BAB II STUDI PUSTAKA
TUGAS AKHIR EVALUASI RANCANGAN JALAN TOL KANCI-PEJAGAN
II - 88
Tiga karakteristik
keadaan diatas
menunjukkan suatu
proses perilakukarakteristik gaya prategang pada penampang terhadap ada atau tidak adanya
beban luar yang bekerja. Beton prategang yang digunakan untuk struktur konstruksi, pada umumnya memiliki syarat batas yang relatif sama yaitu tegangan tarik yang terjadi
tidak boleh melampaui tegangan tarik ijin dan pada penampang beton prategang tidak diperbolehkan terjadi retak, sebab hal ini akan sangat membahayakan struktur
konstruksinya.
2.2.4.4 Macam Sistem Beton Prategang
Pada pelaksanaannya di lapangan beton prategang memilki dua sistem, yaitu :
2.2.4.4.1 Post Tension Prestressed Concrete
Adalah suatu sistem pada beton prategang dimana betonnya dicor dan dicetak terlebih dahulu, sebelum Strain bajatendon ditegangkan atau di Stressing.
Jadi sebelum melakukan peneganganStressing, Strain baja atau tendon harus dimasukkan dan disusun secara tepat ke dalam Duct yang ada. Setelah semua Strain
bajatendon tersusun, selanjutnya kedua ujung penampang beton prategang tadi dipasang angkurjangkar. Sisi ujung satunya menggunakan angkur mati, sedangkan
ujung yang lain menggunakan angkur hidup. Proses peneganganStressing Strain baja ini memanfaatkan angkur hidup untuk penyaluran tegangannya. Transfer gaya
prategang terjadi dari Strain baja pada beton melalui penjangkaran angkur . Lay out Strain bajatendon dapat dibuat lurus atau lengkung disesusaikan
dengan kebutuhan gaya prategang yang akan dimanfaatkan. Pada sistem Post Tension Prestressed Concrete ini penyaluranpendistribusian gaya prategang dilakukan dalam
beberapa tahap pada setiap Strain bajanya. Hal ini bertujuan untuk menghindari tegangan berlebih yang bekerja pada penampang sehingga kerusakan penampang
struktur beton prategang bisa dihindari. Pada proyek konstruksi jalan tol Trans Java Kanci-Pejagan, sistem yang digunakan untuk perkerasan jalan tol ini adalah Post
Tension Prestressed Concrete atau Prestressed Precast Concrete Pavement, hal ini bertujuan untuk mempermudah metode pelaksanaan konstruksinya, karena lebih
Flexiblebisa disesusaikan dengan Schedule pelaksanaan konstruksi. Pada sistem ini juga dimungkinkan dilakukannya Overlapping pekerjaan konstruksi yang satu dengan
BAB II STUDI PUSTAKA
TUGAS AKHIR EVALUASI RANCANGAN JALAN TOL KANCI-PEJAGAN
II - 89
sub-sub pekerjaan yang lainnya. Sehingga pada akhirnya akan mempercepat waktu pelaksanaan konstruksi dan berpengaruh positif terhadap Progress proyek secara
keseluruhan. Adapun alasan lain yang dijadikan pertimbangan dalam pelaksanaan
pekerjaan perkerasan jalan tol dengan sistem Post Tension Prestressed Concrete adalah tidak tersedianya alat Stressing yang proporsional yang sesuai dengan dimensi
strain bajatendon dan pelat perkerasan beton prategangnya. Dari beberapa alasan tadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan perkerasan jalan tol Trans Java Kanci-Pejagan
dengan sistem Prestressed Precast Concrete Pavement lebih tepat dan bisa dilaksanakan secara lebih efektif serta lebih baik sesuai dengan Schedule proyek
daripada menggunakan sistem perkerasan beton prategang yang lain. Berikut ini merupakan prinsip dasar serta gambar sistem Post Tension Prestressed
Concrete
BAB II STUDI PUSTAKA
TUGAS AKHIR EVALUASI RANCANGAN JALAN TOL KANCI-PEJAGAN
II - 90
Gambar 2.17 Sistem beton prategang Post Tension
BAB II STUDI PUSTAKA
TUGAS AKHIR EVALUASI RANCANGAN JALAN TOL KANCI-PEJAGAN
II - 91
2.2.4.4.2 Pre Tension Prestressed Concrete