Interaksi Masyarakat Kampung Bali

Pewayangan dalam masyarakat Jawa pada awalnya mendapat pengaruh besar dari agama Hindu. Pewayangan yang ada dalam masyarakat Jawa didasarkan pada proses penciptaan, pemeliharaan, dan perusak. Hal ini tentu saja memiliki kesamaan dengan masyarakat Bali di kampung Bali yakni ajaran Hindu Senata Dharma. Selain itu pula, sikap masyarakat Jawa yang cenderung lebih nrimo dan legowo dalam interaksi dengan masyarakat juga menjadi faktor keharmonisan untuk meredam konflik ditengah-tengah masyarakat. Hal ini tentu saja mengakibatkan cepatnya masyarakat Jawa diterima keberadaannya di kampung Bali. Kedatangan suku lain ke kampung Bali, baik suku Karo maupun Jawa telah menjadikan kampung Bali menjadi kampung yang memiliki masyaraka heterogen dengan keberagaman budaya. Keberagaman yang ada di kampung Bali semakin memunculkan adanya interaksi antar masyarakat yang berdiam dan menetap tinggal di sana.

3.1.2 Interaksi Masyarakat Kampung Bali

Sikap terbuka, rendah hati, dan menghindari konflik yang dimiliki oleh masyarakat Bali di kampung Bali adalah alat yang sangat kuat bagi mereka dalam melakukan interaksi sosial di sana. Dengan sikap tersebut, mereka bisa tetap bertahan dan bahkan semakin berkembang. Hubungan interaksi yang terjalin antara masyarakat di kampung Bali memiliki keterikatan antara satu dengan yang lain. Tujuan keterikatan hubungan tersebut Universitas Sumatera Utara adalah untuk menjaga keharmonisan mereka dalam bermasyarakat. Masyarakat Bali mampu menerima kedatangan masyarakat Karo dan Jawa walaupun dengan perbedaan budaya yang ada. Dalam hal berinteraksi mereka tidak pernah membedakan antara yang satu dengan yang lain. Sebelum kedatangan masyarakat Karo dan Jawa ke kampung Bali, masyarakat Bali telah mengenal adanya sistem organisasi. Mereka membentuk sebuah wadah organisasi yang disebut Organisasi Suka Duka. Organisasi ini lebih dikhususkan kepada masyarakat Bali yang ada di kampung Bali. Tujuan awal dari organisasi ini adalah untuk menjaga keharmonisan antara masyarakat Bali yang ada di sana. Selain itu juga, organisasi ini juga merupakan wadah bagi masyarakat Bali untuk saling tolong menolong diantara mereka. 30 Tujuan organisasi ini semakin berkembang seiring datangnya masyarakat Karo dan Jawa. Kedatangan suku Karo dan Jawa telah menyebabkan semakin sempitnya lahan perkebunan untuk diolah karena masyarakat Karo dan Jawa telah membeli lahan yang seharusnya menjadi hak milik warga Bali di sana. Hal ini menyebabkan sebagian warga masyarakat Bali yang ada di sana untuk mencari lahan baru di luar kampung Bali dengan tujuan mencari peningkatan taraf hidup yang lebih baik. Masyarakat yang ingin pindah dari kampung Bali biasanya akan menjual lahan mereka. Sementara itu, dalam perkembangan selanjutnya tujuan organisasi suka duka berkembang. Setiap warga Bali yang hendak pindah ke daerah lain diwajibkan menjual lahannya kepada sesama masyarakat Bali saja dan tidak dibenarkan menjual 30 Wawancara Nengah Samba, Kampung Bali, 18 Desember 2012. Universitas Sumatera Utara lahannya kepada masyarakat lain di luar masyarakat Bali. Hal ini bertujuan agar masyarakat Bali yang ada di kampung Bali bisa tetap menjaga eksistensi dan keberadaan mereka di sana. Keputusan organisasi suka duka tersebut telah memberikan peluang yang besar kepada masyarakat Bali di sana untuk bertahan dan tetap mampu bersaing dengan masyarakat pendatang dalam hal pemenuhan hidup dan peningkatan taraf hidup mereka yang lebih baik lagi. Walaupun ditemukan adanya persaingan dalam bidang ekonomi di antara masyarakat Bali, Karo, dan Jawa tidak menyebabkan hubungan sosial diantara mereka menjadi tidak harmonis. Hal ini didasarkan pada latar belakang budaya mereka yang hampir memiliki banyak kesamaan. Dalam hal berinteraksi, masyarakat Bali biasanya akan memberikan pengajaran kapada masyarakat Karo dan Jawa dalam hal penanaman hasil perkebunan. Mereka bersedia mengajari karena mereka dianggap lebih mampu dibandingkan masyarakat Karo dan Jawa. Masyarakat Bali ini dianggap lebih mampu, karena sebelumnya mengenai kegiatan bercocok tanam khususnya untuk jenis tanaman keras seperti karet dan sawit, pengetahuan ini sudah lebih dulu didapatkan oleh orang-orang Bali sewaktu bekerja diperkebunan tanjung Garbus dan Bandar Selamat sebelum membuka Kampung Bali. Masyarakat Bali tidak pernah menganggap masyarakat Karo dan Jawa sebagai musuh mereka melainkan dianggap sebagai keluarga sendiri yang memiliki tujuan yang sama dengan masyarakat Bali. Keadaan ini melahirkan kehidupan yang harmonis dalam bidang ekonomi ditengah-tengah Kampung Bali. Universitas Sumatera Utara Interaksi masyarakat Bali dengan masyarakat lain di sana dapat berjalan dengan harmonis dikarenakan seluruh masyarakat di sana dapat saling menghargai antara satu dengan yang lain. Masyarakat Bali menghargai tata cara budaya masyarakat Karo dan Jawa, dan masyarakat Karo dan Jawa pun menghargai tata cara dan kebudayaan masyarakat Bali. Hal inilah yang mengakibatkan hampir tidak pernah terjadi pergesekan diantara masyarakat yang heterogen di sana. Mereka hidup saling berdampingan dan saling terikat satu sama lain untuk mencapai kelompok masyarakat yang harmonis.

3.1.3 Hubungan Ikatan Sosial yang Terjalin