Aron Dahulu dan Aron Saat Ini Ngemo Aron Dahulu

70 dari segi waktu dan tenaga sipemilik lahan.

4.2. Aron Dahulu dan Aron Saat Ini Ngemo

a. Aron Dahulu

Dalam mengolah lahan pertanian, baik itu di sawah maupun di ladang warga Lau Solu menggunakan aron, dimana dalam pelaksanaannya dilakukan secara bergiliran, dan mempunyai aturan baik dalam jumlah kelompok aron, jam kerja, pembagian kerja, pembagian gaji, konsumsi, dan syarat-syarat menjadi peserta kelompok aron. Pada dasarnya dibentuknya aron tersebut adalah untuk memudahkan penyelesaian pekerjaan- pekerjaan di sawah maupun di ladang. Pekerjaan yang tadinya begitu berat maka akan terasa lebih ringan. Pada saat bekerja terasa suasana ramai dan gembira sehingga perasaan letih pun berkurang. Dalam pelaksanaan aron terdapat beberapa aturan dan cara-cara serta peranan yang saling berkaitan satu sama lain, yang ditempuh ataupun yang dilaksanakan oleh setiap pesertanya, yakni seseorang yang membutuhkan tenaga tambahan dalam mengisi kekurangan tenaga di lingkungan keluarganya. Setiap peserta wajib mengembalikan jasa gegeh yang pernah diterimanya, dan setiap peserta berhak menerima jasa peserta lain pada waktu kegiatan yang sama. Misalnya hari ini bekerja di sawah si A, maka si B harus wajib datang untuk mengerjakan pekerjaan si A. Sebalikknya, ketika tiba giliran si B maka si A wajib datang mengerjakan sawah si B. Keanggotaan dalam satu kelompok aron berjumlah diantara 6-12 orang aron si sepuluh dua. Setiap anggota mempunyai dan memiliki kesempatan yang sama dalam meyelesaikan pekerjaan masing-masing. Pada umumnya yang menjadi anggota peserta aron adalah orang tua baik itu laki-laki perbapan, dan perempuan pernanden dan ada Universitas Sumatera Utara 71 juga muda-mudi singuda-nguda-anak perana yang sudah mampu untuk bekerja. Hak dan kewajiban dari setiap anggota aron adalah sama yaitu peserta kelompok harus bekerja bersama-sama di lahan baik itu di ladang maupun di sawah setiap anggota kelompok, dan berhak untuk menerima kembali tenaga yang telah diberikan sebelumnya kepada anggota kelompoknya. b . Aron Saat Ini Ngemo Pada saat ini, istilah upah tenaga gegeh hampir tidak pernah lagi di laksanakan di dalam aktivitas aron. Aron yang terlihat pada saat ini banyak berbeda dari bentuk aslinya, baik itu dalam hal jumlah kelompok aron, jam kerja, pembagian kerja, pembagian gaji, konsumsi, dan syarat-syarat menjadi peserta aron. Walaupun namanya masih tetap kelompok aron, tetapi pelaksanaanya sudah berbeda. Dengan demikian aron lebih kepada beberapa orang sedangkan singemo perindividu atau perorangan. Pada saat ini kebanyakan orang mencari pekerjaan ngemo secara sendiri- sendiri dan ada juga membentuk kelompok aron si ngemo sendiri dan lebih cenderung menggunakan jasa aron suku Alas. Namun, cara pembagian gaji diterima secara sendiri- sendiri dan jika salah satu peserta mengundurkan diri dari kelompok tersebut tidak ada yang melarang. Oleh karena itu, dengan sendirinya mereka akan mencari tempat kerja emon di ladang maupun sawah orang lain yang membutuhkan tenaga kerja.

