D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 33
Sleman sebagai dasar untuk perencanaan dan pengembangan MBLB termasuk didalamnya pendapatan dari sektor Pajak MBLB di kabupaten
Sleman. c. Pengawasan Penertiban Kegiatan Pertambangan Rakyat
Tujuan kegiatan ini adalah meningkatnya pengawasan dan penertiban kegiatan penambangan sehingga permasalahan di bidang esdm dapat
terselesaikan dengan melibatkan instansi terkait antara lain Satpol PP, Dinas PUP ESDM Provinsi DIY, Polda DIY dan Perangkat desa terkait. Dengan
adanya kegiatan ini maka diharapkan para penambang untuk mentaati peraturan kegiatan penambangan MBLB dapat ditingkatkan sesuai dengan
peraturan perundang undangan yang berlaku. d. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan dampak kerusakan lingkungan akibat
Kegiatan Pertambangan Rakyat Tujuan kegiatan ini adalah tersedianya laporan dan data kerusakan
lingkungan akibat penambangan rakyat dan pemanfaat air tanah dan terlaksananya pemantauan dan evaluasi dampak lingkungan akibat
penambangan rakyat dan pemanfaatan air tanah. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya untuk mengetahui dan mengevaluasi jumlah pemanfaatan
air tanah dan potensi air tanah yang tersedia. Hasil dari kegiatan tersebut bisa menjadi dasar untuk kegiatan reklamasi lahan dan penentuan zona
pemanfaatan air tanah. Hal ini dikarenakan Kabupaten sleman secara geografis dan geologis sebagai daerah tangkapan air untuk provinsi DIY,
sehingga sebagai bentuk pertanggung jawaban Dinas SDAEM melaksanakan monitoring dampak kerusakan lingkungan akibat kegiatan pertambangan
rakyat secara kontinyu dan berkesinambungan.
2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Sumber Daya Air,
Energi dan Mineral
2.4.1 Analisis Renstra Kementrian Lembaga dan Renstra Provinsi DI Yogyakarta
a. Analisis Renstra Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Pelaksanan program dan kegiatan yang tertuang dalam Renstra akan
memerlukan koordinasi, konsolidasi, dan sinergi antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah dan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dengan Dunia
Usaha agar keseluruhan sumber daya yang ada dapat digunakan secara optimal dan dapat mencapai kinerja yang maksimal dalam rangka
meningkatkan ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur yang lebih
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 34
merata. Oleh karenanya penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum perlu dilandasi dengan kerangka peraturan perundang-undangan yang mantap dan
supportif dan menjadi dasar bagi penyelenggaraan pembangunan infrastruktur ke depan yang lebih terpadu dan efektif yang mengedepankan proses
partisipatif dan menghasilkan output dan outcome yang optimal. Dengan demikian, koordinasi dan integrasi baik secara vertikal maupun secara
horizontal yang semakin kuat pada penyelenggaraan bidang SDA Sumber Daya Air dan irigasi akan memberikan keyakinan bahwa pencapaian sasaran-
sasaran strategis kementerian yang mempunyai cakupan secara nasional dan strategis serta secara fungsional bermanfaat untuk mendukung kebutuhan
sosial ekonomi masyarakat, pengembangan wilayah, dan mendukung sektor lainnya akan menjadi kenyataan.
Berdasar RPJP 2005 – 2025, pada tahapan RPJMN 2015- 2019 disebutkan
bahwa program dasarnya adalah “Mementingkan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis SDA yang tersedia,
SDM yang berkualitas, serta kemampuan IPTEK
”. VISI MISI Presiden dalam kaitannya pengelolaan Sumber Daya Air, maka isu
kebijakan strategis yang akan dicapai dalam 5 tahun kedepan adalah : 1. Perbaikan irigasi rusak dan jaringan irigasi di 3 juta Ha lahan pertanian, 1
juta Ha lahan baru diluar jawa serta pembangunan bendungan sebesar 25 lokasi.
2. Mengintensifkan kerjasama internasional dalam mengatasi masalah- masalah global yang mengancam umat manusia seperti kelangkaan air.
3. Mengarahkan pemenuhan 2 jenis kebutuhan yaitu kebutuhan dasar sandang, pangan, papan dan pelayanan dasar pendidikan dan
kesehatan. Capaian pemenuhan tersebut masih sangat jauh dari harapan. Ekonomi Indonesia berdiri di atas fondasi yang rapuh akibat berlanjutnya
masalah kemiskinan, keterbatasan akses terhadap air bersih dan energi. 4. Komitmen untuk membangun perimbangan pembangunan kawasan
melalui ketersediaan air bersih. 5. Melakukan langkah pemulihan kualitas kesuburan lahan yang air irigasinya
tercemar oleh limbah industri dan rumah tangga, penghentian konversi lahan produktif untuk usaha lain, seperti industri, perumahan dan
pertambangan. 6. Pengurangan subsidi energi perlu dimasukan kedalam perhitungan
keekonomian melalui penggunaan tenaga panas bumi dan tenaga air,
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 35
biofuel dan biomasa yang diproduksi melalui pembentukan tatakelola energi terbarukan yang efisien dan efektif .
Visi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun 2015- 2019
“Terwujudnya Infrastruktur Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Yang Handal Dalam Mendukung Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, Dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.
MISI Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Misi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang merupakan rumusan upaya upaya yang akan dilaksanakan selama periode Renstra
2015 – 2019 dalam rangka mencapai visi serta mendukung upaya pencapaian
target pembangunan nasional, berdasarkan mandat yang diemban oleh Kementerian PU dan Perumahan Rakyat sebagaimana yang tercantum di
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja, amanat RPJMN tahap ketiga serta perubahan
kondisi lingkungan strategis yang dinamis adalah sebagai berikut : 1. Mempercepat pembangunan infrastruktur sumberdaya air termasuk sumber
daya maritime untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan pangan, dan kedaulatan energy, guna menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi
domestik dalam rangka kemandirian ekonomi; 2. Mempercepat
pembangunan infrastruktur
jalan untuk
mendukung konektivitas guna meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan pelayanan
sistem logistik nasional bagi penguatan daya saing bangsa di lingkup global yang berfokus pada keterpaduan konektivitas daratan dan maritim;
3. Mempercepat pembangunan infrastruktur permukiman dan perumahan rakyat untuk mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak dalam
rangka mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia sejalan dengan pri
nsip ‘infrastruktur untuk semua; 4. Mempercepat pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan
rakyat secara terpadu dari pinggiran didukung industry konstruksi yang berkualitas untuk keseimbangan pembangunan antardaerah, terutama di
kawasan tertinggal, kawasan perbatasan, dan kawasan perdesaan, dalam kerangka NKRI;
5. Meningkatkan tata kelola sumber daya organisasi bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang meliputi sumber daya manusia, pengendalian
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 36
dan pengawasan, kesekertariatan serta penelitian dan pengembangan untuk mendukung fungsi manajemen meliputi perencanaan yang terpadu,
pengorganisasian yang efisien, pelaksanaan yang tepat, dan pengawasan yang ketat.
Sebagai penjabaran atas visi, tujuan yang akan dicapai oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam periode 2015- 2019 adalah :
1. Menyelenggarakan pembangunan bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang terpadu dan berkelanjutan didukung industri konstruksi yang
berkualitas untuk keseimbangan pembangunan antardaerah, terutama di kawasan tertinggal, kawasan perbatasan, dan kawasan perdesaan;
2. Menyelenggarakan pembangunan bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan pangan, dan
kedaulatan energi, guna menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dalam rangka kemandirian ekonomi;
3. Menyelenggaraan pembangunan bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk konektivitas nasional guna meningkatkan produktivitas,
efisiensi, dan pelayanan sistem logistic nasional bagi penguatan daya saing bangsa di lingkup global yang berfokus pada keterpaduan konektivitas
daratan dan maritim; 4. Menyelenggarakan pembangunan bidang pekerjaan umum dan perumahan
rakyat untuk mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak guna mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia sejalan dengan prinsip
“infrastruktur untuk semua”; 5. Menyelenggarakan tata kelola sumber daya organisasi bidang pekerjaan
umum dan perumahan rakyat yang meliputi sumber daya manusia, pengendalian dan pengawasan, kesekertariatan serta penelitian dan
pengembangan untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang efektif, efiesien, transparan
dan akuntabel.
Kondisi Sumber Daya Air di Kabupaten Sleman
Menurunnya fungsi jaringan irigasi, disebabkan oleh tingginya tingkat kerusakan karena umur konstruksi, bencana alam dan kurang optimalnya
kegiatan operasi dan pemeliharaan dikarenakan SDM dan keterbatasan anggaran, di samping rendahnya keterlibatan petani dan stakeholders
lainnya dalam pengelolaan jaringan irigasi, sehingga menurunnya kinerja
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 37
layanan jaringan irigasi yang ada dalam mendukung pemenuhan produksi pangan.
