Kronologis Perkara No. 05 PKPU 2010 PN. Niaga – Mdn

BAB IV PENERAPAN HUKUM KEPAILITAN ATAS PERMOHONAN PKPU OLEH

KREDITUR DALAM PUTUSAN PENGADILAN NO. 05 PKPU 2010 PN. NIAGA – MEDAN

A. Kronologis Perkara No. 05 PKPU 2010 PN. Niaga – Mdn

Permohonan PKPU diajukan oleh Kreditur Tuan THC yang sebagai pemilik Toko IJ Selaku Pemohon PKPU, beralamat di Jalan Andalas No.33 Kelurahan Pasar Baru, terhadap Ibu BB selaku Termohon PKPU sebagai Pemilik Toko SS beralamat di Jalan Andalas No. 8 Medan Kecamatan Medan Kota, karena Ibu BB tidak membayar utangnya yang timbul karena hubungan bisnis dimana Tuan THC selaku agen penjual suku cadang ban dalam dan ban luar merk Sw, dan diorderdipesan oleh Ibu BB sebagai pimpinan dari toko SS. 169 Hubungan dagang jual beli diantara Tuan THC dengan Ibu BB, dilandasi dengan kesepakatan dan itikad baik, serta kepercayaan yang diberikan Tuan THC kepada Ibu BB, sebagaimana dalam hubungan dagang jual beli pada umumnya, yang mana telah disepakati, bahwa sistim pembayaran tidak secara langsung dan tunai, akan tetapi dengan tempo pembayaran 1 satu bulan kemudian, setelah barang- barang diorder dipesan dan diterima sesuai BonFaktur, antara Tuan THC selaku agen penjualan dan Ibu BB selaku pihak pembeli. 170 Kepercayaan yang diberikan Tuan THC kepada Ibu BB dalam hubungan dagang jual beli, dalam kenyataannya hanya berjalan 2 dua bulan lebih, 169 Permohonan PKPU perkara No. 05 PKPU 2010 PN. Niaga – Medan, hal. 2 170 Ibid., hal 3. 90 Universitas Sumatera Utara dikarenakan Ibu BB tidak dengan sungguh-sungguh memelihara kepercayaan dan itikad baik, dan dalam kenyataannya Ibu BB tidak memenuhi kewajibannya untuk melakukan pembayaran kepada Tuan THC, atas pembayaran dari sejumlah barang yang telah diterimanya sesuai jenis barang dan harga yang tertera dalam Bon Faktur. 171 Hubungan Dagang Jual Beli, antara Tuan THC dengan Ibu BB berjalan dengan baik tanpa ada permasalahan sebatas dalam tenggang waktu penyerahan barang yang diorderdipesan saja, dimana Ibu BB telah memesan dan menerima sejumlah barang dari Tuan THC, dengan bukti tanda terima berupa BonFaktur, dalam kurun waktu ± 2 dua bulan, dengan total harga sejumlah: Rp. 542.015.500,- lima ratus empat puluh dua juta lima belas ribu lima ratus rupiah sesuai BonFaktur sejak tanggal 01 Desember 2007 hingga 04 Februari 2008. 172 Kesepakatan antara Pemohon dan Termohon, pembayaran atas utang yang tersebut di atas, dalam tenggang waktu 1 satu sd 2 dua bulan pembayaran setelah barang diterima, dan Utang telah diakui secara tegas oleh Termohon melalui surat tertanggal 21 April 2008, yang ditandatangani di atas kertas bermaterai Rp. 6000, oleh Sdri. BB dan Sdr. TT keduanya adalah hubungan suami istri, yang menyatakan Termohon memiliki hutang kepada Pemohon sebesar Rp. 542.015.550,- lima ratus empat puluh dua juta lima belas ribu lima ratus lima puluh rupiah 173 dan Ibu BB 171 Ibid., hal 3. 172 Bukti P - 3.1 sd bukti P - 3.37 dalam Persidangan. 173 Bukti P – 4 dalam Persidangan. Universitas Sumatera Utara melalui Kuasa Hukumnya telah menyurati Tuan THC, sesuai surat Nomor: 036 BM - R III 2008 tertanggal 19 Maret 2008, yang menyatakan secara tegas tentang adanya hutang sebesar: Rp. 542.015.550,- lima ratus empat puluh dua juta lima belas ribu lima ratus lima puluh rupiah dan menjadi kewajiban Ibu BB kepada Tuan THC, dan secara tegas Ibu BB berjanji tetap berkomitmen untuk menyelesaikan kewajiban hutang dimaksud, 174 Akan tetapi hingga saat ini, hutang Termohon kepada Pemohon sudah berjalan 2 dua tahun lebih, Tuan THC telah berulangkali menghubungi dan meminta Ibu BB untuk memenuhi kewajibannya, membayar hutang yang telah jatuh tempo pada bulan Februari 2008 dan bulan Maret 2008 kepada Tuan THC, akan tetapi Ibu BB dengan berbagai alasan yang secara terus menerus merugikan Tuan THC, yang dengan tindakan tidak dipenuhinya kewajiban pembayaran oleh Ibu BB kepada Tuan THC, sesuai kesepakatan dengan jadwal dan tenggang waktu 1 satu bulan setelah barang-barang diserahkan oleh Tuan THC dan diterima oleh Ibu BB, menyebabkan Tuan THC telah mengalami kerugian sejumlah: Rp. Rp. 542.015.500,- lima ratus empat puluh dua juta lima belas ribu lima ratus rupiah, belum termasuk kerugian bunga dan kerugian laba yang seharusnya didapat oleh Tuan THC, dari keuntungan modal yang berputar aktif. 175 Selain Tuan THC, ternyata Ibu BB juga memiliki kreditur lain, yaitu PT. IAP, beralamat di Jalan Pematang Pasir No. 34 A, Kompleks Pergudangan kayu putih 174 Bukti P – 5 dalam Persidangan. 175 Pernohonan PKPU, Op. Cit., hal. 4. Universitas Sumatera Utara Estate Medan. Dengan nilai sisa pembayaranhutang sebesar Rp. 848.800.000,- delapan ratus empat puluh delapan juta delapan ratus ribu rupiah. 