ini, para kreditur telah berusaha dengan berbagai upaya agar si debitur mau membayar utangnya, yang ternyata upaya-upaya tanpa melalui Pengadilan ini tidak
mendapatkan hasil yang baik. Sehingga para kreditur berfikir untuk melakukan suatu permohonan PKPU ke Pengadilan yang dapat memaksa si debitur untuk melakukan
pembayaran atas hutang-hutangnya, dengan sekaligus atau dengan cara penjadwalan pembayaran yang disetujui oleh para Krediturnya.
85
1. Filosofi Kewenangan Kreditur Dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang
UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang diperlukan untuk:
a. Menghindari pertentangan apabila ada beberapa kreditur pada waktu yang
sama meminta pembayaran dari debitur, b.
Untuk menghindari adanya kreditur yang ingin mendapatkan hak istimewa, yang menuntut haknya dengan cara menjual barang milik debitur atau
menguasai sendiri tanpa memperhatikan kepentingan debitur atau kreditur lain,
85
Peneliti telah melakukan pembicaraan dengan Hakim Keua PN. Medan, Panunsunan Lubis dan Hakim PN. Medan, Ardy Johan di Pengadilan Negeri Medan, pada tanggal 12 Juli 2010, yang
mengatakan1q2w21 bahwa Debitur perseorangan sangat sulit dipailitkan daripada Debitur yang merupakan suatu perusahaan, karena banyak pertimbangan-pertimbangan Hakim yang cenderung
memikirkan bagaimana keberlangsungan kehidupan Debitur perseorangan bila dia dipailitkan. Menurut Peneliti bukan berdasarkan bukti-bukti nyata dan fakta dari inti Hukum Kepailitan. Oleh
karena itu, para Kreditur melakukan langkah yang lebih baik dengan memberikan kesempatan kepada Debitur yang beritikad baik untuk membayar hutang-hutangnya, dengan Rencana Perdamaian yang
disetujui,
Universitas Sumatera Utara
c. Untuk menghindari adanya kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh
debitur sendiri, misalnya saja debitur berusaha untuk member keuntungan kepada seorang atau beberapa kreditur tertentu, yang merugikan kreditur
lainnya, atau debitur melakukan perbuatan curang dengan melarikan atau menghilangkan semua harta benda kekayaan debitur yang bertujuan
melepaskan tanggungjawabnya terhadap para krediturnya. Pada intinya, UU No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang memberikan wewenang kepada kreditur untuk memohonkan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang terhadap debiturnya
berdasarkan Pasal 222 ayat 1 dan 3, didasarkan pada pertimbangan dimana para Kreditur dapat memberikan kesempatan kepada Debiturnya untuk
merestrukturisasikan utang-utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, sehingga ada kemungkinan untuk dibayarkan piutangnya dari Debiturnya secara
penuh, oleh karenanya tidak merugikan para Kreditur tersebut, yang menurut Penjelasan Pasal 222 ayat 2 kreditur tersebut baik kreditur konkuren maupun
kreditur yang didahulukan; dan dilihat dari sikap solidaritas sosial pengajuan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang oleh Kreditur adalah cukup baik, yang
menunjukkan bahwa Kreditur itu tidak bersifat egois, karena pada lazimnya, Kreditur lebih mengutamakan pengembalian piutangnya supaya segera dilakukan
oleh Debitur, sedangkan apabila ditempuh PKPU, sebenarnya pengembalian piutang itu akan tertangguh, namun pengembalian piutang itu terasa lebih pasti
bagi Kreditur, akan tetapi semua tergantung pada itikad baik dari debitur tersebut,
Universitas Sumatera Utara
inilah filosofi diberikannya kewenangan kepada kreditur untuk mengajukan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang kepada debiturnya; oleh karena itu, hal
ini merupakan suatu hal yang seimbang dan adil dalam Hukum Kepailitan.
86
Secara filosofi, Undang-Undang Kepailitan yang baik seharusnya dibuat untuk memberikan kesempatan kepada Debitur yang mengalami kesulitan untuk
membayar utang-utangnya dapat bangkit kembali menjalankan perusahaannya. Filosofi ini terkandung dalam UU Kepailitan Amerika Serikat yang dikenal
dengan istilah fresh and start.
87
Chapter 11 Bankruptcy Act yang mengatur tentang reorganisasi
memberikan alternatif bagi Debitur untuk memecahkan permasalahan finansial yang dihadapi dengan cara menyusun rencana restrukturisasi tanpa harus
dilikuidasi. Berdasarkan Chapter 11 ini, Debitur akan memiliki beberapa keuntungan:
88
1. Menghindari Debitur dari Kepailitan,
2. Memungkinkan Debitur untuk tetap menjalankan perusahaan,
3. Para Kreditur yang menolak rencana restrukturisasi telah mendapat
persetujuan Pengadilan federal, harus menyetujuinya, 4.
Bila rencana restrukturisasi berhasil, maka Kreditur akan mendapatkan keuntungan yang lebih dibandingkan Debitur dipailitkan.
86
M. Hadi Shubban, Op.Cit., hal. 205.
87
Sunarmi, Op. Cit., hal. 392.
88
Ibid., hal. 394.
Universitas Sumatera Utara
Restrukturisasi utang dapat diajukan oleh debitur dalam hal penyelesaian utang kepada krediturnya, antara lain, moratorium, yakni merupakan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang yang telah jatuh tempo, hair cut, pengurangan tingkat suku bunga, perpanjangan jangka waktu pelunasan, konversi utang ke
saham, pembebasan utang, pengambilalihan utang, penghapusbukuan utang. Restrukturisasi utang pada Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang biasanya
dalam bentuk moratorium.
89
Dalam hal restrukturisasi utang, sampai saat ini, belum ada kemungkinan restrukturisasi utang kecuali melalui PKPU.
90
UU No. 37 tahun 2004 masih belum mengatasi permasalahan yang ada, yakni belum diaturnya kemungkinan
untuk melakukan restrukturisasi utang.
91
konsep restrukturisasi utang tidak dikenal dalam Hukum Kepailitan di Indonesia.
92
2. Pengertian dan Latar Belakang Dilakukannya Restrukturisasi Utang