Di Kabupaten Sleman masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya air bagi kehidupan manusia sehingga masih banyak tercemarnya
sumber sumber air dari sampah dan pencemar lainnya. Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk menyimpan air melalui pembangunan sumur
sumur resapan serta masih rendahnya budaya hemat air. Kondisi Embung dan mata air di Kabupaten Sleman masih kurang jumlahnya
mengingat Kabupaten Sleman sebagai daerah penyangga tangkapan air daerah dibawahnya sehingga perlu penambahan sarana penampung air
dikarenakan jumlah penduduk semakin lama semakin bertambah yang memerlukan air bersih. Sementara ini kalau mengandalkan vegetasi di
Lereng Merapi kurang menguntungkan karena secara periodik sering terjadi erupsi, agar air tidak langsung hanyut kesungai maka perlu bangunan
penampung air. tertera pada Tabel 2.6. Jumlah embung di Kabupaten Sleman pada tahun 2015 sebanyak 29 buah,
dengan kondisi embung baik dan sedang sebanyak 20 buah. Jumlah mata air sebanyak 226 buah, dengan kondisi mata air baik dan sedang sebanyak 185
buah. Tabel 2.6
Data Embung yang terbangun di Kabupaten Sleman No
Nama Embung Luas Tanah
ha Vol. Tamp m
3
Keterangan
1 Tambakrejo
8,80 600.000
Kewenangan Kab. Sleman
2 Kemiri
0,80 25.000
Kewenangan Kab. Sleman
3 Karanggeneng
1,10 36.253
Kewenangan Kab. Sleman
4 Gatep
0,60 6.000
Kewenangan Kab. Sleman
5 Jurangjero
0,75 20.000
Kewenangan Kab. Sleman
6 Temuwuh
0,60 8.000
Kewenangan Kab. Sleman
7 Tlogoputri
0,30 4.000
Kewenangan Kab. Sleman
8 Klampeyan
1,80 59.400
Kewenangan Kab. Sleman
9 Jering
1,80 21.427
Kewenangan Kab. Sleman
10 Gagaksuro
0,75 30.000
Kewenangan Kab. Sleman
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 38
No Nama Embung
Luas Tanah ha
Vol. Tamp m
3
Keterangan
11 Babadan
0,30 20.000
Kewenangan Kab. Sleman
12 Pakembinangun
Kewenangan Prov. DIY
13 Gadung
0,40 2.000
Kewenangan Kab. Sleman
14 Tirta arta
0,80 15.000
Kewenangan Kab. Sleman
15 Griya Mahkota
0,70 20.000
Kewenangan Kab. Sleman
16 Kembangarum
0,90 30.000
Kewenangan Kab. Sleman
17 Pancoh
Kewenangan Prov. DIY
18 Sempu
0,60 19.800
Kewenangan Kab. Sleman
19 Wonokerto
Kewenangan Prov. DIY
20 Krapyak
Barepan 1,08
30.000 Kewenangan
Kab. Sleman 21
Serut 0,90
30.000 Kewenangan
Kab. Sleman 22
Serut 0,90
35.000 Kewenangan
Kab. Sleman 23
UGM 1 Kewenangan
Prov. DIY 24
UGM 2 Kewenangan
Prov. DIY 25
Tegaltirto Kewenangan
Prov. DIY 26
Ketingan Kewenangan
Prov. DIY 27
Sendari Kewenangan
Prov. DIY 28
Jetis Suruh Kewenangan
Prov. DIY 29
Gedongan 1,10
25.000 Kewenangan
Kab. Sleman Kondisi Bendung di Kabupaten Sleman pada tahun 2015, dengan kondisi
Bendung Permanen baik dan sedang sebanyak 850 buah, kondisi Bendung permanen rusak sebanyak 105 buah. Kondisi bendung semi permanen baik
dan sedang sebanyak 199 buah, kondisi bendung semi permanen rusak pada tahun 2015 sebanyak 9 buah.
Kondisi saluran irigasi primer baik dan sedang pada tahun 2015 sepanjang 414.115 m dan kondisi saluran irigasi primer rusak sepanjang 6.012 m.
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 39
Kondisi saluran irigasi sekunder baik dan sedang pada tahun 2015 sepanjang 294.900 m dan kondisi saluran irigasi rusak sepanjang 22.850 m.
Kondisi jaringan irigasi air tanah sumur pompa JIAT baik dan sedang pada tahun 2015 sebanyak 36 unit dan kondisi JIAT rusak sebanyak 3 unit.
Jumlah luas lahan yang terairi dalam pengelolaan jaringan irigasi berdasarkan dari 9 kantor pengamatan di Kabupaten Sleman pada tahun
2015 sebanyak 10.655,10 Ha dan jumlah pasok air irigasi total sebanyak 1.068.429 ltdetik.
Volume cadangan air tanah statis didalam akuifer di Kabupaten Sleman mencapai 6.738.288.436,09 m
3
, baik pada sistem akuifer bagian atas 5.019.592.985,12
m
3
maupun sistem
akuifer bagian
bawah 1.718.695.450,97 m
3
. Pemanfaatan air tanah di Kabupaten Sleman dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu pemanfaatan air tanah untuk kebutuhan
rumah tangga sebesar 43.649.357.200 liter tahun dan pemanfaatan air tanah untuk kebutuhan non rumah tangga sebesar 259.783.100.307 litertahun.
Jadi total keseluruhan pemanfaatan air tanah adalah 416.135.933.289,70 litertahun.
Tingkat pemanfaatan dan pengambilan air tanah di Kabupaten Sleman dapat dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu Tingkat pemanfaatan air tanah rendah yang
berada di Kecamatan Ngemplak, Turi, Cangkringan. Kalasan dan Ngaglik; Tingkat pemanfataan air tanah sedang yang berada di Kecamatan Moyudan,
Minggir, Sayegan, Godean, Gamping, Mlati, Depok, Pakem dan Kecamatan Tempel; dan tingkat pemanfaatan air tanah tinggi yang berada di Kecamatan
Berbah, Sleman dan Kecamatan Prambanan. Berdasarkan Permen PU 390 tahun 2007 jumlah bendung di Kabupaten
Sleman sebanyak 2082, yang terdiri atas 1.163 bendung permanen semi permanen dan 919 bendung sementara. Dengan diterbitkannya Perda Irigasi
6 tahun 2013 telah diatur kembali batasan kewenangan yaitu menjadi 853 bendung kewenangan Kabupaten Sleman sisanya 1.229 akan diserahkan ke
desa. Berdasarkan Renstra Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia periode 2015 - 2019, dalam upaya mempercepat pembangunan infrastruktur sumberdaya air termasuk untuk mendukung
ketahanan air dan kedaulatan pangan, Kementrian Pekerjaan Umum dan
perumahan rakyat menetapkan target bendung yang ditingkatkan direhabilitasi yang menjadi kewenangan pusat pada tahun 2015 sebanyak
4 bendung, dan pada Kabupaten Sleman pada tahun 2015 Bendung dengan
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 40
kondisi baik dan sedang dengan jumlah bendung permanen sebanyak 850 buah dan bendung semi permanen sebanyak 199 buah. Dengan demikian
jumlah bendung dalam kondisi baik Permanen dan semi permanen adalah sebanyak 1049 buah atau setara dengan 90,19 dari 1.163 bendung yang
ada. Ini berarti target dari indikator kinerja sebesar 85,90 telah tercapai. Dibandingkan dengan sasaran pada Renstra Dinas DPUP dan ESDM
Provinsi kurang terjadi keserasian, keterpaduan diakibatkan adanya perbedaan kewenangan dalam pengelolaan bendung irigasi.
Target dari Saluran irigasi yang menjadi kewenangannya Kementrian
Pekerjaan Umum dan Perumahan pada tahun 2015 untuk Jaringan irigasi permukaan kewenangan Pusat yang dilaksanakan konstruksinya Panjang
konstruksi jaringan irigasi permukaan kewenangan Pusat yang dilaksanakan sebesar 2.602,28 km; Jaringan irigasi rawa yang dilaksanakan
konstruksinya Panjang
jaringan irigasi
rawa yang
dilaksanakan konstruksinya sebesar 397,48 km; Jaringan irigasi permukaan kewenangan
Pusat yang ditingkatkandirehabilitasi Panjang konstruksi jaringan irigasi permukaan kewenangan Pusat yang ditingkatkan direhabilitasi sebesar
6.460,53 km; Jaringan irigasi rawa yang ditingkatkandirehabilitasi Panjang konstruksi jaringan irigasi rawa yang ditingkatkan direhabilitasi sebesar
1.203,91 km. Dibandingkan capaian dengan sasaran Renstra Dinas SDAEM pada tahun 2015 panjang saluran kondisi irigasi primer sebesar 414.115 m
dan saluran kondisi irigasi sekunder sebesar 294.900 m, dengan demikian saluran irigasi baik pada tahun 2015 sepanjang 709.015 meter setara
dengan 96,12 dari total keseluruhan panjang saluran sebesar 737.607 meter. Ini berarti target dari indikator kinerja sebesar 79,90 dapat tercapai.
