Pengertian dan Latar Belakang Dilakukannya Restrukturisasi Utang

Restrukturisasi utang dapat diajukan oleh debitur dalam hal penyelesaian utang kepada krediturnya, antara lain, moratorium, yakni merupakan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang telah jatuh tempo, hair cut, pengurangan tingkat suku bunga, perpanjangan jangka waktu pelunasan, konversi utang ke saham, pembebasan utang, pengambilalihan utang, penghapusbukuan utang. Restrukturisasi utang pada Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang biasanya dalam bentuk moratorium. 89 Dalam hal restrukturisasi utang, sampai saat ini, belum ada kemungkinan restrukturisasi utang kecuali melalui PKPU. 90 UU No. 37 tahun 2004 masih belum mengatasi permasalahan yang ada, yakni belum diaturnya kemungkinan untuk melakukan restrukturisasi utang. 91 konsep restrukturisasi utang tidak dikenal dalam Hukum Kepailitan di Indonesia. 92

2. Pengertian dan Latar Belakang Dilakukannya Restrukturisasi Utang

Definisi Restrukturisasi Hutang Menurut Joel G. Sigel dan Joe K. Shim. Debt restructuring restrukturisasi hutang adalah: 93 “Penyesuaian atau penyusunan kembali struktur hutang yang mencerminkan kesempatan kepada debitur merencanakan pemenuhan kewajiban keuangannya.” Penjadwalan diperlukan ketika 89 M. Hadi Shubban, Op. Cit., hal. 150. 90 Ibid., hal. 423. 91 Ibid., hal. 423. 92 Ibid ., hal. 394. 93 Jae K. Shim dan Joel G. Siegel, CFO: Tools for Executive, Jakarta: Elex Media Komputindo, 1994, hal. 129. Universitas Sumatera Utara debitur menghadapi kesulitan keuangan. Perjanjian untuk mengubah struktur dapat disebabkan oleh tindakan legal atau berdasarkan persetujuan sederhana dari pihak yang bersangkutan. Penyusunan kembali struktur hutang didasarkan pada keputusan manajemen keuangan sukarela, misalnya untuk mengubah hutang jangka pendek menjadi jangka panjang. Restrukturisasi hutang merupakan suatu proses untuk merestruktur hutang bermasalah dengan tujuan untuk memperbaiki posisi keuangan debitur. 94 Restrukturisasi hutang adalah pembayaran hutang dengan syarat yang lebih lunak atau lebih ringan dibandingkan dengan syarat pembayaran hutang sebelum dilakukannya proses restrukturisasi hutang, karena adanya konsesi khusus yang diberikan kreditur kepada debitur. Konsesi semacam ini tidaklah diberikan kepada debitur apabila debitur tersebut tidak dalam keadaan kesulitan keuangan. Konsesi semacam ini dapat berasal dari perjanjian antara kreditur dengan debitur, atau dari keputusan pengadilan, serta dari peraturan hukum. 95 Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang berkepentingan terhadap restrukturisasi hutang adalah pihak debitur yang keuangannya bermasalah. Restrukturisasi hutang perlu dilakukan untuk mengatasi kredit bermasalah yang 94 Tjiptono Darmadji, Restrukturisasi: Memulihkan dan Mengakselerasi Ekonomi Nasional, Jakarta: Grasindo, 2001, hal. 69. 95 Ibid., hal. 71. Universitas Sumatera Utara sedang dialami perusahaan-perusahaan di Indonesia, baik perusahaan manufaktur, perusahaan jasa, maupun perusahaan dagang. 96 Pengertian restrukturisasi yang berhubungan dengan penyehatan perusahaan dapat dibagi dalam beberapa tahap. Pertama, bila seorang Debitur mengalami kesulitan terhadap pembayaran utangnya, maka terhadap Debitur tersebut dapat melakukan restrukturisasi terhadap utang-utang yang dimilikinya. Kedua, dalam hal restrukturisasi terhadap utangnya, debitur dianggap belum cukup menjamin penyehatan perusahaan, maka dapat dilanjutkan dengan restrukturisasi perusahaan. Dengan adanya restrukturisasi perusahaan tersebut, maka diharapkan restrukturisasi utang akan lebih terjamin keberhasilannya. 97 Restrukturisasi hutang bagi debitur memiliki alasan-alasan yang melatarbelakanginya, yakni, sebagai berikut: 98 1. Untuk mendapatkan peningkatan efisiensi dan daya saing yang lebih bagus. Penataan dan perbaikan sektor keuangan perusahaan akan dapat dicapai apabila perusahaan tersebut dalam kondisi sehat, efisiensi dan kuat. 2. Dengan dilakukannya restrukturisasi utang maka perusahaan akan dapat memiliki lebih banyak lagi alternatif pilihan pembayaran, yaitu melalui perundingan dengan kreditor dan melalui suatu argumen yang cukup, sehingga 96 Ibid. 97 Ibid., hal. 72. 98 Lepi T. Tarmidi, “Krisis Moneter Indonesia: Sebab, Dampak, Peran IMF dan Saran”, http:www.bi.go.id., diakses pada tanggal 5 Juli 2011. Universitas Sumatera Utara tercapai suatu kesepakatan yang merupakan win-win solution. Argumen yang dimaksud adalah dimana pihak debitor mampu menunjukkan bahwa keadaannya benar-benar dalam posisi kesulitan keuangan. Restrukturisasi pada Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU dimaksudkan sebagai restrukturisasi terhadap pembayaran utang-utang Debitor semata dengan tujuan agar perusahaan Debitor dapat sehat kembali. Restrukturisasi lebih merupakan suatu penyelamatan daripada suatu tindakan koreksi atau perbaikan permanen corrective action. Restrukturisasi terpaksa dilakukan untuk menghindari kerugian yang lebih besar dan menjaga agar piutang dapat tetap ditagih dan selesai. Terdapat beberapa pola penyelesaian utang yang dapat diterapkan sebelum melakukan penyelesaian melalui lembaga hukum, antara lain: Penjadwalan kembali rescheduling, persyaratan kembali reconditioning, dan penataan kembali restructuring. Adapun pola restrukturisasi dimaksud adalah sebagai berikut: 99 1. Penjadwalan Kembali Rescheduling Yang dimaksud dengan penjadwalan kembali yaitu perubahan syarat kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran danatau jangka waktunya. Dengan penjadwalan kembali pelunasan kredit, bank memberikan kelonggaran kepada Debitur untuk membayar utangnya yang telah jatuh tempo, dengan jalan menunda 99 Surat Edaran Bank Indonesia No. 26 4 1993, Jakarta: Bank Indonesia, tanggal 29 Mei 1993, tentang Penyelamatan Kredit Bermasalah Sebelum Diselesaikan Melalui Lembaga Hukum, hal. 2. Universitas Sumatera Utara tanggal jatuh tempo tersebut. Apabila pelunasan kredit dilakukan dengan cara mengangsur, bank dapat juga menyusun jadwal baru angsuran kredit untuk meringankan kewajiban Debitur dalam melaksanakannya. Jumlah pembayaran kembali tiap angsuran dapat diselesaikan dengan perkembangan likuiditas keuangan cash ending balance Debitur tiap akhir tahapan masa proyeksi arus kas. Dengan demikian, diharapkan debitur mampu melunasi kredit yang tertunggak tanpa harus mengorbankan kelancaran operasi bisnis perusahaan. 