Keadilan Dalam Arti Khusus

bisa disamakan dengan nilai-nilai dasar sosial. Keadilan yang lengkap bukan hanya mencapai kebahagiaan untuk diri sendiri, tetapi juga kebahagian orang lain.

2. Keadilan Dalam Arti Khusus

Keadilan dalam arti khusus, terkait dengan beberapa pengertian berikut ini, yaitu: a. Sesuatu yang terwujud dalam pembagian penghargaan atau uang atau hal lainnya, kepada mereka yang memiliki bagian haknya. Keadilan ini adalah persamaan diantara anggota masyarakat dalam suatu tindakan bersama-sama. Persamaan adalah suatu titik yang terletak diantara “yang lebih” dan “yang kurang” intermediate. Jadi keadilan adalah titik tengah atau suatu persamaan relatif arithmetical justice. Dasar persamaan antara anggota masyarakat sangat tergantung pada sistem yang hidup dalam masyarakat tersebut. Dalam sistem demokrasi, landasan persamaan untuk memperoleh titik tengah adalah kebebasan manusia yang sederajat sejak kelahirannya. Dalam sistem oligarki, dasar persamaannya adalah tingkat kesejahteraan atau kehormatan saat kelahiran, sedangkan dalam sistem aristokrasi dasar persamaannya adalah keistimewaan excellent. Dasar yang berbeda tersebut menjadikan keadilan lebih pada makna persamaan sebagai proporsi. Ini adalah satu spesies khusus dari keadilan, yaitu titik tengah intermediate dan proporsi. Universitas Sumatera Utara b. Perbaikan suatu bagian dalam transaksi Arti khusus lain dari keadilan adalah sebagai perbaikan rectification. Perbaikan muncul karena adanya hubungan antara orang dengan orang yang dilakukan secara sukarela. Hubungan tersebut adalah sebuah keadilan apabila masing-masing memperoleh bagian sampai titik tengah intermediate, atau suatu persamaan berdasarkan prinsip timbal balik reciprocity. Jadi keadilan adalah persamaan, serta ketidakadilan adalah ketidaksamaan. Ketidakadilan terjadi jika satu orang memperoleh lebih dari yang lainnya dalam hubungan yang dibuat secara sederajat. Lain halnya dengan Aristoteles, John Rawls yang hidup pada awal abad 21 lebih menekankan pada keadilan sosial. 19 Hal ini terkait dengan munculnya pertentangan antara kepentingan individu dan kepentingan negara pada saat itu. John Rawls melihat kepentingan utama keadilan adalah 1 jaminan stabilitas hidup manusia, dan 2 keseimbangan antara kehidupan pribadi dan kehidupan bersama. 20 John Rawls mempercayai bahwa struktur masyarakat ideal yang adil adalah struktur dasar masyarakat yang asli dimana hak-hak dasar, kebebasan, kekuasaan, kewibawaan, kesempatan, pendapatan, dan kesejahteraan terpenuhi; dimana kategori struktur masyarakat ideal ini digunakan untuk menilai apakah institusi-institusi sosial yang ada telah adil, atau tidak melakukan koreksi atas ketidakadilan sosial. 19 Hari Chand, Modern Jurisprudence, Kuala Lumpur: Internasional Law Book Review, 1994, hal. 278. 20 Ibid., hal. 279. Universitas Sumatera Utara Menurut John Rawls, dalam menciptakan keadilan, prinsip utama yang digunakan adalah: 21 1. Kebebasan yang sama sebesar-besarnya, asalkan tetap menguntungkan semua pihak; 2. Prinsip ketidaksamaan yang digunakan untuk keuntungan bagi yang paling lemah. Prinsip ini merupakan gabungan dari prinsip perbedaan dan persamaan yang adil atas kesempatan. Secara keseluruhan berarti ada tiga prinsip untuk mencari keadilan, yaitu: 22 1. Kebebasan yang sebesar-besarnya sebagai prioritas, 2. Perbedaan, 3. persamaan yang adil atas kesempatan. Asumsi pertama yang digunakan adalah hasrat alami manusia untuk mencapai kepentingannya terlebih dahulu, baru kemudian kepentingan umum, dimana hasrat ini adalah untuk mencapai kebahagiaan yang juga merupakan ukuran pencapaian keadilan, maka harus ada kebebasan untuk memenuhi kepentingan ini. Namun, realitas masyarakat menunjukkan bahwa kebebasan tidak dapat sepenuhnya terwujud karena adanya perbedaan kondisi dalam masyarakat, sehingga perbedaan ini menjadi dasar untuk memberikan keuntungan bagi mereka yang lemah. Apabila sudah ada persamaan derajat, maka semua harus memperoleh kesempatan yang sama untuk 21 Ibid ., hal. 138. 22 Achmad Ali, Op. Cit., hal. 279. Universitas Sumatera Utara memenuhi kepentingannya, walaupun nantinya memunculkan perbedaan, bukan suatu masalah asalkan dicapai berdasarkan kesepakatan dan titik berangkat yang sama. 23 Teori Keadilan dari John Rawls menyatakan bahwa cara yang adil untuk mempersatukan berbagai kepentingan yang berbeda adalah melalui keseimbangan kepentingan-kepentingan tersebut, tanpa memberikan perhatian istimewa terhadap kepentingan itu sendiri. Tegasnya, prinsip-prinsip dimana orang yang rasional akan memilih jika ia belum tahu kedudukannya dalam masyarakat; prinsip keadilan inilah yang kita pilih, karena orang-orang akan selalu bertindak menurut kepentingannya sendiri, maka kita tidak dapat membiarkan seseorang dengan kepentingan- kepentingannya memutuskan persoalannya atau kasusnya sendiri, jadi satu-satunya cara yang dapat kita putuskan mengenai keadilan itu adalah dengan membayangkan keadaan dimana kita tidak atau belum mempunyai kepentingan-kepentingan. Dalam keadaan ini, tidak ada pilihan lain, kecuali memutuskan dengan jujur. 