Target Kondisi Jaringan Irigasi Air Tanah JIAT yang menjadi
kewenangannya Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan pada tahun 2015 sumur JIAT yang dibangun ditingkatkan Jumlah konstruksi sumur
JIAT yang dilaksanakan sebesar 106 titik; Sumur JIAT yang direhabilitasi Jumlah konstruksi sumur JIAT yang direhabilitasi sebesar 306 titik,
sedangkan yang menjadi kewenangannya Kabupaten Sleman pada tahun 2015 jumlah kondisi jaringan irigasi air tanah yang baik dan sedang adalah
sebanyak 36 unit. sehingga jumlah jaringan irigasi air tanah setara dengan 92,30 dari 39 buah JIAT yang ada. ini berarti target dari indikator kinerja
sebesar 84,40 dapat tercapai.
Target pada Persentase luas areal pertanian yang teraliri irigasi teknis
pada Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan tidak ditemukan adanya
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 41
keserasian dalam perhitungan parameter, dikarenakan adanya perbedaan kewenangan pusat dan daerah. Sedangkan yang menjadi kewenangan
Kabupaten Sleman pada tahun 2015 untuk Persentase luas areal pertanian yang teraliri irigasi teknis dengan Jumlah luas lahan terairi sebesar 10.665,10
Ha dan jumlah pasok irigasi total sebesar 1.068.429 ltdetik sehingga hasil pengukuran Prosentase luas areal pertanian yang teraliri irigasi teknis
sebesar 80,14. Ini berarti target dari indikator kinerja Dinas Sumber Daya Air Energi dan Mineral sebesar 79,50 dapat tercapai. Dinas Sumber Daya
Air Energi dan Mineral hanya menghitung saluran irigasi yang bersifat teknis dan tidak memperhitungkan saluran irigasi non teknis sedangkan Dinas PUP
dan ESDM Provinsi menghitung secara keseluruhan areal irigasi baik teknis dan non teknis sehingga ada perbedaan cara penetapan target antara Dinas
Sumber Daya Air Energi dan Mineral dan Dinas PUP dan ESDM Provinsi. Tabel 2.7
Komparasi Capaian Sasaran Renstra Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral terhadap Sasaran Renstra Dinas DPUP ESDM Provinsi DIY dan Renstra Kementrian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No Indikator Kinerja
Dinas SDAEM Capaian
Sasaran Renstra
Dinas SDAEM
Sasaran pada
Renstra Dinas DPUP
ESDM Provinsi
Sasaran pada Renstra Kementrian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat
1
Kondisi Irigasi
baik
Kondisi Bendung baik
90,19
- Bendung irigasi kewenangan Pusat
yang ditingkatkandirehabilitasi
Jumlah konstruksi bendung irigasi kewenangan
Pusat yang
ditingkatkan direhabilitasi sebesar 4 bendung
Kondisi Saluran
Baik 96,12
- Jaringan irigasi permukaan
kewenangan Pusat yang dilaksanakan
konstruksinya Panjang konstruksi jaringan irigasi
permukaan kewenangan Pusat yang
dilaksanakan sebesar
2.602,28 km;
Jaringan irigasi
permukaan kewenangan
Pusat yang
ditingkatkandirehabilitasi Panjang konstruksi jaringan irigasi
permukaan kewenangan
Pusat yang ditingkatkan direhabilitasi
sebesar 6.460,53 km;
Kondisi JIAT
Jaringan Irigasi
92,30
- Sumur
JIAT yang
dibangun Ditingkatkan
Jumlah konstruksi
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 42
No Indikator Kinerja
Dinas SDAEM Capaian
Sasaran Renstra
Dinas SDAEM
Sasaran pada
Renstra Dinas DPUP
ESDM Provinsi
Sasaran pada Renstra Kementrian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Air Tanah baik
sumur JIAT yang dilaksanakan sebesar 106 titik; Sumur JIAT yang
Direhabilitasi Jumlah konstruksi sumur JIAT yang direhabilitasi
sebesar 306 titik
Persentase luas
areal pertanian
yang teraliri irigasi teknis
80,14
Persentase Luasan
DI yang
Terlayani Air Irigasi
sebesar 82,5
-
Berdasarkan komparasi capaian sasaran Renstra Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral Kabupaten Sleman terhadap sasaran Renstra Dinas PUP dan ESDM
Provinsi DIY dan Renstra Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tabel 2.7 dapat dilihat bahwa tingkat capaian sasaran Renstra Dinas Sumber
Daya Air Energi dan Mineral tidak terlihat adanya keserasian dengan sasaran Renstra Dinas PUP dan ESDM Provinsi DIY dan Renstra Kementrian Republik
Indonesia. Hal ini memperlihatkan bahwa kinerja peningkatan dikarenakan masing masing mempunyai pembagian kewenangan yang berbeda, namun pada
akhirnya tetap mendukung percepatan pembangunan infrastruktur sumberdaya air untuk mendukung ketahanan air dan kedaulatan pangan.
Yang masih menjadi tantangan Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral Kabupaten Sleman masih banyak kondisi jaringan irigasi yang ada belum
memadai, masih banyak irigasi non teknis dan semi teknis yang belum ditingkatkan menjadi irigasi teknis, disamping itu kondisi jaringan irigasi teknis
yang ada banyak dalam kondisi rusak berat, bangunan utama seperti bendung yang ada dibeberapa wilayah irigasi terjadi kerusakan sedang hingga berat
sehingga menghambat supply air dari sungai kejaringan irigasi. Peluang yang ada di Kabupaten Sleman masih terdapat beberapa wilayah masih
tersedia lahan potensial yang belum dikembangkan menjadi lahan irigasi, sehingga kondisi ini merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan
pangan di Kabupaten Sleman. b. Analisis Renstra Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melaksanakan Visi dan Misi Pembangunan Nasional tersebut, khususnya bidang Energi dan Sumber Daya
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 43
Mineral dengan menetapkan Tujuan, Sasaran, Kebijakan dan Strategi yang lebih operasional dengan mengacu pada RPJMN 2015-2019. Sesuai dengan visi
pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian Berlandaskan Got ong Royong”.
Upaya untuk mewujudkan Visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan, yaitu: 1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara
kepulauan; 2. Mewujudkan
masyarakat maju,
berkeseimbangan, dan
demokratis berlandaskan negara hukum;
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim;
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera;
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing; 6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional; dan 7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Sebagai penjabaran atas visi, tujuan yang akan dicapai oleh Kementerian ESDM dalam periode 2015 - 2019 adalah :
1. Terjaminnya penyediaan energi dan bahan baku domestik. 2. Terwujudnya Optimalisasi penerimaan negara dari sektor ESDM .
3. Terwujudnya subsidi energi yang lebih tepat sasaran dan harga yang kompetitif .
4. Terwujudnya peningkatan investasi sektor ESDM. 5. Terwujudnya manajemen SDM yang profesional serta peningkatan
kapasitas iptek dan pelayanan bidang geologi. Sasaran strategis Kementerian ESDM dalam periode 2015 - 2019 secara
keseluruhan meliputi sasaran-sasaran sebagai berikut : 1. Mengoptimalkan kapasitas penyediaan energi fosil
2. Meningkatkan alokasi energi domestik 3. Meningkatkan akses dan infrastruktur energi
4. Meningkatkan diversifikasi energi 5. Meningkatkan efisiensi energi pengurangan emisi
6. Meningkatkan produksi mineral PNT 7. Mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor ESDM
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 44
8. Mewujudkan subsidi energi yang lebih tepat sasaran 9. Meningkatkan investasi sektor ESDM
10. Mewujudkan manajemen dan SDM yang professional 11. Meningkatkan kapasitas iptek
12. Meningkatkan kualitas infromasi dan pelayanan bidang geologi
Kondisi Bidang Energi Sumber Daya Mineral di Kabupaten Sleman
Dengan adanya UU Republik Indonesia No 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah maka kewenangan bidang ESDM di kabupaten Sleman telah menjadi
berkurang dan hanya mengurusi pemantauan air tanah, pemantauan penambangan MBLB dan pembangunan intalasi listrik untuk warga miskin. Hal ini
diperkuat dengan surat edaran mentri dalam negeri bahwasanya per 1 Oktober 2016 Dinas SDAEM menyerahkan P3D Personil, prasarana, pendanaan dan
dokumen ke Dinas PUP dan ESDM provinsi DIY. Persepsi masyarakat bahwa dengan adanya penyerahan P3D ke provinsi maka kegiatan penambangan dan
pengambilan air tanah yang tidak berizin kurang tertangani secara terpadu disebabkan kekurangan personil dan luas cakupan yang luas sehingga dampak
dimasyarakat akan kerusakan lingkungan akan semakin besar dan luas. Dengan demikian perlu adanya tindak lanjut dari UU No 23 tahun 2014 berupa peraturan
pemerintah maupun peraturan daerah yang mengatur kewenangan bidang ESDM di Kabupaten. Dimungkinkan rencana program pengentasan kemiskinan dari
sektor Listrik rumah tangga akan terbengkalai dengan ditariknya kewenangan dari Kabupaten ke Provinsi, sehingga target tahun 2019 Kabupaten Sleman dapat
teraliri listrik rasio elektrifikasi 100 akan semakin mundur, dan akan membuat dampak keresahan di masyarakat.