2. Persyaratan Kembali Reconditioning Persyaratan kembali berarti perubahan sebagian atau seluruh syarat perjanjian kredit, yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, danatau persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut penambahan kredit atau tanpa melakukan konversi atas seluruh atau sebagian kredit menjadi equality perusahaan. 100 Berbagai cara untuk melakukan persyaratan kembali, yakni sebagai berikut: 101 a. Kapitalitas bunga, yaitu bunga dijadikan utang pokok; b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu, dalam hal penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu, maksudnya adalah hanya bunga yang 100 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta: Penerbit Kencana, 2008, hal. 87. 101 Johanes Ibrahim, Cross Default Cross Colleteral Sebagai Upaya Penyelesaian Kredit Macet , Bandung: PT. Refika Aditama, 2004, hal. 117. Universitas Sumatera Utara dapat ditunda pembayarannya sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayar seperti biasa; c. Penurunan suku bunga. Penurunan suku bunga dimaksudkan agar lebih meringankan beban masalah karena akan mempengaruhi jumlah angsuran yang semakin mengecil; d. Pembebasan bunga. Dalam pembebasan suku bunga nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk membayar pokok pinjamannya sampai lunas. 3. Penataan Kembali Restructuring Penataan kembali persyaratan kredit dalam PKPU, meliputi: 102 a. Penambahan dana bank; danatau b. Konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru; danatau c. Konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan dalam perusahaan, yang dapat disertai dengan penjadwalan kembali danatau persyaratan kembali. Tujuan utama dari penataan kembali persyaratan kredit adalah untuk memperkuat posisi tawar menawar bank dengan Debitur dengan cara mengubah syarat pengadaan jaminan kredit, dalam rangka penataan kembali persyaratan kredit 102 Ibid., hal. 118. Universitas Sumatera Utara itu, isi perjanjian kredit ditinjau kembali dan bila perlu ditambah atau dikurangi. Upaya penyelamatan kredit ini biasanya dilakukan seiring dengan upaya penjadwalan kembali pelunasan kredit. 103 Sedangkan, dalam bukunya Munir Fuady membagi pola-pola restrukturisasi utang menjadi sebagai berikut: 104 1. Moratorium, yaitu penundaan pembayaran yang sudah jatuh tempo; 2. Haircut, yaitu pemotonganpengurangan pokok pinjaman dan bunga; 3. Pengurangan tingkat suku bunga; 4. Perpanjangan jangka waktu pelunasan; 5. Konversi utang kepada saham; 6. Debt forgiveness atau pembebasan utang; 7. Bailout, yaitu pengambilalihan utang-utang swasta oleh pemerintah; 8. Write off, yaitu penghapusbukuan utang-utang. Dalam memilih dan menentukan model yang sesuai dalam melakukan restrukturisasi utang maka sangat tergantung pada kepentingan atau tujuan dari kedua belah pihak yaitu debitur maupun kreditur. Apabila perusahaan debitur sudah tidak memiliki prospek usaha yang menguntungkan dimasa yang akan datang maka 103 Ibid. 104 M. Hadi Shubban, Op. Cit., hal. 150. Universitas Sumatera Utara pemilik maupun pengelola perusahaan debitur mungkin akan memutuskan untuk tidak melakukan restrukturisasi hutangnya karena tidak memiliki nilaimanfaat ekonomi atau bahkan hanya merupakan pemborosan saja. Demikian pula kreditur akan melihat upaya restrukturisasi hutang debitur sebagai tindakan yang kurang ekonomis apabila prospek perusahaan debitur ini tidak menguntungkan. Dengan perkataan lain ada faktor-faktor yang mempengaruhi baik debitur maupun kreditur memilih dan menentukan model restrukturisasi hutang yang sesuai dengan kepentingannya. 105 Beberapa contoh restrukturisasi utang dalam kasus permohonan PKPU yang diajukan oleh Debitur, yakni: 1. Permohonan PKPU diajukan oleh Debitur PT. INTI MUTIARA KIMINDO, berkedudukan di Jl. Prof. Dr. Latumenten, No. 37, Jakarta Barat terhadap Krediturnya, OSVILLE FINANCE, Ltd. 106 Permasalahan utang yang timbul adalah dari Sale and Purchase Agreement, 107 Rencana Perdamaian yang diajukan Debitur disetujui oleh para Kreditur, dan restrukturisasi utang diajukan oleh Debitur, yakni dengan jumlah total kewajiban Debitur Pemohon PKPU dibayar sebanyak 4 kali masing-masing setiap tahun tanpa dikenakan bunga. 108 Putusan Majelis Hakim mengabulkan Permohonan PKPU Sementara ini. 109 105 Ibid. 106 Putusan PKPU No. 04 PKPU 2004 PN. Niaga – Jkt. Pst., hal. 1. 107 Ibid., hal. 1 108 Ibid., hal. 4. 109 Ibid., hal. 4. Universitas Sumatera Utara 2. Permohonan PKPU diajukan oleh Debitur PT. KURNIA MUSI, berkantor pusat di Jl. Sungai Rendang, Palembang, terhadap Kreditur PT. Bank Negara Indonesia, berkedudukan di Jl. Jend. Sudirman, Jakarta Barat 110 Permasalahan utang yang timbul adalah dari perjanjian Kredit, 111 dimana Rencana Perdamaian tidak disetujui para Kreditur, sehingga tidak ada restrukturisasi utang, dan Majelis Hakim Pengadilan Niaga menyatakan Debitur Pailit. 112 oleh karenanya Debitur dalam Kasasi memohonkan PKPU, dan Mahkamah Agung memutuskan Permohonan PKPU Pemohon tidak dapat diterima. 113