24 John Rawls juga membahas isu tentang kondisi-kondisi untuk memilih asas- asas keadilan yang dapat dibuat melalui penggambaran tentang apa yang dinamakannya “original position” 25 ; Menurut Rawls, dengan cara yang sama tentang keadilan, orang yang rasional akan menyeimbangkan kepentingan-kepentingan secara netral, seperti ia akan memotong kue secara netral atau jujur, jika ia mengetahui 23 Ilham, Teori Keadilan John Rawls, Pemahaman Sederhana Buku A Theory of Justice, http:www.bartleby.com6183PO398300.html, diakses tanggal 20 juni 2011. 24 Ibid., hal. 2. 25 Achmad Ali, Op. Cit., hal. 280. Universitas Sumatera Utara bagian mana yang akan diterimanya sendiri. Orang yang rasional, dan belum mengetahui bagian mana yang akan diterimanya, tentu akan memotong kue secara sama; Rawls mengatakan bahwa seseorang yang rasional, tanpa mengetahui bagian mana yang akan diterimanya dari masyarakat, akan memilih prinsip-prinsip keadilan yang fair netral, jujur, dan adil; teori Rawls ini sering disebut justice as fairness keadilan sebagai kelayakan. Jadi, yang pokok adalah prinsip keadilan mana yang paling fair, itulah yang harus dipedomani. 26 Kreditur memohonkan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dengan maksud agar Debiturnya mengajukan suatu Rencana Perdamaian yang dapat mengcover kewajiban Debitur dan hak Kreditur, yang kemudian disetujui bersama dalam suatu rapat perdamaian, dimana langkah hukum ini merupakan jalan yang pasti untuk menyelesaikan permasalahan utang Debitur terhadap Krediturnya. Oleh karena itu, dengan pendekatan teori keadilan ini, diharapkan suatu gambaran deskripsi yang utuh tentang berbagai aspek yang dirumuskan dalam permasalahan. 27 Dengan demikian, beberapa alasan menggunakan teori keadilan dari Aristoteles dan John Rawls untuk menjawab permasalahan utama berupa kewenangan Kreditur untuk mengajukan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang bagi Debitur dengan studi terhadap putusan perkara No. 05 PKPU 2010 PN. Niaga – Medan: 26 Achmad Ali, Op Cit., hal. 280 27 Ibid., hal. 281. Universitas Sumatera Utara Syarat pengajuan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yakni adanya 2 Kreditur atau lebih, dan utang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, telah menunjukkan adanya unsur keadilan yang dibangun di dalamnya. Para Kreditur konkuren maupun kreditur lain yang haknya didahulukan, memberikan kesempatan kepada Debitur untuk merestrukturisasi utang-utangnya yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih sesuai dengan situasi dan kondisi Debitur saat itu, dengan syarat utama dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang adalah adanya kemauan, itikad baik dan kooperatif Debitur, dan para Kreditur akan mendapatkan pembayaran utang sesuai dengan proporsi piutangnya prinsip pari passu prorate parte. 28 Dalam hal merestrukturisasi utang, Kreditur ada memberi kesempatan kepada Debitur yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utangnya, ini sesuai dengan teori Keadilan menurut John Rawls, dalam menciptakan keadilan seperti yang disebutkan di atas. Unsur-unsur keadilan bekerja secara integral satu dengan yang lainnya agar tujuan dari hukum dapat tercapai, yaitu: keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum. Tercapainya tujuan hukum, akan dapat meningkatkan kepercayaan para pelaku bisnis nasional maupun internasional. Selanjutnya teori Keadilan ini dipergunakan sebagai teori umum, yang diperkuat oleh sejumlah teori-teori yang dipergunakan untuk menjawab hal-hal yang 28 M. Hadi Shubban, Op. Cit., hal. 89. Universitas Sumatera Utara lebih bersifat aplikasiterapan. Teori yang dimaksud digali dari teori-teori di bidang disiplin ilmu Hukum Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Aristoteles dan John Rawls menegaskan mengenai keadilan, yang sama halnya dengan suatu konsep hukum yang abstrak, maka demikian pula konsep tentang keadilan merupakan konsep abstrak yang bersifat subjektif, sesuai nilai yang dianut oleh masing-masing individu dan masyarakat. 29 Namun, seyogianyalah jika keadilan bersama-sama dengan kemanfaatan dan kepastian hukum, dijadikan tujuan hukum secara prioritas. John Rawls mengatakan bahwa seseorang yang rasional, akan memilih prinsip-prinsip keadilan yang fair netral, jujur, dan adil, yang dalam permasalahan tesis ini, pertimbangan Majelis Hakim dalam putusan perkara No. 05 PKPU 2010 PN. Niaga – Medan, seharusnya mempedomi prinsip keadilan. Penelitian tesis ini akan lebih difokuskan pada aspek keadilan hukum dalam penegakan UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, khususnya mengenai Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Dalam konteks ini ingin disampaikan bahwa terdapat ketidakadilan Majelis Hakim Pengadilan Niaga dalam putusannya. Putusan Penundaan Kewajiban Pembayaarn Utang yang diajukan Kreditur, tidak mencerminkan keadilan bagi para kreditur yang mengharapkan pengembalian piutangnya sesuai dengan keadaan, situasi dan kondisi Debitur saat itu. 29 Achmad Ali, Op. Cit., hal. 223. Universitas Sumatera Utara Dengan melihat pada yang telah diuraikan di atas, Pengadilan Niaga sebagai lembaga Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang harus adil dalam menyikapi hak dan kewajiban masing-masing pihak Kreditur dan Debitur dalam penyelesaian masalah utang piutang mereka, sehingga tercapai keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.

