Koordinasi Alinyemen Vertikal dan Alinyemen Horizontal

BAB II STUDI PUSTAKA

TUGAS AKHIR EVALUASI RANCANGAN JALAN TOL KANCI-PEJAGAN II - 67 b. Jalan bebas hambatan empat lajur dua arah terbagi MW 42 D Tipe jalan bebas hambatan ini meliputi semua jalan bebas hambatan dengan lebar jalur antara 3,25 sampai 3,75 meter. Keadaan dasar jalan bebas hambatan tipe ini didefinisikan sebagai berikut : - Lebar jalur lalu lintas 2 x 7,0 m. - Lebar efektif bahu diperkeras 3,75 m lebar bahu dalam 0,75 + lebar bahu luar 3,00 untuk masing-masing jalur lalu lintas . - Ada median. - Tipe alinyemen : datar. - Kelas jarak pandang : A. c. Jalan bebas hambatan enam atau delapan lajur terbagi MW 62 UD atau MW 82 UD Jalan bebas hambatan enam atau delapan lajur terbagi dapat juga dianalisis dengan karakteristik dasar yang sama seperti diuraikan di atas.

2.2.3.3.4 Lajur Pendakian

Lajur pendakian bertujuan untuk menampung truk yang bermuatan berat atau kendaraan lain yang lebih lambat supaya kendaraan yang lebih lambat itu tidak menggunakan lajur lawan. Lajur pendakian harus disediakan pada ruas jalan yang memiliki kelandaian besar dan menerus, pada saat yang bersamaan mempunyai lalu lintas yang padat. Maka dengan adanya lajur pendakian, kendaraantruk yang bermuatan berat tadi bisa memanfaatkan ruas ini sehingga tidak menghalangi gerakan kendaraan lain yang akan mendahului dengan kecepatan lebih tinggi. Lebar lajur pendakian adalah sama dengan lajur utama dan panjang lajur pendakian harus 200 m atau lebih.

2.2.3.4 Koordinasi Alinyemen Vertikal dan Alinyemen Horizontal

Perancangan geometrik jalan merupakan desain bentuk fisik jalan berupa 3 dimensi. Untuk mempermudah dalam menggambarkan bagian–bagian perencanaan, bentuk fisik jalan tersebut digambarkan dalam bentuk alinyemen horizontal trase jalan alinyemen vertikal atau penampang memanjang jalan dan penampang melintang jalan.

BAB II STUDI PUSTAKA

TUGAS AKHIR EVALUASI RANCANGAN JALAN TOL KANCI-PEJAGAN II - 68 Alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal merupakan unsur permanen didalam perancangan geometrik jalan, yang keduanya tidak boleh dipisahkan satu sama lain. Bahkan kedua unsur tersebut saling berkaitan erat dan saling melengkapi. Penampilan bentuk fisik jalan yang baik dan menjamin keamanan dari pengguna jalan merupakan hasil penggabungan bentuk alinyemen vertikal dan alinyemen horizontal secara tepat. Untuk mendapatkan kombinasi lengkung vertikal dan lengkung horizontal yang serasi dan baik dalam perancangannya perlu diperhatikan hal–hal sebagai berikut : a. Alinyemen horizontal dan vertikal terletak pada satu fase, sehingga tikungan tampak alami dan pengemudi kendaraan dapat memperkirakan bentuk alinyemen berikutnya. b. Jika alinyemen horizontal dan vertikal tidak terletak pada satu fase, maka pengemudi akan sulit memperkirakan bentuk jalan selanjutnya selain itu bentuk jalan terlihat patah. c. Alinyemen horizontal yang tajam sebaiknya tidak ditempatkan di bagian atas lengkung vertikal cembung atau di bagian bawah lengkung vertikal cekung. Kombinasi ini akan memberikan kesan terputusnya jalan, yang sangat membahayakan pengemudi kendaraan. d. Pada jalan yang lurus dan panjang sebaiknya tidak dibuatkan lengkung vertikal cekung. e. Kelandaian yang pendek sebaiknya tidak ditempatkan diantara dua kelandaian yang curam, sehingga bisa mengurangi jarak pandang henti dan menyiap pengemudi. f. Dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu lengkung horizontal harus dihindari. g. Tikungan yang tajam diantara dua bagian jalan yang lurus dan panjang harus dihindari. h. Dalam perencanaan harus dihindari penurunan lokal yang kecil pada kelandaian yang sekiranya tidak akan panjang dan merata. Hal ini biasanya diakibatkan oleh kecenderungan untuk menyeimbangkan galian dan timbunan, serta untuk mengurangi jarak angkut tanah urugan.

BAB II STUDI PUSTAKA

TUGAS AKHIR EVALUASI RANCANGAN JALAN TOL KANCI-PEJAGAN II - 69

2.2.4 Evaluasi Struktur Perkerasan Jalan

Perkerasan jalan adalah bagian jalan raya yang diperkeras dengan lapis konstruksi tertentu yang memiliki ketebalan, kekuatan, dan kekakuan serta kestabilan tertentu agar mampu menyalurkan beban lalu lintas di atasnya ke tanah dasar secara aman. Tujuan utama pembuatan struktur perkerasan jalan adalah untuk mengurangi tegangan atau tekanan akibat beban roda sehingga mencapai tingkat nilai yang dapat diterima oleh tanah yang menyokong struktur tersebut. Oleh sebab itu maka sudah sewajarnya bila dalam mendesain sebuah perkerasan jalan harus dilakukan dengan teliti agar tujuan dari struktur perkerasan jalan yang kuat dan mencapai umur rencana yang telah ditentukan dapat tercapai. Berikut ini merupakan beberapa klasifikasi dari struktur perkerasan jalan, yaitu : 1. Perkerasan lentur Flexible Pavement 2. Perkerasan kaku Rigid Pavement Keduanya mempunyai beberapa perbedaan antara lain : Tabel 2.25 Perbedaan antara perkerasan lentur dan perkerasan kaku Tinjauan Perkerasan lentur Perkerasan kaku Bahan pengikat Aspal Semen PC Repetisi bahan Timbul Rutting lendutan pada jalur roda Timbul retak-retak pada permukaan Penurunan tanah dasar Jalan bergelombang mengikuti tanah dasar Bersifat sebagai balok di atas perletakan Perubahan temperatur Modulus kekakuan berubah, timbul tegangan dalam yang kecil Modulus kekakuan tidak berubah, timbul tegangan dalam yang besar. Sumber : Diktat Kuliah Perancangan Perkerasan Jalan