PenerapanAplikasi Beton Prategang Evaluasi Struktur Perkerasan Jalan

BAB II STUDI PUSTAKA

TUGAS AKHIR EVALUASI RANCANGAN JALAN TOL KANCI-PEJAGAN II - 106 S = Koefisien susut beton 400. 10 -6 Eb = Modulus elastisitas beton 16600 √σ bk

2.2.4.6 PenerapanAplikasi Beton Prategang

Seiring dengan perkembangan teknologi dibidang konstruksi teknik sipil, struktur beton prategang mengalami kemajuan yang sangat pesat untuk dimanfaatkan pada berbagai proyek konstruksi, tak terkecuali pada pelaksanaan proyek jalan raya ataupun jalan tol. Beton prategang memiliki peran dan fungsi yang sangat penting pada penerapan konstruksi jalan, khususnya befungsi untuk lapisan perkerasanpermukaan jalan. Biasanya pengaplikasian beton prategang pada proyek konstruksi jalan tol, tak terkecuali pada proyek jalan tol Trans Java Kanci-Pejagan yang perencanaannya menggunakan lapisan perkerasan beton yang telah dicetak terlebih dahulu disuatu tempat pencetakanpabrikasi beton Batching Plant , yang baru kemudian dilakukan Stressingpenegangan Strain baja atau tendon dilokasi proyek itu sendiri. Adapun daerah pabrikasi beton prategang Batching Plant untuk proyek jalan tol ini berada di wilayah Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon sedangkan area kerja pelaksanaan proyek jalan tol Trans Java Kanci-Pejagan berada diantara wilayah Kanci, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat sampai dengan Pejagan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Dimana jarak rata-rata antara tempat pabrikasi beton Batching Plant tersebut dengan area kerja pelaksanaan jalan tol tersebut sekitar 500 m. Khusus dalam perencanaan jalan tol Trans Java Kanci-Pejagan ini, sistem beton prategang yang digunakan adalah Post Tension Prestressed Concrete atau bisa disebut dengan Prestressed Precast Concrete Pavement. Sebenarnya ada beberapa alasan pertimbangan, proyek jalan tol ini menggunakan sistem Prestressed Precast Concrete Pavement antara lain adalah pada sistem ini sangat dimungkinkan untuk dilaksanakannya sub pekerjaan konstruksi yang lain, sehingga bisa melakukan Overlapping pekerjaan satu dengan pekerjaan yang lain, yaitu sambil dicetak beton prategangnya maka bisa dilaksanakan pekerjaan yang lain misalnya pekerjaan tanah galian dan timbunan , pemadatan tanah, pengecoran jalan kerja, dan lain-lain sehingga metode pelaksanaan konstruksinya dapat berjalan dengan mudah, efektif dan efisien. Apabila dibandingkan dengan sistem Pre Tension Prestressed Concrete, perkerasan jalan tol menggunakan cara Prestressed Precast Concrete

BAB II STUDI PUSTAKA

TUGAS AKHIR EVALUASI RANCANGAN JALAN TOL KANCI-PEJAGAN II - 107 Pavement lebih Flexible dalam metode pelaksanaan konstruksinya. Pada akhirnya hal ini akan mempercepat waktu pelaksanaan konstruksi jalan tol itu sendiri. Bila proyek jalan tol ini menggunakan sistem Pre Tension Prestressed Concrete diperkirakan akan mempersulit metode pelaksanaan konstruksi di lapangan terutama pekerjaan perkerasaannya nanti, sebab semua sub pekerjaan yang lainnya tidak bisa diselesaikan secara hampir bersamaan, jadi harus menunggu sub pekerjaan konstruksi yang lain sampai selesai terlebih dahulu, baru bisa menyusul pekerjaan konstruksi selanjutnya. Sehingga hal ini akan menghambat percepatan Progress proyek secara keseluruhan. Alasan teknis lainnya memilih sistem yang pertama yaitu tidak tersedianya alat Stressing pompa hidrolik mekanis yang proporsional sesuai dengan dimensi tendon Strain baja dan pelat beton prategangnya. Jadi bila akan menggunakan sistem yang kedua, maka harus memiliki alat Stressing pompa hidrolik mekanis yang lebih besar daripada alat Stressing pada sistem Post Tension Prestressed Concrete. Pada sistem ini dalam pelaksanaannya di lokasi proyek sebelum proses penarikanStressing Strain baja dilakukan, terlebih dahulu segmen–segmen beton prategang yang telah tercetak dan siap pakai tadi disusun, disambung dengan memakai perekat beton lem Epoxy dan ditempatkan Installing sesuai dengan posisi masing-masing segmen pelat beton prategang. Setelah tersusun semua, selanjutnya Strain bajatendon dimasukkan ke dalam Duct pada beton prategang dan kemudian dipasang angkur mati pada sisi ujung satunya, lalu dipasang juga angkur hidup pada sisi ujung yang lain untuk kemudian pada posisi tersebut dilakukan proses penegangan atau penarikan Strain bajatendon dengan alat dongkrak hidrolik dan pompa elektrik. Pada saat proses Stressing pemberian gaya prategang harus bertahap di setiap tendonnya. Hal ini bertujuan untuk menghindari tegangan berlebih yang bekerja pada pelat perkerasan beton prategang, sehingga kerusakan penampang beton prategang bisa dicegah dan juga untuk mengurangi rangkak pada Strain baja. Setelah proses Stressing selesai selanjutnya dilakukan tahap Finishing yang meliputi Grouting pada celah-celah Duct tendon dan pemotongan sisa tendon setelah Stressing.

BAB II STUDI PUSTAKA

TUGAS AKHIR EVALUASI RANCANGAN JALAN TOL KANCI-PEJAGAN II - 108

2.2.4.7 Karakteristik Umum Perkerasan Beton Prategang