2.2.2 Proses Terbentuknya Kampung Bali
Kesejahteraan adalah hal yang utama bagi para masyarakat transmigran, tujuan masyarakat transmigran sendiri dengan melakukan migrasi cenderung lebih
kepada peningkatan taraf hidup. Masyarakat Bali yang sudah tidak bekerja diperkebunan merasa sudah sangat jauh dari tujuan-tujuan tersebut. Keterpurukan
ekonomi melanda orang-orang Bali ini yang kemudian menghadapkan mereka kepada pilihan yang sulit. Pilihan yang ada pada saat itu mengharuskan mereka untuk
segera mengambil keputusan demi kelangsungan hidup mereka, pilihan yang ada diantarnya adalah:
1. Bekerja lagi dengan pihak perusahaan perkebunan sebagai buruh lepas.
2. Mereka Kembali ke Pulau Bali dan memulai hidup baru disana, atau
3. Memiliki dan mengolah tanah sendiri dengan cara berpindah dan mencari
lokasi baru untuk tempat menetap. Kehidupan semasa kontrak kerja di perusahaan perkebunan ini dinilai sangat
kurang memenuhi kesejahteraan masyarakat Bali sehingga pilihan ini dianggap tidak tepat untuk dilakukan, sementara pilihan untuk kembali pulang ke kampung halaman
adalah pilihan sulit dikarenakan beberapa pertimbangan yaitu, mereka merasa malu karena ketika pulang belum memiliki harta yang cukup dan ditambah lagi dengan
asumsi bahwa kampung halaman mereka yaitu Pulau Bali yang mereka rasa sudah
Universitas Sumatera Utara
padat penduduk dan penuh dengan persaingan, tentunya mereka merasa akan sulit untuk mencari lapangan pekerjaan disana.
23
Akhirnya sebahagian dari masyarakat Bali ini memutuskan untuk memulai hidup mandiri dengan membuka lahan sendiri. Keputusan ini diikuti oleh beberapa
masyarakat lainnya yang masih bekerja diperkebunan, mereka berencana untuk berhenti bekerja dari perkebunan dan mengikuti masyarakat yang ingin membuka
lahan dan tempat tinggal sendiri. Pada tahun 1973 dengan bekal harta seadanya akhirnya orang-orang Bali yang berjumlah 56 kk tersebut mengusahakan tempat
tinggal yang baru untuk keberlangsungan hidup mereka. Keputusan untuk mencari lahan sebagai tempat tinggal yang merupakan
upaya tuntutan masyarakat Transmigran yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1972 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Transmigrasi.
Dimana dalam pasal 8 berbunyi “Hak-hak transmigran untuk mendapatkan bantuan , bimbingan dan pembinaan diatur dengan pemerintah.”
24
23
Wawancara Nyoman Sumandro, Kampung Bali, 8 Juni 2013
Lebih lanjut mengenai tujuan masyarakat Bali memilih pilihan untuk berpindah tempat tinggal dan
membuka lahan karena pemerintah dalam mendukung program transmigrasi memberikan fasilitas-fasilitas bagi para transmigran pada masa itu. Fasilitas yang
disediakan pemerintah antara lain adalah lahan, bantuan dana dan alat-alat pertanian. Setiap kepala keluarga yang mengikuti program transmigrasi rata-rata mendapatkan
lahan garapan seluas 2 - 2,5 hektar dan juga mendapatkan bantuan dana sebagai
24
Presiden Republik Indonesia, “Undang‐Undang RI Nomor 3 Tahun 1972 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Transmirasi” hal. 4
Universitas Sumatera Utara
modal untuk mengelola lahan tersebut sebesar 16 - 20 juta rupiah. Selain itu pemerintah juga menyediakan alat-alat pertanian dan brosur-brosur penyuluhan
tentang cara mengelola lahan yang baik dan jenis tanaman budidaya apa yang cocok untuk ditanam pada lahan tersebut.
Masyarakat Bali yang sudah tidak bekerja di perkebunan Tanjung Garbus dan Bandar Selamat berkumpul untuk merencanakan perpindahan mereka. Mereka
menggabungkan diri dengan PHDI Parisada Hindu Dharma Indonesia yang berada dikota Medan untuk memohon bantuan agar diusahakan tempat tinggal yang baru dan
menerahkan proses pengurusan itu sepenuhnya kepada lembaga tersebut. PHDI menyetujui permohonan masyarakat Bali tersebut yang meminta diusahakan tempat
tinggal yang baru untuk kelangsungan hidup mereka. PHDI mengambil alih rencana perpindahan ini dalam pengurusannya. Tempat tinggal yang direncanakan untuk
orang-orang Bali ini dinamakan Komplek Bali. Langkah selanjutnya yang diambil oleh PHDI adalah dengan mengutus
beberapa orang untuk meninjau daerah-daerah yang menjadi tujuan masyarakat Bali. Ditemukanlah pada masa itu beberapa daerah oleh utusan ini namun hasilnya belum
ada yang cocok. Akhirnya ditemukan daerah pedalaman di Kabupaten Langkat yang dirasa cocok setelah melalui berbagai pertimbangan untuk menjadi tempat tinggal
masyarakat Bali. Dikirim utusan sebanyak 11 orang yang merupakan dari masyarakat Bali tersebut untuk melakukan survey ke daerah pedalaman Kabupaten Langkat.
Universitas Sumatera Utara
Setelah dirasa cocok akhirnya PHDI mengurus segala keperluan untuk perpindahan masyarakat Bali ini menuju Kabupaten Langkat.
Kawasan yang menjadi tempat tinggal masyarakat Bali ini memiliki luas 180 ha. Status daerah tempat tinggal masyarakat Bali yang dirujukkan ini merupakan
Tanah Negara Bebas TNB. Tanah Negara Bebas adalah tanah negara yang langsung dibawah penguasaan negara, diatas tanah tersebut tidak ada satupun hak yang
dipunyai oleh pihak lain selain negara. Tanah negara bebas bisa langsung dimohon oleh masyarakat kepada negara Pemerintah dengan melalui suatu prosedur yang
lebih pendek daripada prosedur terhadap tanah negara tidak bebas.
25
Sebelum berakhir tahun 1973 PHDI berhasil mengurus segala kebutuhan bagi masyarakat Bali yang akan membuka tempat tinggal didaerah Langkat tersebut,
termasuk didalamnya segala urusan izin tanah dan tempat tinggal sementara bagi masyarakat dikawsan ini. Dengan demikian, maka terjadilah migrasi spontan dari
Tanjung Garbus dan Bandar Selamat ke daerah pedalaman Kab. Langkat yang bernama Kampung Bali. Jadi lebih tepat disimpulkan bahwa masyrakat Bali yang
berperan dalam pembukaan dan yang tinggal dikampung Bali sejak pertama kali bukanlah masyarakat yang datang langsung dari Bali melainkan masyarakat Bali
yang sebelumnya sudah bekerja dan tinggal di Sumatera yaitu di perkebunan Tanjung Garbus dan Bandar Selamat.
25
Saputera Rekky, “Pensertipikatan Tanah Negara Menjadi Tanah Hak Di Kecamatan Ilir Barati Kota Palembang” Tesis Program Sudi Magister Kenotariatan Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro, 2010, Hal 33
Universitas Sumatera Utara
2.3 Awal Kehidupan Masyarakat Kampung Bali.