2006 terjadi penurunan yang jumlah pelanggan terutama dari instansi pemerintah yang turun sekitar 50, sedangkan untuk pelanggan
umumswasta mengalami penurunan sebesar 3,2. Dari data yang ada menunjukkan bahwa jumlah pelanggan telepon untuk umumswasta dari
meningkat sekitar dua kali lipat antara tahun 2001-2007. Untuk pengguna handphone HP, pada tahun 2007 jumlah rumah tangga yang menggunakan
HP berjumlah 9.725 21,95 dan sebanyak 34.605 78,06 tidak memiliki HP.
Dari jumlah penduduk di Kutai Barat, komputer dan internet belum memasyarakat dengan baik. Hal ini terlihat dari kepemilikan jumlah
komputer penduduk tahun 2007 yang hanya mencapai 810 atau 1,83, sedangkan sisanya sebanyak 98,17 tidak memiliki komputer. Dari pemilik
komputer tersebut, jumlah komputer yang dipergunakan untuk internet adalah sebanyak 81 unit.
Tabel 2.40. Perkembangan Pelanggan Telepon 2004-2007
Jenis Pelanggan 2004
2005 2006
2007
1. Instansi
Pemerintah 81
81 40
48 2.
UmumSwasta 906
1.243 1.203
1.324 3.
Wartel B 25
25 22
4. Wartel A
4 11
2 2
5. Dinas Telkom
Lain 8
8 8
8 Sumber : Kutai Barat Dalam Angka 2008
E. Prasarana dan Sarana Pengairan, Drainase, Air Bersih dan Air
Limbah
Hingga saat ini, distribusi penggunaan air bersih di Kabupaten Kutai Barat belum merata. Berdasarkan data PDAM Kecamatan Melak, jumlah
sambungan penggunaan air bersih terbesar ada di kecamatan Melak yaitu 1.613 Sr, dengan jumlah rumah tangga yang dilayani sebesar 7.000 KK atau
sebesar 20 dari total penduduk Kabupaten Kutai Barat. Sementara di kecamatan lain data tidak tersedia. Kapasitas produksi air minum adalah
549.586m
3
, terjual 497.530m
3
dan susut 52.056m
3
. Data ini memberikan gambaran bahwa di satu sisi sistem pendistribusian air oleh PDAM, masih
II - 71
K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5
mengalami banyak kebocoran, selain itu tampak bahwa penyebaran distribusi ini juga tidak merata. Dari data di atas juga diketahui bahwa
kebutuhan air bersih bagi penduduk belum sepenuhnya terpenuhi, padahal Kabupaten Kutai Barat mempunyai potensi besar dengan dilintasinya sungai
Mahakam yang airnya sangat melimpah. Sumber air minum penduduk sebagian besar berasal dari air sungai,
leding, dan sumur terlindung. Berdasarkan data 2003-2007, jumlah pengguna air sungai pada tahun 2007 sedikit sebesar 8,96. Namun dari sisi
komposisi, jumlah pengguna air sungai menurun. Bila pada tahun 2003 sebanyak 54,4 maka pada tahun 2007 menurun menjadi 42,11. Kenaikan
yang cukup besar selama empat tahun terakhir tersebut terjadi pada pengguna air leding yang meningkat tiga kali lipat dan pengguna air sumur
terlindung yang juga meningkat tiga kali lipat. Data di atas juga menggambarkan kesadaran dan kemampuan masyarakat terhadap
kebutuhan air bersih yang meningkat.
Tabel 2.41. Jumlah dan Persentase Rumah Tangga Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Sumber Air Minum 2003-2007
Sumber Air Minum 2003
2007 Jumlah
Jumlah
Air Dalam Kemasan 120
0.381 243
0.55 Leding
3289 10.440
9128 20.59
Pompa 2538
8.056 2917
6.58 Sumur Terlindung
2518 7.992
6321 14.26
Sumur Tak Terlindung 4170
13.236 1864
4.20 Mata Air Terlindung
59 0.187
3244 7.32
Mata Air Tak erlindung 1203
3.818 1621
3.66 Air Sungai
17134 54.385
18669 42.11
Air Hujan 178
0.565 324
0.73 Lainnya
296 0.940
0.00
Jumlah 31505
100 44331
100
Sumber : Suseda Kabupaten Kutai Barat, 2007
Berkaitan dengan mutu air, untuk sumur pompa dan sumur timba dengan jumlah air yang relatif konstan, cenderung berubah-ubah tergantung
pada musim kemarau atau musim hujan. Sementara untuk sumber mata air yang terdapat di daerah pegunungan pada musim hujan, debit air lebih
II - 72
K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5
banyak namun kondisinya keruh, sedangkan pada musim kemarau jumlah air akan berkurang walaupun tidak pernah kering. Kondisi air sungai yang keruh
dan kadangkala berbusa karena adanya aktivitas pembuangan limbah indutri ke sungai menyebabkan mutu air sungai menjadi sangat menurun. Namun
masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai tersebut tetap mempergunakan air sungai tersebut untuk kebutuhan sehari-hari yaitu mandi, cuci dan kakus
MCK.