3. Pihak-Pihak Yang Mengajukan PKPU berdasarkan UU No. 37 Tahun 2004

Dokumen yang terkait

Asas Pembuktian Secara Sederhana Dalam Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Pkpu) Pada Putusan Ma Ri No. 586 K/Pdt.Sus-Pailit/2013

13 131 117

Tugas dan Wewenang Pengurus PKPU Berdasarkan Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

10 159 93

Analisis Yuridis Permohonan Pernyataan Pailit Terhadap Bank Oleh Bank Indonesia Dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

3 72 165

Kewenangan Kreditur Dalam Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Menurut UU No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Niaga No. 05/ PKPU/ 2010/ PN. Niaga – Medan)

2 52 135

Akibat Hukum Kepailitan Terhadap Harta Warisan Ditinjau Dari Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

24 183 81

Akibat Hukum Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Terhadap Perjanjian Sewa Menyewa Menurut Undang-Undang No. 37 Tahun 2004

13 163 123

Pelaksanaan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), Ditinjau Dari Undang-Undang Kepailitan Dan Manfaatnya Bagi Pihak Debitor Dan Kreditor. (Studi Kasus Di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat)

0 45 211

Pelaksanaan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), Ditinjau Dari Undang-Undang Kepailitan

2 59 2

Penetapan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Tetap Oleh Pengadilan Niaga Terkait Adanya Kreditor Separatis Menuurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 (Studi Putusan Nomor 134K/Pdt. Sus-/PKPU/2014)

5 99 90

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

0 0 12