Agama Awal Kehidupan Masyarakat Kampung Bali.

jarang masyarakat kampung memakan ubi sebagai pengganti nasi, keadaan ini juga dipersulit karena tempat tinggal mereka yang mulai rusak karena alam. Banyaknya tantangan hidup yang berdatangan tak membuat masyarakat kampung menyerah dan putus asa. Bahkan dimasa awal-awal tinggal di Kampung Bali masyarakat Bali berusaha mengutamakan beberapa aspek yang menunjang peningkatan kehidupan masyarakat.

2.3.1 Agama

Masyarakat Bali yang tinggal dan menetap di kampung Bali keseluruhannya beragama Hindu Dharma atau Agama Tirtha Agama Air Suci yaitu agama Hindu yang merupakan sinkretisme unsur-unsur Hindu aliran Siwa, Waisnawa, dan Brahma yang dipadukan dengan kepercayaan lokal masyarakat Bali. Dalam masyarakat Bali berlaku sistem Catur Varna yang memiliki pengertian empat pembagian kehidupan berdasarkan atas bakat guna dan keterampilan karma seseorang, serta kualitas kerja yang dimiliki sebagai akibat pendidikan, pengembangan bakat yang tumbuh dari dalam dirinya yang ditopang oleh ketangguhan mentalnya dalam menghadapi pekerjaan. Empat golongan yang kemudian dikenal dengan nama Catur Varna itu ialah Brahmana pendeta, Ksatria tentara, Waisya pedagang, dan Sudra pekerjaburuh. Dalam perjalanan kehidupan di masyarakat dari masa ke masa pelaksanaan sistem Catur Varna cenderung berbaur mengarah kepada sistem yang tertutup yang disebut Catur Wangsa Universitas Sumatera Utara Turunan Darah. Dalam hal ini Catur Varna menunjukkan pengertian golongan fungsional sedangkan Catur Wangsa menunjukkan Turunan Darah. Kematangan masyarakat Hindu yang tinggal di kampung Bali ini ditandai dengan perencanaan pembangunan Pura sebelum mereka tinggal di kampung Bali. Pada masa awal-awal terbentuknya kampug Bali kematangan ini direalisasikan dengan dibangunnya Pura Penataran Agung Widya Loka Nata yang didirikan pada tanggal 16 November 1976. Walaupun dengan kondisi ekonomi yang belum stabil pada masa itu, tidak menutup kemungkinan pembangunan pura terselesaikan. Bagi masyarakat Hindu Bali agama adalah hal yang paling diutamakan. Karena mereka beranggapan semakin taat mereka menjalanakan agamanya maka kehidupan yang baik dan ideal menurut mereka akan terwujud. Pembangunan pura ini pada prosesnya dilakukan dengan cara bergotong royong dengan melibatkan seluruh anggota masyarakat. Dimana setiap anggota masyarakat yang terdiri dari orang tua dan anak mengambil bagiannya masing- masing dalam pengerjaan pura. Anak muda umumnya membawa bahan baku pembangunan pura ini yang didatangkan dari luar kampung dengan berjalan kaki. Baik perempuan maupun laki-laki terjun membawa bahan-bahan tersebut yang jaraknya sekitar 3 jam perjalanan. 26 Keadaan ini menunjukkan solidaritas masyarakat yang masih sangat kental dalam sistem kepercayaan ditengah-tengah kehidupan masyarakat kampung pada masa awal berdirinya Kampung Bali. 26 Wawancara I nyoman Sumandro, Kampung Bali, 18 Desember 2012. Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Mata Pencaharian