hutan yang masih perawan yang menyebabkan kesulitan dalam mengakses daerah tersebut.
d Masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian alam, yang ditunjukkan dengan masih
maraknya kegiatan penebangan liar, pembuangan limbah proses maupun limbah rumah tangga.
e Kurangnya koordinasi dan kerjasama dalam menangani masalah- masalah perusakan alam yang lintas sektoral dan lintas wilayah.
Hal tersebut ditunjukkan dengan belum adanya program atau kegiatan kerjasama dengan kabupaten atau provinsi lain dalam
lingkup sub DAS Mahakam. f Keterbatasan tenaga, anggaran, sarana, dan prasarana yang
dimiliki oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Pertambangan sebagai pihak yang bertanggungjawab, tidak sebanding dengan luas
wilayah dan masalah-masalah lingkungan hidup yang dihadapi.
2.1.3. Capaian Keberhasilan
a. Keterisolasian wilayah mulai dapat diakses melalui pembagian 3
wilayah pembangunan; b.
Terbentuknya kelompok-kelompok kerja di beberapa sub DAS yang bertugas melakukan pembinaan bagi penduduk yang tinggal
di sekitar sub DAS.Terbentuknya forum koordinasi seluruh kabupaten yang masuk dalam lingkup DAS Mahakam.
c. Pengendalian dan pemulihan lingkungan hidup serta kegiatan
pengawasan dan pemantauan lingkungan hidup mulai tersosialisasi dan teralisir dengan baik;
d. Berjalannya sistem pengelolaan hutan tradisional berbasis
masyarakat, khususnya di daerah Kedang Pahu; e.
Pelestarian hutan secara berangsur mulai disosialisasikan dengan baik dan didukung oleh masyarakat.
2.1.4. Output
II - 10
K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5
Dalam lingkup geomorfologi dan lingkungan hidup, diprediksikan untuk 20 tahun ke depan, pembangunan Kabupaten Kutai Barat akan
mengalami kemajuan yang sangat pesat, yang ditandai oleh beberapa indikator antara lain oleh:
a. Meningkatnya keterpaduan sistem koordinasi di 3 wilayah
pembangunan yang telah dibentuk yaitu Wilayah Pembangunan Ulu Riam, Wilayah Pembangunan Dataran Tinggi, dan Wilayah
Pembangunan Dataran Rendah. b.
Meningkatnya upaya pemanfaatan kondisi geomorfologi dalam perekonomian, seperti kegiatan kepariwisataan dan
pengembangan pertanian dataran tinggi. c.
Meningkatnya kapasitas pengelolaan SDA dan lingkungan hidup, melalui upaya mewujudkan sistem informasi SDA dan lingkungan
hidup. d.
Meningkatnya kebutuhan lahan sebagai tempat untuk menampung kegiatan pembangunan melalui pembukaan hutan
dalam skala luas yang mengakibatkan terjadinya pengurangan luasan kawasan lindung.
e. Meningkatnya peran sistem pemantauan dan pengendalian
terhadap pencemaran air, tanah dan udara seiring dengan pesatnya pembangunan.
f. Meningkatnya luas wilayah pemukiman, sebagai akibat dari
peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana publik. g.
Meningkatnya peran masyarakat sebagai pengelola lingkungan hidup sebagai akibat dari meningkatnya pendidikan baik formal
maupun informal.
2.2. PEREKONOMIAN DAERAH 2.2.1.KONDISI UMUM