2. Kerangka Konsepsi

Dokumen yang terkait

Asas Pembuktian Secara Sederhana Dalam Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Pkpu) Pada Putusan Ma Ri No. 586 K/Pdt.Sus-Pailit/2013

13 131 117

Tugas dan Wewenang Pengurus PKPU Berdasarkan Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

10 159 93

Analisis Yuridis Permohonan Pernyataan Pailit Terhadap Bank Oleh Bank Indonesia Dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

3 72 165

Kewenangan Kreditur Dalam Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Menurut UU No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Niaga No. 05/ PKPU/ 2010/ PN. Niaga – Medan)

2 52 135

Akibat Hukum Kepailitan Terhadap Harta Warisan Ditinjau Dari Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

24 183 81

Akibat Hukum Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Terhadap Perjanjian Sewa Menyewa Menurut Undang-Undang No. 37 Tahun 2004

13 163 123

Pelaksanaan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), Ditinjau Dari Undang-Undang Kepailitan Dan Manfaatnya Bagi Pihak Debitor Dan Kreditor. (Studi Kasus Di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat)

0 45 211

Pelaksanaan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), Ditinjau Dari Undang-Undang Kepailitan

2 59 2

Penetapan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Tetap Oleh Pengadilan Niaga Terkait Adanya Kreditor Separatis Menuurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 (Studi Putusan Nomor 134K/Pdt. Sus-/PKPU/2014)

5 99 90

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

0 0 12