176 Sebagaimana telah diakui secara tegas oleh Ibu BB dalam surat Nomor: 039 BM – R III 2008 tertanggal 19 Maret 2008, tentang adanya sisa hutang dan menjadi kewajiban Termohon kepada Kreditur PT. IAP, dan secara tegas dalam surat tersebut, Ibu BB berjanji tetap berkomitmen untuk menyelesaikan kewajiban, sesuai dengan surat No. 039 BM - R III 2008 tertanggal 19 Maret 2008, yang disampaikan oleh Kuasa Hukum Termohon. 177 Kreditur lain ini, sebagaimana diuraikan dalam akta Pendirian, kegiatan usahanya adalah sebagai distributor, penyalur bahan bakar kendaraan bermotor minyak Oli dengan merek TO di Indonesia, sebagaimana tercantum dalam surat keterangan yang dikeluarkan oleh PT. TAA selaku distributor minyak Oli merek TO untuk wilayah Indonesia. 178 Hubungan Dagang Jual Beli minyak oli merk TO, antara Ibu BB dengan PT. IAP berjalan dengan baik tanpa ada permasalahan, dimana Ibu BB telah membeli minyak oli merk TO dari PT. IAP. 179 Jumlah total keseluruhan pembelian minyak oli merk TO, sesuai dengan Bon faktur pembelian di atas adalah sebesar Rp.1.872.208.000,- satu milyar delapan ratus tujuh puluh dua juta dua ratus delapan ribu rupiah, yang mana Ibu BB telah 176 Ibid., hal. 4. 177 Bukti P – 6 dalam Persidangan. 178 Bukti P – 7 dalam Persidangan. 179 Permohonan PKPU, Op. Cit., hal 8. Universitas Sumatera Utara melakukan pembayaran kepada PT. IAP sebesar Rp.1.023.408.000,- satu milyar dua puluh tiga juta empat ratus delapan ribu rupiah, sehingga sisa pembayaranhutang yang harus dibayar oleh Ibu BB kepada PT. IAP atas pembelian minyak oli Merk TO, adalah sebesar Rp.848.800.000,- delapan ratus empat puluh delapan juta delapan tarus ribu rupiah, dan Ibu BB telah melakukan pembayaran kepada PT. IAP dengan menyerahkan Cek dan Bilyet Giro dari Bank D, dimana Bon Faktur asli yang masih ada pada Kreditur sebanyak 4 empat lembar, yang keseluruhannya berjumlah Rp. 570.240.000 lima ratus tujuh puluh juta dua ratus empat puluh ribu rupiah, telah jatuh tempo pembayarannya. 180 Dari jumlah Rp. 570.240.000,-, Ibu BB hanya membayar dengan menyerahkan 6 enam Cek dan Bilyet Giro yang seluruhnya masih berjumlah Rp. 114.000.000,- 181 Atas Pembayaran sejumlah Rp. 114.000.000,- tersebut di atas, tidak dapat diuangkandikliringkan sesuai Surat Keterangan Penolakan SKP yang diterbitkan oleh Bank D dan Bank P, dan Ibu BB juga melakukan pembayaran dengan menyerahkan Cek dan Bilyet Giro kepada Kreditur sejumlah Rp. 208.000.000,- dua ratus delapan juta rupiah. 182 Ketika PT. IAP akan menguangkan atau mengkliring 15 lima belas lembar Cek dan Bilyet Giro Bank D tersebut pada Bank D Kantor Cabang Diponegoro - 180 Bukti P – 8.1 sd P – 8.4 dalam Persidangan. 181 Permohonan PKPU, Op. Cit., hal. 8. 182 Ibid., hal 10. Universitas Sumatera Utara Medan pada tanggal 25 Maret 2008, ternyata seluruh Cek dan Bilyet Giro tersebut tidak dapat diuangkan, dengan alasan rekening Giro telah ditutup. 183 Bon Faktur dari 15 lembar cek dan Bilyet Giro tersebut di atas, telah diserahkan oleh PT. IAP kepada Ibu BB, dengan cara pada saat penyerahan barang, lampiran BonFaktur warna merah diserahkan kepada Ibu BB, dan asli warna putih ada pada PT. IAP. Dan pada saat Ibu BB membayar dengan Cek dan Bilyet Giro, seketika asli BonFaktur warna putih diserahkan PT. IAP kepada Ibu BB, sehingga BonFaktur asli dan lampirannya, kedua-duanya ada pada Ibu BB. 184 Mengenai penolakan pencairan Cek dan Bilyet Giro pada Bank D Kantor cabang Diponegoro – Medan tersebut, PT. IAP telah memberitahukan hal penolakan tersebut kepada Ibu BB, dan setelah melakukan beberapa kali penagihan, Ibu BB tetap juga tidak melakukan pembayaran kepada PT. IAP hingga saat ini. 185 PT. IAP juga telah menyerahkan kembali Bilyet Giro Bank P yang juga tidak dapat dicairkan kepada Toko S Termohon, dengan nilai Bilyet Giro sebesar Rp. 70.560.000,- tujuh puluh juta lima ratus enam puluh ribu rupiah. 186 Dengan demikian, terbukti hutang Termohon kepada Kreditur masih tersisa Rp. 848.800.000,- delapan ratus empat puluh delapan juta delapan ratus ribu rupiah. 187 183 Ibid., hal. 10. 184 Ibid., hal. 11. 185 Ibid., hal. 11. 186 Bukti P – 11 dalam Persidangan. 187 Bukti P – 8.1 sd P – 8.4, P – 10.1 sd P – 10.6, dan P – 11 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan alasan-alasan dalam kronologis yang dikemukakan di atas dan bukti-bukti yang ada, Tuan THC selaku Pemohon dan PT. IAP selaku Kreditur lain memohon Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang terhadap Ibu BB selaku Termohon di Pengadilan Niaga - Medan, dan memohon agar Majelis Hakim pada Pengadilan Niaga – Medan memberikan putusan sebagai berikut: 1. Mengabulkan permohonan PKPU dari Pemohon PKPU, 2. Menetapkan Hakim Pengawas, 3. Menunjuk dan mengangkat Sdr. DP, S.H., LLM, yang beralamat di jalan SB, dengan izin Kurator dan Pengurus Dep. Hukum dan HAM No. AHU. AH. 04.03 sebagai Pengurus, 4. Menetapkan biaya perkara menurut hukum.