Pencapaian Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral Kabupaten Sleman pada
Energi Terbarukan tahun 2015 sebanyak 410 unit yang terdiri dari dengan jumlah
PLTMH sebanyak 4 unit, jumlah PLTS sebanyak 185 unit dan jumlah Biogas sebanyak 219 unit. Adanya perbedaan indikator dengan Dinas PUP dan ESDM
karena Dinas SDAEM mendasarkan pada jumlah unit yang terbangun, sedangkan Dinas PUP dan ESDM mendasarkan pada kapasitas pembangkitan yang besaran
satuannya adalah Setara Barel Minyak SBM. Pada Kementrian ESDM mendasarkan pada unit yang terbangun dengan unit yang
dibangun lebih integrated menyatu sehingga outputnya berskala besar, sehingga ada perbedaan perincian indikator.
Dengan adanya UU No 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah dimana kewenangan energy ada dipusat provinsi, sedangkan problem energi tidak bisa
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 45
dijangkau oleh pusat maupun provinsi sehingga diharapkan perlu adanya revisi UU No 23 Tahun 2014, untuk mengembalikan otonomi pengelolaan energi di tingkat
daerah. Bila dibandingkan dari indikator kinerja pada jumlah energi alternatif yang
terbangun kurang terjalin keselarasan dengan sasaran renstra Dinas PUP dan ESDM dan renstra Kementrian ESDM dalam hal indikator parameter dalam
penyediaan energy baru terbarukan.
Persentase Rumah yang teraliri listrik pada capaian renstra Dinas SDAEM
mencapai 99,46. Rasio elektrifikasi di Kabupaten Sleman sudah diatas Rasio Elektrifikasi tingkat nasional sebesar 75, sehingga Pemerintah Kabupaten
Sleman dibantu dengan Pemprov dan PLN DIY akan meningkatkan Rasio Elektrifikasi secara bertingkat mulai tahun 2015.
Bila dibandingkan dengan sasaran pada Renstra Dinas PUP dan ESDM sebesar 78,60 dan pada Kementrian ESDM sebesar 87, sudah melampaui target yang
ditetapkan oleh Pemprov dan Kementrian ESDM, dikarenakan selama ini adanya kerjasama yang baik dengan pemerintah provinsi, PLN dan kementrian ESDM
dalam pengelolaan sumberdaya listrik dan kondisi jalanprasarana transportasi yang mendukung sehingga pembuatan jaringan listrik dapat lancar.
Pada Penambangan rakyat yang sesuai kaidah teknis sebesar 10 pada
renstra Dinas SDAEM, bila dibandingkan dengan Renstra Dinas PUP dan ESDM sebesar 11 belum melampaui target dikarenakan masih rendahnya kesadaran
penambang yang mematuhi aspek peraturan dan teknis dan kesadaran hukum dari penambang dan masyarakat belum terbina dengan baik. Bila dibandingkan
dengan renstra Kementrian ESDM kurang terjalin keselarasan pada indikator parameter, dikarenakan pada Kementrian ESDM ada perbedaan perhitungan
pengukuran indikator. Luas lahan rusak akibat penambangan di Kabupaten Sleman sampai dengan akhir tahun 2015 seluas 147,1 Ha, dikarenakan kegiatan
pengambilan material khususnya menggunakan alat berat banyak yang berhenti, sehingga tidak menambah lahan rusak akibat penambangan, sedangkan di
beberapa tempat sudah ada reklamasi dan penataan lahan, yang berdampak lahan bekas penambangan menjadi produktif.
Pada indikator persentase usaha penambangan yang sudah memiliki izin dan direkomendasikan, bila dibandingkan dengan renstra Dinas PUP dan ESDM
Provinsi DIY dan Kementrian ESDM tidak terjadi keselarasan dengan tidak dimasukkannya indikator kinerja tersebut.
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 46
Namun secara garis besar indikator kinerja yang digunakan dalam penetapan sasaran kurang selaras keserasian dikarenakan adanya perbedaan dalam hal
perincian parameter penetapan target indikator. Tabel 2.8
Komparasi Capaian Sasaran Renstra Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral terhadap Sasaran Renstra Dinas DPUP ESDM Provinsi DIY dan Renstra Kementrian
PU dan Kementrian ESDM
No Indikator Kinerja
Dinas SDAEM Capaian
Sasaran Renstra
Dinas SDAEM
Sasaran pada Renstra
Dinas PUP ESDM
Provinsi Sasaran pada Renstra
Kementrian ESDM
1 Jumlah unit energy
alternatif yang
terbangun 410 unit
Pencapaian penyediaan
energi baru
terbarukan sebesar
117.950 SBM Setara Barel
Minyak Terwujudnya pembangunan
pembangkit listrik dari EBT : Pembangunan Pembangkit Listrik
Dari EBT unit ‐‐‐‐‐ QUICKWINS
Baseline Unit sebanyak 87 unit ‐ RAPBNP 2015 Unit sebanyak 74
unit Pembangunan
PLTMH Unit
sebanyak 1 unit Pembangunan
PLT ‐BayuAngin
Unit sebanyak 1 unit 2
Persentase rumah
yang teraliri listrik 99,46
Pencapaian rasio
elektrifikasi sebesar
78,60 Meningkatnya pemanfaatan energi
listrik yang andal, aman, dan ramah lingkungan :
Rasio Elektrifikasi sebesar 87 Rasio
Desa Berlistrik
sebesar 98 3
Penambangan rakyat yang sesuai
kaidah teknis 10
Pencapaian Kinerja
Pengelolaan Usaha
Pertambangan sebesar 11
Meningkatkan penerimaan negara, investasi, produksi mineral dan
batubara, pemanfaatan mineral dan batubara di dalam negeri,
pemberdayaan kapasitas nasional, jumlah lahan yang direklamasi, serta
menurunkan kecelakaan tambang secara nasional :
Kegiatan Pertambangan Mineral dan Batubara
yang Melaksanakan
Kegiatan Pertambangan
Sesuai Kaidah
Kegiatan Pertambangan
yang baik: -Luas
reklamasi lahan
bekas tambang Ha sebesar 6.600 Ha
‐Tingkat kekerapan kecelakaan pada perusahaan
pertambangan Frekuensi sebesar 0,50
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 47
No Indikator Kinerja
Dinas SDAEM Capaian
Sasaran Renstra
Dinas SDAEM
Sasaran pada Renstra
Dinas PUP ESDM
Provinsi Sasaran pada Renstra
Kementrian ESDM
4 Persentase
usaha penambangan yang
sudah memiliki izin dan
direkomendasikan 70
- -
Tantangan bagi Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral pada bidang Energi dan Sumber Daya Mineral adalah Usaha pertambangan harus dlaksanakan
dengan teknik pertambangan yang benar dan berwawasan lingkungan sehingga kerusakan lahan dan pencemaran lingkungan akibat kegiatan pertambangan
tanpa izin PETI yang tersebar di KabupatenKota dapat dikurangi; dan Budaya hemat energy di masyarakat masih sulit diterapkan dan masih banyaknya potensi
energi baru terbarukan yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Peluang bagi Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral pada bidang Energi
dan Sumber Daya Mineral adalah kebutuhan bahan tambang yang terus meningkat dikarenakan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya
perekonomian masyarakat dan pembangunan pengembangan energi alternatif yang makin meningkat.
c. Analisis Renstra Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan merumuskan tujuan
pembangunan Tahun 2015-2019, yaitu memastikan kondisi lingkungan berada pada toleransi yang dibutuhkan untuk kehidupan manusia dan sumberdaya
berada rentang populasi yang aman, serta secara paralel meningkatkan kemampuan
sumberdaya alam
untuk memberikan
sumbangan bagi
perekonomian nasional. Sasaran strategis pembangunan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun
2015-2019 adalah : 1 Menjaga kualitas lingkungan hidup untuk meningkatkan daya dukung lingkungan, ketahanan air dan kesehatan masyarakat, dengan
indikator kinerja Indeks Kualitas Lingkungan Hidup berada pada kisaran 66,5- 68,6, angka pada tahun 2014 sebesar 63,42. Anasir utama pembangun dari
besarnya indeks ini yang akan ditangani, yaitu air, udara dan tutupan hutan; 2 Memanfaatkan potensi Sumberdaya hutan dan lingkungan hutan secara lestari
untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang berkeadailan, dengan indikator kinerja peningkatan kontribusi SDH dan LH terhadap devisa dan
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 48
PNBP. Komponen pengungkit yang akan ditangani yaitu produksi hasil hutan, baik kayu maupun non kayu termasuk tumbuhan dan satwa liar dan eksport;
dan, 3 Melestarikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta keberadaan SDA sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan, dengan indikator kinerja derajat keberfungsian ekosistem meningkat setiap tahun. Kinerja ini merupakan agregasi berbagai
penanda penurunan jumlah hotpsot kebakaran hutan dan lahan, peningkatan populasi spesies terancam punah, peningkatan kawasan ekosistem esensial
yang dikelola oleh para pihak, penurunan konsumsi bahan perisak ozon, dan lain- lain.
