Akibat Hukum Perdamaian Dan Pembatalan Perdamaian Dalam

E. Akibat Hukum Perdamaian Dan Pembatalan Perdamaian Dalam

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Perdamaian yang disahkan berlaku bagi semua Kreditur yang tidak mempunyai hak untuk didahulukan dengan tidak ada pengecualian, baik yang telah mengajukan diri dalam Kepailitan maupun tidak, hal ini sesuai dengan Pasal 162 UU No. 37 Tahun 2004. Ketentuan ini menegaskan bahwa perdamaian berlaku bagi semua kreditur konkuren, baik yang mengajukan permohonan pailit maupun yang tidak mengajukan permohonan pailit kecuali kreditur preferen. Putusan Pengesahan Perdamaian yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap merupakan alas hak yang dapat dijalankan terhadap Debitur, dan semua orang yang menanggung pelaksanaan perdamaian sehubungan dengan piutang yang telah diakui, sejauh tidak dibantah oleh Debitur Pailit sesuai ketentuan Pasal 132 sebagaimana termuat dalam berita acara rapat pencocokan piutang Pasal 164 UU No. 37 Tahun 2004. Meskipun, sudah ada perdamaian, kreditur tetap memiliki hak terhadap para penanggung dan sesama debitur. Hak kreditur terhadap benda pihak ketiga tetap dimilikinya seolah-olah tidak ada suatu perdamaian Pasal 165 UU No. 37 Tahun 2004. Selanjutnya, Kurator wajib mengumumkan perdamaian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dalam Berita Negara Republik Indonesia, dan paling sedikit 2 dua surat kabar harian dan setelah pengesahan perdamaian memperoleh kekuatan Universitas Sumatera Utara hukum tetap, Kurator wajib melakukan pertanggungjawabankan kepada Debitur di hadapan Hakim Pengawas. Bila perdamaian tidak menetapkan ketentuan lain, Kurator wajib mengembalikan kepada Debitur semua benda, uang, buku, dan dokumen yang termasuk harta pailit dengan menerima tanda terima yang sah , hal ini sesuai dengan Pasal 167 UU No. 37 Tahun 2004. Jumlah uang yang menjadi hak Kreditur yang telah dicocokkan berdasarkan hak istimewa yang diakui serta biaya Kepailitan tersebut, wajib diserahkan langsung kepada Kurator, kecuali apabila Debitur telah memberikan jaminan untuk itu. Selama kewajiban tersebut belum terpenuhi, Kurator wajib menahan semua benda dan uang yang termasuk dalam harta pailit. Bila setelah lewat jangka waktu 30 tiga puluh hari setelah tanggal Putusan Pengesahan Perdamaian memperoleh kekuatan hukum tetap, dan Debitur tidak memenuhi kewajibannya, Kurator wajib melunasinya dari harta pailit yang tersedia. Jumlah utang tersebut dan bagian yang wajib diserahkan kepada masing-masing Kreditur berdasarkan hak istimewa, jika perlu ditetapkan oleh Hakim Pengawas Pasal 168 UU No. 37 Tahun 2004. Penjelasan Pasal 168 ayat 4 menentukan bahwa: “penetapan oleh Hakim Pengawas diperlukan, apabila tidak ada kesepakatan untuk pembagian tersebut antara debitur, kurator, dan para kreditur.” Apabila piutang yang hak istimewanya diakui dengan syarat, kewajiban yang sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 168 terbatas pada pemberian jaminan, dan apabila pemberian jaminan tersebut tidak dipenuhi, Kurator hanya wajib menyediakan suatu jumlah cadangan dari harta pailit sebesar hak istimewa tersebut Pasal 169 UU No. 37 Tahun 2004. Universitas Sumatera Utara Pasal 166 menentukan bahwa apabila pengesahan perdamaian telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka berakhirlah Kepailitan. Apabila perdamaian atau pengesahan ditolak, Debitur Pailit tidak dapat lagi menawarkan perdamaian dalam Kepailitan tersebut Pasal 163 UU No. 37 Tahun 2004. Namun, apabila terjadi pembatalan perdamaian, maka mengenai pembatalan perdamaian ini diatur mulai Pasal 170, yaitu bahwa kreditur dapat menuntut suatu perdamaian yang telah disahkan, apabila debitur lalai memenuhi isi perdamaian tersebut. Namun, debitur wajib membuktikan bahwa perdamaian telah dipenuhi. Pengadilan berwenang memberikan kelonggaran kepada debitur untuk memenuhi semua kewajibannya paling lama 30 tiga puluh hari setelah putusan pemberian kelonggaran tersebut diucapkan. Penjelasan Pasal 170 ayat 3 menentukan bahwa kelonggaran hanya dapat diberikan 1 satu kali dalam seluruh proses. Tuntutan Pembatalan Perdamaian wajib diajukan dan ditetapkan dengan cara yang sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 13 untuk permohonan pernyataan pailit Pasal 171 UU No. 37 Tahun 2004. Dalam Putusan Pembatalan Perdamaian, diperintahkan supaya Kepailitan dibuka kembali, dengan pengangkatan seorang Hakim Pengawas, Kurator, dan anggota Panitia Kreditur, apabila dalam Kepailitan terdahulu ada suatu panitia seperti itu. Hakim Pengawas, Kurator dan anggota panitia tersebut sedapat mungkin diangkat dari mereka yang dahulu dalam Kepailitan tersebut telah memangku Universitas Sumatera Utara jabatannya. Kurator wajib memberitahukan dan mengumumkan Putusan tersebut dengan cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat 4 UU No. 37 Tahun 2004. Apabila Kepailitan dibuka kembali, maka berlaku Pasal 17 ayat 1, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, dan Pasal-Pasal yang termaktub dalam Bagian Kedua, Bagian Ketiga dan Bagian Keempat Bab II Undang-Undang ini. Demikian pula berlaku ketentuan mengenai pencocokan piutang yang terbatas pada piutang yang belum dicocokkan. Walaupun demikian, Kreditur yang piutangnya telah dicocokkan wajib dipanggil juga untuk menghadiri rapat pencocokan piutang dan berhak untuk membantah piutang yang dimintakan penerimaannya Pasal 173 UU No. 37 Tahun 2004. Dalam Pasal 174 menentukan bahwa: “Dengan tidak mengurangi berlakunya Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, dan Pasal 44, apabila ada alasan untuk itu, semua perbuatan yang dilakukan oleh debitur di dalam waktu antara pengesahan perdamaian dan pembukaan kembali Kepailitan adalah mengikat bagi harta pailit.” Universitas Sumatera Utara

