Kerangka Pemikiran PENDEKATAN TEORITIS

2. Capacity, penilaian tentang kemampuan peminjam untuk melakukan pembayaran. Kemampuan diukur dengan catatan prestasi peminjam di masa lalu yang didukung dengan pengamatan di lapangan atas sarana usahanya seperti karyawan, mesin, sarana produksi, cara usahanya, dan lain sebagainya. 3. Capital, penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon peminjam, diukur dengan posisi usahaperusahaan secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh rasio keuangan dan penekanan pada komposisi modalnya. 4. Collateral, jaminan yang dimiliki calon peminjam. Penilaian ini untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu risiko kegagalan pembayaran tercapai terjadi, maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajibannya. 5. Conditions, pihak Baitul Maal Wa Tamwil harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi di masyarakat dan secara spesifik melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon peminjam. Hal tersebut dilakukan karena kondisi eksternal memiliki pengaruh yang cukup besar dalam proses berjalannya usaha calon peminjam dalam jangka panjang.

2.2 Kerangka Pemikiran

PT Holcim Indonesia Tbk berkomitmen pada paradigma pembangunan berkelanjutan yang mengacu pada konsep triple bottom line. Hidup berdampingan bersama komunitas lokal merupakan konsekuensi PT Holcim Indonesia sebagai bagian dari masyarakat. Konsep triple bottom line mempengaruhi kebijakan perusahaan diwujudkan dengan enam pilar pembangunan berkelanjutan PT Holcim Indonesia Tbk yang salah satunya adalah pelaksanaan tanggung jawab sosial. Dana tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk yang merupakan masukan pelaksanaan dikelola oleh departemen community relations. Pengembangan ekonomi lokal tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk terdiri dari penyerapan tenaga kerja, penyediaan peralatan dan pelatihan kejuruan serta pembiayaan usaha mikro melalui Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Masalah yang dihadapi komunitas lokal dalam mencari nafkah adalah tidak adanya kesempatan kerja dan pembiayaan bagi usaha mikro. Tidak adanya nilai estimasi keuntungan yang besar outstanding dan jaminan mudah cair liquiditas menyebabkan komunitas tidak bisa memperoleh pembiayaan dari bank atau lembaga keuangan konvensional lainnya. Kerangka pemikiran evaluasi pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dapat dilihat pada Gambar 1. 25 : Komponen Masukan : Komponen Proses : Komponen Hasil : Hubungan : Komponen Manfaat : Mempengaruhi : Komponen Dampak : Tidak Mempengaruhi Gambar 1. Kerangka Pemikiran Evaluasi Pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi.  Dana Pembiayaan  Bagi Hasil  Peningkatan Pendapatan  Kemandirian  Keuntungan usaha  Perubahan akses Nafkah Komunitas Lokal Peluang Kerja Peralatan Pembiayaan Penyerapan Tenaga Kerja Pelatihan Kerja Bank Pembiayaan BMT Swadaya Pribumi PT Holcim Indonesia Tbk Ekonomi Lokal Sosial dan Pendidikan Infrastruktur  Tanggung Jawab Sosial  Dana Pembangunan Berkelanjutan Triple Bootom Line  Ekonomi  Lingkungan  Komunitas  Outstanding  Liquiditas 25

BAB III PENDEKATAN LAPANG

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan perpaduan antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif memiliki ciri khas yaitu menekankan pada pumpunan inter-subyektifitas realitas sosial yang dihasilkan dari interaksi antara peneliti dan tineliti Sitorus, 1998. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual secara mendetail yang sedang menggejala dan mengidentifikasi masalah-masalah atau mendapat justifikasi keadaan dan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan Singarimbun, 1989. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui masukan, proses, hasil dan manfaat yang didapat dari pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Efisiensi, tingkat kepuasan, perubahan tingkat pendapatan dan perubahan status kemiskinan dijawab dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah metode yang digunakan untuk mengkaji gejala-gejala sosial dari suatu hal yang dapat berupa seseorang, sebuah kelompok, sebuah komunitas, sebuah massa, sebuah proses cara menganalisa secara mendalam. Metode studi kasus dipilih karena merupakan studi aras mikro merupakan metode penelitian yang bersifat multi-metode Sitorus, 2009.