Angkatan Kerja SOSIAL BUDAYA DAERAH 1.KONDISI UMUM

menjadi penduduk setempat yang diikuti oleh rendahnya penduduk setempat yang keluar daerah.

B. Angkatan Kerja

Kondisi angkatan kerja suatu daerah secara umum dapat menggambarkan kehidupan sosial masyarakat daerah tersebut, karena menggambarkan daya serap perekonomian terhadap penyerapan tenaga kerja. Dari data angkatan kerja akan dapat diketahui seberapa besar partisipasi penduduk dalam angkatan kerja, tingkat pengangguran dan tingkat kesempatan kerja. Idealnya, peningkatan jumlah angkatan kerja selaras dengan peningkatan kesempatan kerja sehingga tingkat pengangguran dapat diperkecil. Dalam hal ini, pertumbuhan jumlah penduduk sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jumlah angkatan kerja. Semakin besar jumlah penduduk yang memasuki usia kerja semakin tinggi pertumbuhan jumlah angkatan kerja, baik yang sudah bekerja maupun yang sedang mencari pekerjaan. Peningkatan tersebut perlu diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi yang dapat menyerap tenaga kerja yang tinggi, untuk menghindari dampak sosial ekonomi yang timbul dari kurangnya angka penyerapan tenaga kerja ini. Dari 167.706 penduduk, yang masuk dalam kategori usia kerja sebanyak 115.833 69,06 sedangkan 51.873 penduduk 30,94 masuk dalam kategori bukan usia kerja menurut kriteria BPS. Dari sisi usia produktif, jumlah penduduk yang masuk dalam kelompok usia produktif sebesar 110.210 65,71 sedangkan 57.496 34,29 masuk dalam kelompok bukan usia produktif. Informasi ini memberikan gambaran tingkat ketergantungan dependency ratio di Kutai Barat sebesar 52,17. Tabel 2.18 Dependecy Ratio Penduduk Tahun 2007 Kelompok Usia Laki-laki Perempuan Jumlah 0 -14 27,365 24,509 51,874 15 - 64 57,652 52,556 110,208 65 ke atas 2,967 2,657 5,624 Jumlah 87,984 79,722 167,706 Depency Ratio 52.61 51.69 52.17 Sumber: Diolah dari Kutai Barat Dalam Angka 2008 II - 37 K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5 Apabila kependudukan dikaitkan dengan pasar tenaga kerja, jumlah pencari kerja dengan lapangan pekerjaan yang tersedia tidak sebanding. Berdasarkan data yang ada, jumlah pencari kerja yang terdaftar secara resmi menunjukkan angka 1.990 sedangkan permintaan tenaga kerja hanya 226, sehingga terdapat gap atau kesenjangan sebesar 1.764 atau 88,64. Tabel 2.19. Pencari Kerja dan Permintaan Tenaga Kerja Berdasarkan Tingkat Pendididkan Tingkat Pendidikan Pencari Kerja Permintaan Tenaga Kerja Laki- laki Perempu an Jumla h Laki- laki Perempu an Jumla h Tidak Tamat SDSD 417 53 470 SLTP 194 27 221 SMASMK 786 283 1069 65 74 139 D-I, D-II, D-III 52 67 119 14 31 45 D-IVSarjana 67 44 111 22 20 42 Jumlah 1516 474 1990 101 125 226 Sumber: diolah dari Kutai Barat Dalam Angka 2008 Dari total pencari kerja, sebagian besar pencari kerja adalah mereka yang lulusan SMASMK yaitu sebanyak 1.069 orang 53,71, sedangkan permintaan tenaga kerja untuk lulusan ini hanya 139 orang atau hanya 13 dari jumlah pencari kerja. Dilihat dari jenis kelamin menunjukkan bahwa pencari kerja sebagian besar adalah laki-laki 76,18 namun permintaan tenaga kerja untuk laki-laku justru lebih kecil dibanding perempuan, yaitu hanya sebesar 44,69. Bila ditinjau dari komposisi jumlah penduduk, proporsi jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan, yaitu sebesar 52,46. Kesenjangan antara pencari kerja dan permintan tenaga kerja juga terjadi pada lulusan perguruan tinggi, baik diploma maupun sarjana. Kesenjangan untuk keduanya adalah sama, yaitu sebesar 62,2. Hal ini mengindikasikan hanya 37,8 saja yang potensial terserap ke dunia kerja. Rendahnya angka penyerapan tenaga kerja yang terdaftar disebabkan antara lain: perusahaan tidak melapor adanya lowongan kerja, standarkualifkasi keahlian tidak sesuai dengan kebutuhan dan pemegang kartu kuning A1 tidak melapor kembali setelah mendapat pekerjaan. II - 38 K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5

C. Bidang Kesehatan