Strategi yang dilakukan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang berkaitan dengan kebijakan mengendalikan pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup adalah a. Memperluas kriteria program Adipura yang komprehensif mata air, udara,
lahan, sampah, kelembagaan, dan kapasitas SDM b. Memperluas cakupan program Proper yang mengarah pada industri yang lebih
ramah lingkungan; c. Mengembangkan dan mengimplementasikan skema insentif dan disinsentif
untuk pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan; dan d. Menyusun Inpres dan Road Map pencegahan dan pemulihan pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup.
Kondisi Sumber Daya Alam dan Lingkungan di Kabupaten Sleman
Permasalahan pada bidang sumber daya alam dan lingkungan adalah meningkatnya tingkat degradasi lingkungan. Hal ini terkait dengan pola
kehidupan masyarakat yang kurang arif dalam mengelola kawasan konservasi, sehingga menyebabkan pencemaran air dan tanah pada daerah hulu. Akibat
meningkatnya degradasi lingkungan ini, maka kuantitas resapan limpasan air permukaan menjadi berkurang dan kandungan air tanahnya menurun, sehingga
daya tampung sungai yang mengalir ke hilir menjadi berkurang, sebaliknya disaat musim penghujan dikarenakan daya resap berkurang maka air langsung masuk
ke sungai sehingga menyebabkan terjadi daya rusak sungai. Untuk capaian sasaran renstra Dinas SDAEM pada persentase jumlah
pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup yang ditindaklanjuti sebesar 36,2 yang dilimpahkan
beberapa lokasi kegiatan pada Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman dalam mendukung Penilaian Kota
Sehat Adipura.
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 49
Pencapaian persentase jumlah pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup yang ditindaklanjuti pada
renstra Dinas SDAEM memberi kontribusi yang kecil dalam mendukung indicator, dikarenakan yang banyak berperan penting adalah BLH Kabupaten
Sleman, di Dinas SDAEM terdapat kegiatan Penilaian Kota Sehat Adipura dengan kegiatan membersihkan sungai dan saluran terbuka pada beberapa
lokasi seperti sungai Boyong, sungai Denggung, sungai Bedog sesuai tupoksi dari Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral.
Bila dilihat dari indikator kinerja yang digunakan, kurang adanya keserasian antara renstra Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral, renstra BLH Provinsi
DIY dan Renstra Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam hal perincian penetapan target indikator. Pada indikator pengukuran di Kementrian
tidak melakukan kegiatan yang bersentuhan dengan masyarakat langsung dikarenakan dengan adanya otonomi daerah yang mempunyai kewenangan
terhadap wilayah adalah Kabupaten dan Provinsi, sehingga ada perbedaan parameter dalam pengukuran target indikator kinerja.
Tabel 2.9 Komparasi Capaian Sasaran Renstra Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral
terhadap Sasaran Renstra BLH Provinsi DIY dan Renstra Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
No Indikator Kinerja
Dinas SDAEM Capaian
Sasaran Renstra
Dinas SDAEM
Sasaran pada Renstra
BLH Provinsi Sasaran pada Renstra
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
1 Persentase jumlah
pengaduan masyarakat akibat
adanya
dugaan pencemaran dan
atau perusakan
lingkungan hidup yang
ditindaklanjuti 36,2
Meningkatnya pembinaan
bagi usahakegiatan
yang potensial
menimbulkan pencemaran
dan kerusakan lingkungan,
Sumber pencemar
lingkungan yang
dibina sebanyak 380
unit usaha Meningkatnya kualitas air : indeks
kualitas Air minimal 55
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 50
Tantangan bagi Dinas Sumber Daya Air Energi dan Mineral pada Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan adalah masyarakat masih kurang sadar
akan memelihara lingkungan hidup sehingg perlu dilaksanakan sosialisasi tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup dan penaatan Hukum Lingkungan
Hidup di Kabupaten Sleman masih belum berjalan dengan baik dan adanya pembangunan di Kabupaten Sleman yang terus-menerus tanpa memperdulikan
lingkungan hidup. Peluang bagi Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral adalah adanya
dukungan program, kegiatan dan anggaran dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman menjadi salah satu peluang
untuk meningkatkan pengendalian pencemaran lingkungan dan pembangunan infrastruktur yang lebih baik.
2.4.2 Analisis Rencana Tata Ruang Wilayah
Dokumen RTRW ini merupakan salah satu dokumen perencanaan yang menjadi acuan untuk menyusun rencana strategis renstra Dinas Sumber Daya Air,
Energi dan Mineral Kabupaten Sleman karena pelaksanaan program dan kegiatan Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral Kabupaten Sleman sangat
terkait erat dengan rencana struktur ruang dan pola ruang yang telah ditetapkan dalam dokumen tersebut agar dikemudian hari tidak terjadi penyimpangan
penggunaan ruang wilyah di Kabupaten Sleman. Selain itu telaahan terhadap rencana tata ruang wilayah Kabupaten Sleman, dimaksudkan untuk
mengidentifikasi mengenai indikasi program pemanfaatan ruang serta pengaruh rencana struktur ruang dan pola ruang terhadap kebutuhan pelayanan Dinas
Sumber Daya Air, Energi dan Mineral Kabupaten Sleman. Perwujudan Sistem jaringan sumber daya air meliputi pengelolaan air permukaan
pada sungai,
pengembangan, pengelolaan
dan konservasi
sungai, pengembangan, pengelolaan dan konservasi mata air, pengembangan,
pengelolaan dan konservasi embung, penyediaan dan pengolahan air baku, pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi dan pengembangan dan
pengelolaan pengendali banjir. Sebagai kawasan hulu, pengelolaan sumber daya air di Kabupaten Sleman perlu
memperhatikan kualitas dan kuantitas air yang akan mengalir ke wilayah hilir. Kelestarian sumber daya air di wilayah hulu akan sangat memberi manfaat pada
pemenuhan kebutuhan akan sumber daya air di wilayah hilir.