Tabel 2.42. Jumlah dan Persentase Rumah Tangga Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Tempat Pembuangan Akhir Tinja, 2003
Tempat Pembuangan Akhir Perkotaan
Kampung Jumlah
Jumlah
Tangki 613
29 3.142
10,7 KolamSawah
238 0,8
SungaiDanauLaut 1.022
48,4 10.796
36,7 Lobang Tanah
476 22,6
11.641 39,6
PantaiTanah LapangKebun 888
3,0 Lainnya
2.689 9,2
Total 2.111
100 29.394
100
Sumber : Suseda Kabupaten Kutai Barat, 2003
Jumlah penduduk yang tidak memiliki fasilitas pembuangan air besar menurun cukup tajam dari 9.412 pada tahun 2004 menjadi 3.971 pada tahun
2007. Dari sisi komposisi, jumlah ini menurun dari 23,76 menjadi hanya 8,96. Penurunan juga terjadi pada fasilits pembuangan air besar bersama
meski dalam jumlah yang kecil. Penurunan tersebut diikuti dengan kenaikan fasilitas pembuangan air besar sendiri dan umum.
Tabel 2.43. Fasilitas Pembuangan Air Besar 2004-2007
Fasilitas Pembuangan Air Besar
2004 2007
Jumlah Jumlah
1. Sendiri
19,034 48.05
25,397 57.29
2. Bersama
5,482 13.84
5,077 11.45
3. Umum
5,688 14.36
9,886 22.30
II - 73
K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5
4. Tidak Ada
9,412 23.76
3,971 8.96
Jumlah 39,616
100 44,331
100
Kabupaten Kutai Barat termasuk di dalam DAS Mahakam. Sumber air permukaan yang dapat ditemui di Kabupaten Kutai Barat adalah sungai dan
danau. Danau-danau yang ada di kabupaten tersebut terletak di wilayah dataran rendah. Salah satu danau terbesar yang ada di wilayah tersebut
adalah Danau Jempang dengan luas wilayah 15.000 Ha. Sedangkan beberapa sungai besar yang mengalir di Kabupaten Kutai Barat merupakan
anak sungai dari Sungai Mahakam. Panjang total 6 sungai di wilayah Kabupaten Kutai Barat mencapai 338 km.
Gambar 2.4 Peta Indikasi Potensi Air Tanah dan Daerah Irigasi
Danau-danau dan sungai-sungai besar tersebut merupakan salah satu sumber penghidupan penduduk Kutai Barat khususnya penduduk yang
bertempat tinggal di sekitar danau dan sungai-sungai tersebut. Penduduk Kutai Barat khususnya penduduk yang bertempat tinggal di sub DAS Ohong
II - 74
K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5
dan sub DAS Nyuatan melakukan tindakan ilegal yaitu praktek menuba. Hal ini dapat mengancam keberadaan ikan-ikan serta tumbuhan air yang ada di
sungai atau danau tersebut. Di samping itu, sebagian masyarakat berbagai bentuk limbah proses
dan aktivitas manusia ke dalam sungai. Tidak kurang dari 38 rumah tangga di Kutai Barat menggunakan sungaidanaulaut sebagai tempat pembuangan
akhir. Bahkan ada kasus di sub DAS Kelian, di mana terjadi penurunan kualitas air akibat pencemaan sungai yang dilakukan oleh Pertambangan
Tanpa Ijin. Untuk mengatasi hal itu pemerintah Kabupaten Kutai Barat telah
melaksanakan program kali bersih prokasih dengan membentuk 3 kelompok kerja di 3 sub DAS, yaitu sub DAS Ohong, Nyuatan dan Kelian,
salah satu bentuk kegiatannya adalah pembersihan alur sungai dan normalisasi kondisi sungai.
F. Prasarana dan Sarana Energi