B. Pertimbangan Hukum Majelis Hakim dalam Perkara No. 05 PKPU 2010

Dokumen yang terkait

Asas Pembuktian Secara Sederhana Dalam Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Pkpu) Pada Putusan Ma Ri No. 586 K/Pdt.Sus-Pailit/2013

13 131 117

Tugas dan Wewenang Pengurus PKPU Berdasarkan Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

10 159 93

Analisis Yuridis Permohonan Pernyataan Pailit Terhadap Bank Oleh Bank Indonesia Dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

3 72 165

Kewenangan Kreditur Dalam Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Menurut UU No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Niaga No. 05/ PKPU/ 2010/ PN. Niaga – Medan)

2 52 135

Akibat Hukum Kepailitan Terhadap Harta Warisan Ditinjau Dari Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

24 183 81

Akibat Hukum Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Terhadap Perjanjian Sewa Menyewa Menurut Undang-Undang No. 37 Tahun 2004

13 163 123

Pelaksanaan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), Ditinjau Dari Undang-Undang Kepailitan Dan Manfaatnya Bagi Pihak Debitor Dan Kreditor. (Studi Kasus Di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat)

0 45 211

Pelaksanaan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), Ditinjau Dari Undang-Undang Kepailitan

2 59 2

Penetapan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Tetap Oleh Pengadilan Niaga Terkait Adanya Kreditor Separatis Menuurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 (Studi Putusan Nomor 134K/Pdt. Sus-/PKPU/2014)

5 99 90

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

0 0 12