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 51
Tabel 2.10 Hasil Telaahan Struktur Ruang Wilayah terkait Tugas dan Fungsi
Dinas PUP – ESDM Provinsi DIY
No Rencana
Struktur Ruang Struktur
Ruang Saat ini
Indikasi Program Pemanfaatan
Ruang pada Periode
Perencanaan Berkenaan
Pengaruh Rencana
Struktur Ruang terhadap
Kebutuhan Pelayanan
Dinas SDAEM Arahan Lokasi
Pengembangan Pelayanan OPD
1 2
3 4
5 6
1 Rencana
pengembangan prasarana
sumber daya air
Masih terjadinya alih
fungsi lahan pertanian ke
non pertanian yang tidak
berizin Program
Pengembangan dan Pengelolaan
Jaringan Irigasi, Rawa, dan
Jaringan Pengairan
Lainnya. Adanya
pemukiman baru di
Kabupaten Sleman
Adanya pemeliharan dan
peningkatan jaringan irigasi
di Kabupaten Sleman
Menurunnya kualitas dan
kuantitas sumber daya
air Program
Pengembangan dan Pengelolaan
Jaringan Irigasi, Rawa, dan
Jaringan Pengairan
Lainnya. Banyak saluran
irigasi yang berfungsi
ganda sekaligus
sebagai saluran
drainase Menyesuaikan
dimensi saluran yang ada untuk
fungsi ganda yaitu drainase
dan irigasi pada Kec. Depok,
Mlati, Gamping
Masih banyak embung yang
hanya dimanfaatkan
untuk irigasi dan perikanan
dan belum dimanfaatkan
sebagai sarana air
bersih Program
Pengembangan Pengelolaan dan
Konservasi Sungai, Danau
dan Sumber Daya Air Lainnya
Adanya kualitas air
yang belum memenuhi
standar untuk air bersih
Perlu adanya bangunan IPAL
Instalasi Pembuangan Air
Limbah di Lokasi Sekitar
embung
Sumber mata air
kebanyakan masih
dikuasasi oleh penduduk
sekitar Program
Penyediaan dan Pengelolaan Air
Baku Adanya
pemanfaatan sumber air
yang tidak dapat
dimanfaatkan secara optimal
karena adanya pemanfaatan
secara sektoral Adanya
sosialiasasi bahwa air
dikuasai oleh negara untuk
kemakmuran bersama dan
bukan untuk sektoral di lokasi
sekitar sumber air
2 Rencana
Pengembangan Jaringan Energi
Masih banyaknya
keluarga rentan miskin
Program Pembinaan,
Pengawasan dan
Adanya jaringan
interkoneksi jawa bali 500
Arahan untuk
memnuhi kebutuhan listrik
bagi industri dan
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 52
No Rencana
Struktur Ruang Struktur
Ruang Saat ini
Indikasi Program Pemanfaatan
Ruang pada Periode
Perencanaan Berkenaan
Pengaruh Rencana
Struktur Ruang terhadap
Kebutuhan Pelayanan
Dinas SDAEM Arahan Lokasi
Pengembangan Pelayanan OPD
dan rentan miskin yang
belum mempunyai
KWH tersendiri
Pengembangan Ketenagalistrikan
KV serta jaringan 150
KV dari gardu induk Pedan
Klaten ke Garduk Induk
Kentungan masyarakat
khususnya di
Kabupaten Sleman dengan
menitik beratkan pada
pertumbuhan bisnis
dan ekonomi makro
dikabupaten Sleman
khususnya pembangunan
pusat bisnis di Depok, ngaglik
dan
ngemplak serta
mendukung Rasio
elektrifikasi pada
daerah kantong
kemiskinan di
daerah Prambanan dan
Sayegan.
Masih rendahnya
pemanfaatan potensi
limbah domestik
Rumah tangga
maupun sumber daya
energi lokal air,
biomassa, kayu, ternak
Program Pembinaan,
Pengembangan dan
Pemanfaatan Energi Baru
Terbarukan Sudah adanya
kerjasama antara
pemerintah kabupaten
sleman dengan pemerintah
swedia dalam pengelolaan
limbah pasar buah gamping,
tersedianya sumber daya
manusia lembaga
pendidikan dan lembaga
swadaya masyarakat
yang konsen pada
Pada daerah yang
mempunyai potensi dan
inisiatif masyarakat
untuk pemanfaatan
keberlanjutan dari program
pemanfaatan energy
terbarukan, dengan contoh
koperasi gemah ripah sebagai
pengelola pasar buah gamping,
kelompok masyarakat di
dusun jetak II
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 53
No Rencana
Struktur Ruang Struktur
Ruang Saat ini
Indikasi Program Pemanfaatan
Ruang pada Periode
Perencanaan Berkenaan
Pengaruh Rencana
Struktur Ruang terhadap
Kebutuhan Pelayanan
Dinas SDAEM Arahan Lokasi
Pengembangan Pelayanan OPD
pengelolaan energi baru
terbarukan yang
bersumber pada energy
lokal antara lain limbah ternak,
air, dan industri lokal
sidokarto godean dengan
mengelola biogas IPAL
instalasi pengolahan air
limbah untuk memanaskan air
mandi
Masih rendahnya
kesadaran warga
penggunaan listrik yang
baik di Instasi pemerintah
maupun swasta; belum
jalannya program
konservasi energy pada
instansi pemerintah
maupun swasta; belum
adanya budaya hemat
energy, air dan listrik
Pembinaan dan Pengawasan
pelaksanaan konservasi
Energi Sudah
tersedianya auditor yang
tersertifikasi oleh
kementrian ESDM ; telah
adanya diklat konservasi
untuk karyawan ESDM; adanya
tim gugus penghematan
air, listrik dan bbm
Melaksanakan audit energy
untuk industri, rumah sakit,
kantor pemerintah,
lembaga pendidikan
secara bertahap;
dilaksanakannya sosialisasi akan
program penghematan
air, listrik dan bbm pada
instasi pemerintah dan
masyarakat dan kelompok usaha
dengan lokasi tersebar di
kabupaten sleman
3 Kawasan
Peruntukan Pertambangan
Masih terjadinya
penambangan yang tidak
berizin pada daerah
konservasi air tanah
Pembinaan dan Pengembangan
dan Pengawasan
usaha pertambangan
Adanya regulasi
mengenai zona daerah
penambangan; adanya
kerjasama dengan instansi
terkait dengan kegiatan
normalisasi sungai yang
berhulu di Adanya zonasi
penambangan sesuai dengan
RT RW yang telah disahkan
oleh pemerintah Daerah dan
Pemerintah Provinsi
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 54
No Rencana
Struktur Ruang Struktur
Ruang Saat ini
Indikasi Program Pemanfaatan
Ruang pada Periode
Perencanaan Berkenaan
Pengaruh Rencana
Struktur Ruang terhadap
Kebutuhan Pelayanan
Dinas SDAEM Arahan Lokasi
Pengembangan Pelayanan OPD
merapi Balai besar wilayah
sungai serayu opak sehingga
kewenangan di dalam
pengelolaan penambangan
material MBLB di sungai harus
mendapat rekomendasi
dari BBWS; adanya
pembuatan jalan tambang
untuk mengantisipasi
kerusakan lingkungan
akibat transportasi
angkutan tambang;
Pemasangan papan larangan
penambangan pada lokasi
yang tidak diperkenankan
untuk di lakukan
penambangan terutama pada
insfrastruktur publik maupun
bangunan pengaman
sungai.
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 55
Tabel 2.11 Hasil Telaahan Struktur Ruang Wilayah pada Kabupaten Sleman
No Rencana
Struktur Ruang
Struktur Ruang Saat ini
Indikasi Program Pemanfaatan
Ruang pada Periode
Perencanaan Berkenaan
Pengaruh Rencana
Struktur Ruang terhadap
Kebutuhan Pelayanan Dinas
SDAEM Arahan Lokasi
Pengembangan Pelayanan OPD
1 2
3 4
5 6
1 Sistem
Jaringan Energi
Masih banyaknya
keluarga rentan miskin
dan rentan miskin yang
belum mempunyai
KWH tersendiri
Peningkatan dan atau
pemeliharaan jaringan tenaga
listrik Adanya jaringan
interkoneksi jawa bali 500 KV serta
jaringan 150 KV dari gardu induk
Pedan Klaten ke Garduk Induk
Kentungan Arahan untuk
memnuhi kebutuhan listrik
bagi industri dan masyarakat
khususnya di Kabupaten
Sleman dengan menitik beratkan
pada pertumbuhan
bisnis dan ekonomi makro
dikabupaten Sleman
khususnya pembangunan
pusat bisnis di Depok, ngaglik
dan ngemplak serta mendukung
Rasio elektrifikasi pada daerah
kantong kemiskinan di
daerah Prambanan dan
Sayegan.
Pengembangan Energi Alternatif
Masih adanya daerah yang
belum mempunyai
jaringan tegangan
rendah PLN a PLTS
Adanya kebutuhan energi
listrik non PLN karena belum
mempunyai jaringan listrik pln
Pembangunan PLTS pada
daerah yang tidak terjangkau
jaringan listrik PLN seperti di
Kec. Prambanan, Kec. Moyudan,
Kec. Tempel
Masih banyaknya
potensi sumber Mikro
hidro yang b PLTMH
adanya potensi sumber daya
mikro hidro yang termanfaatkan
untuk Pengembangan
Energi Mikro hidro pada daerah
sepanjang saluran irigasi
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 56
No Rencana
Struktur Ruang
Struktur Ruang Saat ini
Indikasi Program Pemanfaatan
Ruang pada Periode
Perencanaan Berkenaan
Pengaruh Rencana
Struktur Ruang terhadap
Kebutuhan Pelayanan Dinas
SDAEM Arahan Lokasi
Pengembangan Pelayanan OPD
belum termanfaatkan
mendukung kegiatan di
masyarakat vanderwijk,
selokan mataram dan pada jaringan
bak pelepas tekan pada PDAM
Sleman
Masih belum optimalnya
pemanfaatan Biomassa di
masyarakat c Biomassa
Adanya teknologi pengembangan
bio massa untuk mendukung
energy bagi rumah tangga
atau industri Pengembangan
tungku hemat energy yang telah
dikembangkan yayasan Dian
Desa dengan sumber dari
limbah pertanian biomassa dalam
bentuk tungku tungku yang
mudah dan murah, dengan
lokasi di daerah pedesaan seperti
Kec Sayegan, Minggir, Godean,
Tempel, Pakem,Ngemplak.
