telah memiliki dana yang menjadi hambatan sebelumnya. Kemampuan operasional alat juga dapat dipenuhi malalui pelatihan keterampilan dan kewirausahaan yang dilaksanakan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Kreditur yang berhasil akan menjadi model yang bisa dicontoh bagi calon penerima kredit lainnya. Jenis Hubungan Kemampuan Ekonomi Kemampuan mengakses Kesejahteraan Kemampuan Kultural dan Politis Meningkatkan kesadaran  Informasi oleh BMT rekansaudara  Forum konsultasi masyarakat  Forum konsultasi masyarakat Akses  Pembiayaan mikro  Kepemilikan alat produksi  Memiliki usaha  Pelayanan kesehatan  Forum konsultasi masyarakat Perubahan terhadap hambatan  Dana pembiayaan  Kemampuan operasional alat  Pengelolaan keuangan keluarga  Forum konsultasi masyarakat Solidaritas  Model bagi masyarakat lain  Peningkatan pendapatan  Forum konsultasi masyarakat

BAB VIII HASIL BAITUL MAAL WA TAMWIL SWADAYA PRIBUMI