4.2.1. Konsep Si Ngemo Menurut Warga Desa Lau Solu

Hampir setiap orang memiliki konsep tentang ngemo khususnya bagi orang Karo, hal ini tentunya terkait dengan cara pandang seseorang dalam melihat aktivitas ngemo tersebut. Pengkajian konsep ngemo tersebut difokuskan kepada pemberian konsep ngemo Universitas Sumatera Utara 72 menurut masyarakat Desa Lau Solu. Ngemo adalah bekerja di lahan orang baik itu di ladang maupun di sawah dengan tujuan untuk memperoleh uang sesuai dengan jenis pekerjaan lamanya bekerja. Sedangkan singemo adalah orang yang bekerja di ladang orang maupun di sawah orang lain. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan di lapangan memiliki konsep yang cenderung sama dalam mengungkapkan konsep ngemo. Beberapa orang informan memandang ngemo terkait dengan kelompok peserta, pembayaran gaji, hidangan yang disajikan dan peraturan dalam bekerja baik itu jam kerja, jumlah peserta, dan tanggung jawab. Seperti yang dikatakan oleh Nande Jony 36 tahun : “ngemo, kami yang bekerja diladang dan dibayar.” Konsep ngemo yang dapat dilihat dari kutipan tersebut lebih menekankan kepada pemberian gaji oleh sipemilik ladang puna juma. Sama halnya seperti yang dikatakan oleh Ibu Nanda 37 tahun : “Ngemo, orang yang kerja diladang apabila pekerjaannya siap atau tidak siap sore sudah bias pulang dan mendapatkan upah” Konsep ngemo yang dapat dilihat dari kutipan tersebut lebih menekankan pada tanggung jawab dalam pekerjaan tidak ada sangsi terhadap pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Sudut pandang yang sama juga dikatakan oleh ibu Dedi 38 tahun : Universitas Sumatera Utara 73 “Aku lebih suka ngemo aron alas, tidak banyak peraturannya sore hari sudah bisa diterima gajinya, besok kerja lagi.” Konsep ngemo yang dapat dilihat dari kutipan tersebut lebih menekankan pada setiap orang ngemo lahan pertanian mereka adalah suku alas dan tanggung jawab dari sipemilik lahan untuk memberikan mereka makan siang sorenya memberikan upah mereka. Universitas Sumatera Utara 74 Hal yang juga dikatakan Ibu Dewi 40 tahun : “Ngemo, orang yang bekerja di ladang orang, dapat uang, dapat sayur-sayuran dari pemilik ladang lumayan kan gak beli sayur lagi sampai dirumah. Selesai gak selesai pekerjaan tersebut kami sudah bisa pulang.” Konsep ngemo yang dapat dilihat dari kutipan tersebut lebih menekankan kepada suatu tujuan dan mementingkan keperluan sendiri-sendiri dalam mengerjakan pekerjaan tersebut. Sudut pandang yang sama juga dikatakan oleh Ibu Siska 54 tahun : “kalo ngemo bisa juga setengah hari tetapi gajinya juga setengah, sekarang terserah yang punya ladang, tapi semakin banyaknya orang yang ngemo semakin cepat pula pekerjaannya selesai” Konsep ngemo yang dilihat dari kutipan tersebut menekankan terhadap waktu bekerja dan pemberian gaji kepada pekerja singemo bahwa pekerja akan mendapat gaji sesuai dengan lamanya dia bekerja. Konsep ngemo juga dapat dilihat yang mengindikasikan kepada jumlah peserta. Seperti yang dikatakan oleh seorang informan yaitu Ibu Putra 25 tahun : “Ngemo, kami y ang bekerja ke ladang orang dapat uang, sendiri pun bekerja di Universitas Sumatera Utara 75 ladang orang tidak menjadi masalah, kalau nanti pemilik ladang merasa kekurangan orang ia bisa mencari yang lain secukup mungkin” Konsep ngemo yang dapat dilihat dari kutipan tersebut menekankan kepada jumlah peserta bahwa cukup tidaknya jumlah peserta dalam mengerjakan pekerjaan tersebut adalah urusan pemilik ladang puna juma. Seperti yang di katakan oleh seorang informan yaitu Ibu Wati 30 tahun : “Ngemo, orang alas yang bekerja keladang orang dengan saat panen dengan cara mengangkut hasil panen mundak tergantung tempat yang di suruh pemilik lahan.” Konsep ngemo yang dapat dilihat dari kutipan tersebut adalah lebih menekankan kepada jenis pekerjaan dan gaji yang diterima.

4.2.2. Jenis- Jenis Aron siNgemo pada Masyarakat Lau Solu

4.2.1.1. Ari-ari Gaji harian

Ari-ari adalah merupakan salah satu bentuk tenaga upahan yang dipakai dalam bidang pertanian. Dalam ari-ari tersebut keanggotannya tidak tetap tergantung pada keadaan luas lahan yang akan dikerjakan, misalnya ketika panen rani membutuhkan banyak pekerja. Bekerja dengan ari-ari tidak banyak aturan yang harus laksanakan seperti aron umumnya yang mempunyai tanggung jawab. Peserta kelompok pada ari-ari Universitas Sumatera Utara 76 tersebut tidak mempunyai ketua yang mempunyai tanggung jawab untuk mengatur pesertanya. Pada sistem ari-ari tersebut pemberian gaji diberikan secara perorangan, pemilik ladang akan langsung memberikan kepada pekerja ketika waktu bekerja sudah selesai dilakukan. Gaji ari-ari sekarang adalah Rp. 35.000 hari, jika jumlah peserta ari- ari tersebut sepuluh orang maka pemilik ladang harus membayar sebesar Rp. 350.000 kepada pekerja tersebut. Pada sistem ari-ari makanan dan minuman sudah disediakan olah pemilik ladang makanan dan minuman yang disediakan oleh pemilik ladang untuk makan siang karena itu sudah menjadi tanggungan pemilik ladang. Dimulainya pekerjaan ari-ari adalah dari jam 10.15 Wib sampai dengan jam 16.30 Wib. Jika pekerjaan belum selesai namun waktu bekerja sudah habis pemilik ladang akan meminta kepada pekerja untuk lembur lembor, dengan menambah gaji, namun jika ada diantara pekerja yang tidak bisa ikut lembur pemilik ladang tidak akan memaksa, maka gaji yang didapat hanya gaji satu hari saja. Dalam ari-ari tanggung jawab tersebut adalah pada yang punya ladang, tetapi bukan berarti para pekerja secara asal-asalan karena biasanya yang punya ladang tersebut ikut bekerja sekaligus mengawasi cara kerja para pekerja tersebut. Jika ada pekerja yang tidak bagus bekerja maka untuk berikutnya pemilik ladang tidak akan mau menerima orang tersebut untuk dipekerjakan di sawahnya atau pun di ladangnya. Universitas Sumatera Utara 77