BAB IV PENERAPAN HUKUM KEPAILITAN ATAS PERMOHONAN PKPU OLEH

Dokumen yang terkait

Asas Pembuktian Secara Sederhana Dalam Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Pkpu) Pada Putusan Ma Ri No. 586 K/Pdt.Sus-Pailit/2013

13 131 117

Tugas dan Wewenang Pengurus PKPU Berdasarkan Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

10 159 93

Analisis Yuridis Permohonan Pernyataan Pailit Terhadap Bank Oleh Bank Indonesia Dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

3 72 165

Kewenangan Kreditur Dalam Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Menurut UU No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Niaga No. 05/ PKPU/ 2010/ PN. Niaga – Medan)

2 52 135

Akibat Hukum Kepailitan Terhadap Harta Warisan Ditinjau Dari Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

24 183 81

Akibat Hukum Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Terhadap Perjanjian Sewa Menyewa Menurut Undang-Undang No. 37 Tahun 2004

13 163 123

Pelaksanaan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), Ditinjau Dari Undang-Undang Kepailitan Dan Manfaatnya Bagi Pihak Debitor Dan Kreditor. (Studi Kasus Di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat)

0 45 211

Pelaksanaan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), Ditinjau Dari Undang-Undang Kepailitan

2 59 2

Penetapan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Tetap Oleh Pengadilan Niaga Terkait Adanya Kreditor Separatis Menuurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 (Studi Putusan Nomor 134K/Pdt. Sus-/PKPU/2014)

5 99 90

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

0 0 12