2 Sistem
Jaringan Sumber Daya
Air Wilayah
Sungai
Masih adanya pelanggaran
RTRW RDTR di Kabupaten
Sleman a Pengelolaan
Wilayah Banyaknya alih
fungsi saluran irigasi menjadi
drainase Menjaga fungsi
saluran irigasi pada daerah
wilayah kabupaten
Sleman yang berpotensi
adanya pelanggaran
seperti Depok, Ngaglik, Mlati,
Gamping, Godean.
Masih terjadi pelanggaran
sempadan sungai
b Pengembangan Pengelolaan
dan konservasi Sungai
Terjadi pembangunan
yang mendesak badan sungai
Menginventarisasi pelanggaran
sempadan di sungai wilayah
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 57
No Rencana
Struktur Ruang
Struktur Ruang Saat ini
Indikasi Program Pemanfaatan
Ruang pada Periode
Perencanaan Berkenaan
Pengaruh Rencana
Struktur Ruang terhadap
Kebutuhan Pelayanan Dinas
SDAEM Arahan Lokasi
Pengembangan Pelayanan OPD
dan atau bantaran sungai
kabupaten Sleman seperti
Sungai Bedog, Kuning, Tepus.
Sumber air baku
Sumber mata air
kebanyakan masih
dikuasasi oleh penduduk
sekitar a Penyediaan dan
Pengolahan Air Baku
Adanya pemanfaatan
sumber air yang tidak dapat
dimanfaatkan secara optimal
karena adanya pemanfaatan
secara sektoral Adanya
sosialiasasi bahwa air
dikuasai oleh negara untuk
kemakmuran bersama dan
bukan untuk sektoral di lokasi
sekitar sumber air
Masih banyak mata air yang
belum terkelola
dengan baik dan sebagian
lokasi mata air pada tanah
milik penduduk b Pengembangan,
Pengelolaan dan Konservasi
mata air Masih banyak
nya kebutuhan air yang belum
tercukupi baik irigasi maupun
air bersih Adanya
penurapan mata air pada lokasi
sumber air di Wilayah
Kabupaten Sleman;
Pembebasan tanah milik
penduduk sehingga
pemerintah kabupaten
Sleman dapat mengelola mata
air di lokasi mata air wilayah
kabupaten sleman
Masih banyak bendung yang
mempunyai endapan
sehingga tidak berfungsi
dengan sempurna
optimal c Pengembangan,
Pengelolaan dan konservasi
masih adanya bendung yang
daya tampungnya
berkurang Pengangkatan
sedimen bendung dibeberapa lokasi
Wilayah Kabupaten
Sleman
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 58
No Rencana
Struktur Ruang
Struktur Ruang Saat ini
Indikasi Program Pemanfaatan
Ruang pada Periode
Perencanaan Berkenaan
Pengaruh Rencana
Struktur Ruang terhadap
Kebutuhan Pelayanan Dinas
SDAEM Arahan Lokasi
Pengembangan Pelayanan OPD
Jaringan Irigasi
Banyaknya alih fungsi
saluran irigasi sebagai
drainase saluran hujan
dan pelanggaran
sempadan saluran irigasi
a Pengembangan dan
Pengelolaan jaringan irigasi
Masih kurang pedulinya akan
fungsi saluran irigasi pada
masyarakat Optimalisasi
pemeliharaan dan pengelolaan
perizinan irigasi di seluruh wilayah
Kabupaten Sleman
Masih terjadinya
genangan air pada lahan
pertanian Pengendali
Banjir Masih kurang
kepedulian masyarakat akan
menjaga saluran irigasi yang baik
Menjaga fungsi DI yang mejadi
kewenangan Kabupaten
Sleman sebanyak 853 DI.
Masih banyak DI yang belum
mempunyai pintu pengatur
air a Pengembangan
dan pengelolaan
pengendali banjir
Keterbatasan dana anggaran
untuk pembuatan pintu air
Memasang pintu air pada DI yang
belum mempunyai pintu air
3 Kawasan
Peruntukkan Pertambangan
Masih terjadinya
penambangan yang tidak
berizin pada daerah
konservasi air tanah
a Pembinaan dan pengawasan
bidang Pertambangan
Adanya regulasi mengenai zona
daerah penambangan;
Meningkatkan pembinaan dan
pengawasan terhadap
penyelenggaraan pengelolaan dan
pelaksanaan usaha
pertambangan Adanya zonasi
penambangan sesuai dengan RT
RW yang telah disahkan oleh
pemerintah Daerah pada
beberapa wilayah Kabupaten
Sleman
Untuk kegiatan penambangan
adanya pemberhentian
Normalisasi aliran sungai
maka kegiatan pengambilan
material beralih ke
b Pengawasan dan Penertiban
kegiatan penambangan
rakyat yang berpotensi
merusak lingkungan
Adanya kerjasama
dengan instansi terkait dengan
kegiatan normalisasi
sungai yang berhulu di merapi
Balai besar wilayah sungai
Melakukan penertiban
pertambangan tanpa izin PETI
berkoordinasi dengan instansi
terkait dan melakukan
reklamasi terhadap lahan
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 59
No Rencana
Struktur Ruang
Struktur Ruang Saat ini
Indikasi Program Pemanfaatan
Ruang pada Periode
Perencanaan Berkenaan
Pengaruh Rencana
Struktur Ruang terhadap
Kebutuhan Pelayanan Dinas
SDAEM Arahan Lokasi
Pengembangan Pelayanan OPD
lahan perkebunan
perkarangan dan dengan
adanya penertiban
penambangan untuk
penggunaan alat berat
dihentikan, sehingga para
penambang beralih ke
penambangan secara manual
sehingga lebih sulit
dikendalikan. serayu opak
sehingga kewenangan di
dalam pengelolaan
penambangan material MBLB di
sungai harus mendapat
rekomendasi dari BBWS; Adanya
Pemasangan papan larangan
penambangan pada lokasi yang
tidak diperkenankan
untuk di lakukan penambangan
terutama pada insfrastruktur
publik maupun bangunan
pengaman sungai; adanya
pembuatan jalan tambang untuk
mengantisipasi kerusakan
lingkungan akibat
transportasi angkutan
tambang yang terganggu
seperti pada wilayah Kec.
Minggir, Kec. Pakem, Kec.
Moyudan. Kec. Turi, Kec. Tempel,
Kec. Cangkringan,
Kec. Prambanan.
Pada kawasan budidaya perlu ditekankan pentingnya perwujudan kawasan peruntukan pertambangan merupakan kegiatan yang diperbolehkan dengan
pengendalian yang lebih ketat dalam pemanfaatannya supaya tidak terjadi pemanfaatan ruang yang berpotensi merusak lingkungan.
Adapun mengenai arahan pengembangan kegiatan mengacu pada RTRW Kabupaten Sleman adalah sebagai berikut :
1. Sistem Jaringan Energi : a. Peningkatan dan atau pemeliharaan jaringan tenaga listrik di Kabupaten
Sleman.
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 60
b. Pengembangan Energi alternatif di Kabupaten Sleman yang terdiri : - PLTS di Kec. Gamping dan Prambanan
- PLTMH di Kec. Minggir, Kec. Mlati, Kec. Tempel, Kec. Turi, Kec. Pakem. - Biomassa di Kabupaten Sleman.
2. Sistem Jaringan Sumber Daya Air ada di Wilayah Kabupaten Sleman. 3. Kawasan Peruntukan Pertambangan ada di 17 Kecamatan.
2.4.3 Analisis Dokumen Hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis KLHS
Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah danatau kebijakan, rencana,
danatau program. KLHS memuat kajian antara lain ;
1. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan;
2. Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup; 3. Kinerja layananjasa ekosistem;
4. Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam; 5. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim; dan
6. Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.
Hasil KLHS menjadi dasar bagi kebijakan, rencana, danatau program pembangunan dalam suatu wilayah. Apabila hasil KLHS menyatakan bahwa
daya dukung dan daya tampung sudah terlampaui, maka: 1. Kebijakan, rencana, danatau program pembangunan tersebut wajib diperbaiki
sesuai dengan rekomendasi KLHS; dan 2. Segala usaha danatau kegiatan yang telah melampaui daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup tidak diperbolehkan lagi. Dengan mempertimbangkan fungsi KLHS tersebut maka analisis terhadap
dokumen hasil KLHS ditujukan untuk mengidentifikasi apakah ada program dan kegiatan pelayanan Dinas SDAEM yang berimplikasi negatif terhadap
lingkungan hidup. Jika ada, maka program dan kegiatan tersebut perlu direvisi agar sesuai dengan rekomendasi KLHS.
