40
sebagaimana beragamnya jenis tanaman di ladang. Untuk menyebut beberapa, katakanlah jenis pekerjaan itu seperti mengutip memanen jeruk, mengangkat itu istilah setempat,
artinya sama dengan memanen kol, panen jagung, kentang dan komoditi lainnya, kadang membersihkan rumput yang tumbuh di sekitar tanaman, menanam benih atau bibit
tanaman, atau bahkan sekedar mengangkat tanahpupuk kandang dari sekitar ladang ke batang jeruk. Ibu Ayu ini mengaku bisa hidup di Tanah Karo dengan bergantung sebagai
‘aron’, dan biarpun dalam kesehariannya mereka harus hidup pas-pasan tapi mereka masih bisa menabung sisa upah setiap harinya sedikit demi sedikit.
Menurut Ibu Ayu, mereka sangat terbantu karena sebagian bahan untuk memasak seperti sayur-sayuran dan juga buah, sering mereka petik dari ladang tempat mereka
bekerja itu. Memang, biasanya di pinggiran ladang ataupun di sela-sela tanaman utama, petani Lau Solu juga bertanam berbagai jenis sayur seperti daun ubi, papaya, jipang, labu,
daun prei dan terong dalam jumlah seadanya. Pemilik ladang tentu saja tidak keberatan sayur-sayuran itu diambil para pekerja asalkan dalam jumlah yang pantas untuk sekedar
dipergunakan, bukan untuk dijual. Maka jangan heran saat melihat para ‘aron’ Ibu Ayu pulang sehabis bekerja di ladang, keranjang mereka telah berisi sayur-sayuran lengkap
dengan buah segar seperti jeruk, pisang, jambu dan ‘terong berastagi’ atau terong belanda.
3.3. Aron Pendatang
Makna aron pada zaman sekarang ini telah berubah, masyarakat perlahan-perlahan meninggalkan kebudayaan gotong royong arron, dikarenakan masyarakat lebih memilih
membayar mengupahi orang yang berkerja diladangnya atau lahannya. Karena pada saat ini aron dikenal dengan orangatau sebuah komunitas yang bekerja di areal pertanian yang
mengharapkan upah atau balas jasa berupa uang dari sipemilik lahan.
Universitas Sumatera Utara
41
Pada dasarnya jika pada suatu kelompok pendatang datang kesuatu daerah dimana daerah tersebut memiliki kelompok mayoritas maka mereka tentu memiliki tujuan dan
motivasi di daerah tersebut. Sama halnya dalam aron pendatang ini, mereka mempunyai tujuan dimana mereka menawarkan tenaga mereka kepada penduduk lokal dengan tujuan
mendapatkan imbalan dari jasa mereka, dimana mereka akan dipanggil sewaktu panen saja, akan tetapi ada sebagian dari mereka yang memutuskan untuk tinggal di Desa Lau Solu
sebagai Aron dimana mereka bekerja tidak hanya sewaktu panen saja akan tetapi juga sebagai sewaktu menanam. Mereka mengambil keputusan untuk menetap dikarenakan
selalu adanya panggilan buat mereka sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
Masyarakat Desa Lau Solu mayoritas memiliki lahan pertanian milik sendiri dan dalam pengelolaan lahan pertanian tersebut. Masyarakat menggunakan alat-alat pertanian
tradisional dan beberapa masyarakat sudah menggunakan alat-alat pertanian modern seperti traktor dan mesin pembabat. Bagi masyarakat yang menggunakan alat pertanian tradisional
memerlukan waktu yang relatif lama sehingga bagi petani yang mengelola lahan pertanian menambah tenaga untuk membantu mengelola pertanian mereka.
Dibandingkan dengan daerah asal mereka pendapatan dari pekerjaan sebagai Aron sangatlah berharga dimana mereka tidak mendapatkannya di daerah asal mereka.
Kedatangan mereka sendiri tidak terlepas dari adanya panggilan-panggilan dari si pemilik lahan itu sendiri sehingga mereka dapat bekerja. Untuk menambah tenaga kerja dalam
mengelola lahan pertanian mereka, masyarakat Desa Lau Solu mencari orang untuk dapat membantu pendatang yang mencari kerja ini mereka menyebutnya dengan aron. Para
pekerja aron merupakan masyarakat yang didatangkan dari luar desa Lau Solu yaitu dari Kab. Aceh Tenggara. Aron yang didatangkan dari daerah lain disediakan tempat tinggalnya
Universitas Sumatera Utara
42
oleh sipemilik lahan ataupun orang yang memakai tenaga mereka. Para pekerja aron tersebut membawa seluruh anggota keluargannya untuk tinggal sementara di Desa Lau
Solu.
3.5. Aron Lokal