4.2.1.2 . Mborong Gaji Borongan

Mborong atau sering juga disebut dengan borongan adalah salah satu bentuk tenaga upahan yang dipakai dalam bidang pertanian. Biasanya dalam borongan ini keanggotaanya tidak tetap tergantung keaadaan atau luas ladang dan pekerjaan di sawah yang akan dikerjakan. Misalnya pada waktu menanam neldek, pekerjaan tersebut sudah diborong oleh si ngemo tenaga upah, jadi selesai atau tidak selesainya pekerjaan tersebut dalam satu hari tidak masalah lagi bagi pemilik lahan, yang penting baginya sawah tersebut akan selesai dikerjakan walaupun mungkin akan memakan waktu dua hari. Tetapi para pekerja singemo tersebut akan berusaha menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan secepatnya karena mereka pun tidak mau kehilangan waktu mereka sebab sawah orang lain yang akan dikerjakan lagi sudah menunggu. Biasanya peserta pemborong tidak sembarangan biasanya orangnya yang kuat bekerja simegegeh erdahin. Besarnya gaji yang akan diterima dalam sistem borongan ini tergantung luas lahan puna juma dan pekerjaan yang akan dilakukan. Kelompok singemo tenaga upah tersebut akan menanyakan kepada pemilik lahan puna juma berapa orang biasanya mengerjakan sawah tersebut, misalnya untuk panen memerlukan sepuluh orang untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut maka pekerja tersebut akan memborong dengan tenaga sepuluh orang walaupun jumlah mereka tidak ada sepuluh orang maka gaji yang mereka terima adalah sebesar gaji satu hari dikalikan dengan banyaknya pekerja yang mengerjakan sawah tersebut. Pada saat pemberian gaji, pemilik sawah tidak langsung memberikan gaji pada orang per orang, tetapi melalui seorang dari kelompok tersebut yang dianggap mampu memegangnya. Orang tersebut lah yang akan membagikan kepada yang lainnya Oleh karena itu mereka harus kuat bekerja karena sudah menjadi tanggung jawab para pemborong tersebut. Untuk mborong tersebut pemilik sawah tidak menyediakan nasi hanya sayur dan Universitas Sumatera Utara 78 minuman yaitu air putih, akan tetapi pada saat panen pemilik sawah harus menyediakan makanan berupa nasi, sayur, dan minuman seperti teh manis untuk makan siang. Dimulainya pekerjaan mborong tersebut tergantung pekerja tapi biasanya mereka bekerja pada pukul 08.00 Wib sampai dengan pukul 17.30 Wib. Dalam mborong tersebut selesai tidaknya pekerjaan tersebut adalah tanggung jawab dari kelompok tersebut. Untuk lebih jelasnya perbedaan antara ari-ari dengan mborong lihat tabel berikut : Tabel I Jumlah tenaga, waktu dan upahnyang dibutuhkan 1 2 hektar sawah dengan ari-ari gaji harian NO. Jenis Pekerjaan Waktu Yang Dibutuhkan Hari Tenaga Yang Dibutuhkan Orang Upah RpPer Hari Universitas Sumatera Utara 79 1. 2. 3. 4. 5. Ngalucak pemerataan tanah Napsapi membersihkan dinding pematang sawah Neldek menanam Ngeroro menyiangi Nabi Panen 2 1 1 1 2 4 12 10 5 10 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 Sumber : Penelitian lapangan dan wawancara dengan informan, oktober, 2013 Tabel. II Jumlah Tenaga, Waktu dan Upah yang dibutuhkan ½ Hektar Sawah Dengan Mborong Gaji Borongan NO. Jenis Pekerjaan Waktu Yang Dibutuhkan Hari Tenaga Yang Dibutuhkan Upah RpPer Hari 1. 2. Ngalucak pemerataan tanah Napsapi membersihkan dinding pematang sawah Neldek 3 1 2 10 150.000 400.000 Sumber : Penelitian lapangan dan wawancara dengan informan, Desamber , 2013 Berdasarkan kutipan di atas jika ditanyakan kepada masyarakat bahwa yang mana lebih mereka pilih antara ari-ari dengan mborong maka jawabnya adalah borongan mborong , karena dalam borongan tanggung jawab selesai tidaknya pekerjaan tersebut sudah pada kelompok tersebut sedangkan dalam gaji harian ari-ari, kemungkinan selesai tidaknya Universitas Sumatera Utara 80 pekerjaan tersebut masih tanggung jawab yang punya sawah, dimana apabila pekerjaan tersebut tidak selesai maka harus menyewa tenaga upahan lainnya, disamping itu pemilik sawah harus mengontrol pekerjaan mereka. 4.3. Kondisi yang berubah pada pelaksanaan aron 4.3.1. Kondisi Tahun 1900