Berdasarkan hasil analisis Kajian Lingkungan Hidup Strategis KLHS terhadap pelayanan Dinas SDAEM Kabupaten Sleman diperoleh hasil seperti berikut :
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 61
Tabel 2.12 Hasil Analisis terhadap Dokumen KLHS
Dinas SDAEM Kabupaten Sleman
No Aspek Kajian Isu
isu berkelanjutan yang berkaitan
dengan lingkungan
Ringkasan KLHS Implikasi
Terhadap Pelayanan OPD
Catatan bagi perumusan
Program dan Kegiatan OPD
1. Alih Fungsi Lahan
beririgasi teknis - Berkurangnya
resapan air Diperlukan RDTR
yang mengatur tata ruang wilayah
Konsentrasi program dan
kegiatan disesuaikan tata
ruang wilayah daerah
2. Pelanggaran
Sempadan Sungai dan saluran Irigasi
- Meningkatkan daya rusak air
- Merusak ekosistem
sungai - Pencemaran
sungai Diperlukan
penegakan aturan batas garis
sempadan sungai dan saluran irigasi
Dalam melaksanakan
kegiatan memperhatikan
fungsi dan keberadaan
sempadan sungai
3. Penyelamatan air
tanah dengan kesadaran
pengaturan pengambilan
kedalaman air tanah
- Penurunan muka air tanah
kelangkaan air tanah
Diperlukan pengatur
perizinan pemanfaatan air
tanah - Pengetatan
perizinan pemanfaataan
air tanah
- Monitoring dan pengawasan
pengambilan air tanah
4. Kerusakan lahan
akibat kegiatan pertambangan
tanpa ijin - terjadi
disfungsi lahan bekas
penambangan seperti :
dapat menurunkan
cadangan air tanah; dapat
menurunkan permukaan air
tanah; munculnya
konflik sosial; munculnya
- Diperlukan ijin usaha
pertambangan - Penegakan
peraturan dan pengawasan
dari kegiatan pertambangan
- Pengelolaan lahan pasca
penambangan Reklamasi
lahan bekas tambang
- Dalam kegiatan perlu
memperhatikan reklamasi lahan
bekas penambangan
untuk mengembalikan
kondisi lahan
- Perlu program konservasi
untuk alih fungsi lahan
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 62
konflik antar sektor;
mengubah rona dan
bentang alam
5. Masyarakat yang
kurang arif dalam pengelolaan
lingkungan hidup - Pencemaran
lingkungan - Penyusunan
regulasi terkait pengelola
lingkungan
- Sosialisasi mengenai
pengelolaan lingkungan
- Penegakan peraturan
Dalam melaksanakan
kegiatan memperhatikan
aspek lingkungan
6.. Optimalisasi
pemanfaaatan energi terbarukan
- Adanya penurunan
emisi gas buang - Pengurangan
efek rumah kaca
- Semakin banyak nya
polusi yang diakibatkan
pembakaran bahan bakar
yang tidak ramah
lingkungan - Adanya
sosialisasi terhadap
masyarakat dan industri tentang
penggunaan energi
terbarukan
- Menggali potensi energi
baru terbaharukan
yang dapat dikembangkan
dengan kearifan lokal
- Perlu adanya pendanaan bagi
pengembangan energi
terbarukan
- Perlunya kerjasama
dengan pihak terkait dalam
pemanfaatan energi
terbarukan
Berdasarkan analisa indikator kinerja pelayanan Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral Kabupaten Sleman, analisa Renstra Kementrian Republik Indonesia, analisa
Renstra Dinas Provinsi DIY dan analisa RTRW Kabupaten Sleman, maka tantangan pelayanan yang dihadapi oleh Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral Kabupaten
Sleman dalam rangka peningkatan pelayanan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya adalah :
a. Kondisi Jaringan irigasi yang ada masih banyak yang belum memadai, masih banyak irigasi non teknis dan semi teknis yang belum ditingkatkan menjadi irigasi teknis.
Disamping itu kondisi jaringan irigasi teknis yang ada banyak dalam kondisi rusak berat. Bangunan bangunan utama seperti bendung yang ada dibeberapa wilayah
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 63
irigasi terjadi kerusakan sedang hingga berat sehingga menghambat suplay air dari sungai ke jaringan irigasi.
b. Masih banyak potensi-potensi untuk embung baru belum dimanfaatkan. Hal tersebut menjadi pemikiran yang sangat penting untuk ditangani karena embung tersebut
merupakan satu-satunya upaya untuk pemenuhan berbagai kebutuhan air dan juga pengendalian banjir.
c. Pemenuhan kebutuhan air baku untuk keperluan sehari-hari, irigasi dan kebutuhan lainnya yang semakin meningkat, dilain pihak prasarana dan sarana di sektor
pengairan masih belum memadai. d. Peningkatan kapasitas tampung air untuk pemenuhan kebutuhan air yang meningkat.
e. Menurunnya ketersediaan air sebagai dampak dari berkurangnya atau rusaknya daerah tangkapan air.
f. Debit air yang ada di kabupaten Sleman semakin lama semakin menurun sedangkan perkembangan penduduki semakin bertambah maka perlu cadangan air tanah
konservasi sehingga salah satu penambahan embung yang dapat menaikkan air tanah sehingga dapat mengendalikan banjir dan pengembangannya dapat berfungsi
sebagai pariwisata. g. Kurang terpeliharnya saluran irigasi karena terbatasnya SDM Petugas Kebersihan.
h. Tingginya alih fungsi lahan disekitar saluran irigasi sehingga menggangu operasi dan pemeliharaan saluran.
i. Kurang perhatian dan peduli dari masyarakat terhadap fungsi dan keberadaan saluran irigasi.
j. Adanya konflik penggunaan dan pemanfaatan air. k. Pemanfaatan hydro power sebagai green energi.
l. Meningkatnya konflik pemanfaatan air. m. Masih lemahnya daya beli masyarakat terhadap energi.
n. Budaya hemat energi masih sulit diterapkan dan kesadaran hemat air yang belum tertanam di masyarakat.
o. Usaha pertambangan harus dilaksanakan dengan teknik pertambangan yang benar dan berwawasan lingkungan.
p. Meningkatnya tingkat degradasi lingkungan terkait pola kehidupan, masyarakat yang kurang arif dalam mengelola kawasan konservasi, sehingga menyebabkan
pencemaran air dan tanah pada daerah hulu dan hilir yang berakibat berkurangnya kuantitas resapan limpasan air permukaan sehingga menyebabkan daya rusak
sungai dan menurunnya kandungan air tanah serta semakin banyaknya kejadian bencana dan bertambah potensi bencana yang terjadi setiap tahunnya.
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 64
Adapun peluang pelayanan Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral Kabupaten Sleman dalam rangka peningkatan pelayanan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya adalah : a. Sumber daya manusiapersonilpegawai yang ada di lingkungan Dinas SDAEM yang
terdiri dari pejabat struktural dan fungsional dengan latar belakang pendidikan S-1 dan S-2 dibidangnya merupakan salah satu potensi dalam melaksanakan kebijakan
dan program, sekaligus sebagai salah satu faktor yang menentukan dalam meningkatkan kinerja Dinas.
b. Wilayah Kabupaten Sleman mempunyai sungai –sungai utama dan anak–anak sungai
sebagai sumber potensi air permukaan yang cukup besar yang tersebar di berbagai kabupaten, namun pemanfaatannya masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan
potensi yang ada. c. Pada beberapa wilayah Kabupaten Sleman masih tersedia lahan potensial yang
belum dikembangkan menjadi lahan irigasi, kondisi ini merupakan peluang sebagai upaya untuk pemenuhan kebutuhan pangan.
d. Adanya potensi alam untuk membuat tampungan airreservoir. e. Masih banyak masyarakat dan industri masih memerlukan energi listrik.
f. Meningkatnya pengembangan energi alternatif. g. Kebutuhan bahan tambang yang terus meningkat, karena bertambahnya jumlah
penduduk, dan meningkatnya perekonomian masyarakat. h. Banyaknya potensi bahan tambang dan sumber daya manusia sangat besar,
sehingga dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat i. Kebutuhan bahan tambang yang terus meningkat, karena bertambahnya jumlah
penduduk, dan meningkatnya perekonomian masyarakat. j. Pengembangan kemampuan SDM di Bidang Irigasi, Bidang Penyediaan dan
Pembinaan Sumber Daya Air dan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral. k. Dukungan program, kegiatan dan anggaran dari Pemerintah Pusat, Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman menjadi salah satu peluang untuk meningkatkan pengendalian pencemaran lingkungan dan pembangunan
infrastruktur yang lebih baik. l. Masyarakat, dunia usaha, instansi vertical dan instansi lainnya sama-sama menjaga
lingkungan sesuai kewenangannya.
D I N A S S D A E M K A B . S L E M A N 65
RENCANA STRATEGIS RENSTRA DINAS SUMBER DAYA AIR ENERGI DAN MINERAL
KABUPATEN SLEMAN
BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN
FUNGSI SKPD
2016 - 2021