c. Meningkatnya rasio guru murid dengan semakin banyaknya Guru Bantu yang diangkat serta kenaikan kesejahteraan guru
d. Meningkatnya kualitas pendidikan yang ditandai dengan peningkatan persentase kelulusan di berbagai tingkat pendidikan
sejalan dengan semakin luasnya kesempatan guru untuk melanjutkan pendidikan, meningkakan pengetahuan maupun
ketrampilan, sarana dan prasarana pendidikan e. Meningkatnya derajad kesehatan masyarakat, baik dalam bentuk
menurunnya jumlah penderita penyakit maupun meningkatnya kesadaran masyarakat akan perilaku hidup bersih, meningkatnya
proporsi tenaga kesehatan, meningkatnya pelayanan kesehatan di rumah sakit dan puskesmas serta semakin luasnya kerjasama antar
lembaga masyarakat yang peduli terhadap kesehatan f. Meningkatnya status gizi baik untuk balita dan menurunnya angka
kematian bayi dan ibu hamil seriring dengan meningkatnya peran bidan dan tenaga persalinan
g. Meningkatnya peran pemerintah daerah dalam upaya pengembangan kepariwisataan di Kutai Barat, baik melalui
peningkatan sarana akomodasi yang mendukung pengembangan pariwisata maupun pengembangan potensi daya tarik bagi
wisatawan h. Dapat dipertahannya kelestarian adat istiadat dan budaya, melalui
kegiatan pariwisata oleh kelompok-kelompok seni dan budaya, yang berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan masyarakat
2.4. SARANA DAN PRASARANA 2.4.1.
KONDISI UMUM
Infrastruktur yang dimiliki oleh Kutai Barat dapat dipilah menjadi infrastruktur kesehatan, jalan, pendidikan dan rumah ibadah.
A. Prasarana dan Sarana Kesehatan
Pada dasarnya pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara mudah, merata dan murah.
II - 60
K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5
Dengan meningkatnya pelayanan kesehatan, pemerintah berupaya meningkatkan prasarana dan sarana pusat kesehatan masyarakat pembantu
pustu karena kedua fasilitas tersebut dapat menjangkau segala lapisan masyarakat hingga ke daerah terpencil.
Tabel 2.31. Fasilitas Kesehatan Tiap Kecamatan Tahun 2007
Kecamatan Sarana Kesehatan
R S
Puskesma s
Puskes. Pemb.
Balai Pengobatan
Dokter Praktek
Bongan 1
8 1
Jempang 1
6 2
1 Penyinggahan
1 2
1 Muara Pahu
1 1
1 Muara Lawa
1 2
2 1
Damai 1
3 1
Barong Tongkok 1
1 3
1 5
Melak 1
2 1
9 Long Iram
1 3
1 Long Hubung
1 6
4 1
Long Bagun 1
3 3
1 Long Pahangai
1 3
Long Apari 1
2 2
1 Bentian Besar
1 3
Linggang Bigung 1 1
3 1
Siluq Ngurai 1
4 Nyuatan
1 2
1 Sekolaq Darat
1 1
1 Manor Bulatn
1 2
1 Tering
1 1
2 1
Laham 1
Jumlah 4
21 60
16 28
Sumber: Kutai barat dalam Angka 2008
Hingga tahun 2007, terdapat empat buah rumah sakit di kabupaten ini dengan 21 puskesmas, 60 puskesmas pembantu, 16 Balai pengobatan, serta
28 tempat dokter praktek. Jumlah tenaga medis yang tersedia di kabupaten ini pada tahun 2007 mencapai 341 orang. Jumlah tenaga medis ini jauh lebih
kecil dibandingkan tahun 2006 yang mencapai 516. Namun demikian, dari sisi komposisi tenaganya, tahun 2007 jumlah perawat dan dokter meningkat.
Untuk tenaga perawat, peningkatan tersebut cukup tajam, dari 133 pada tahun 2006 menjadi 224 pada tahun 2007. Penurunan tenaga medis pada
II - 61
K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5
tahun 2007 secara keseluruhan diakibatkan oleh tidak adanya tenaga honorer, padahal pada tahun 2006 jumlah tenaga honorer mencapai 239
orang.
B. Prasarana dan Sarana Transportasi Perhubungan
Transportasi memiliki keterkaitan dengan kehidupan sosio-ekonomi masyarakat, yang berdampak lebih lanjut terhadap ketersediaan sumber
daya. Transportasi juga berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah dan pemersatu bangsa.
Prasarana dan sarana transportasi di Kabupaten Kutai Barat mencakup transportasi jalan, angkutan sungai, danau dan penyeberangan, serta
transportasi udara. Transportasi, selain mengemban fungsi pelayanan publik juga dapat dikembangkan sebagai industri jasa.
Dalam kaitannya dengan fungsi pelayanan umum, transportasi diartikan sebagai penyediaan jasa angkutan guna mendorong pemerataan,
melayani kebutuhan masyarakat luas dengan harga terjangkau, baik di perkotaan maupun di kampung, mendukung peningkatan kesejahteraan
masyarakat di wilayah pedalaman dan terpencil serta untuk melancarkan distribusi barang dan jasa dan mendorong pertumbuhan sektor-sektor
ekonomi daerah. Khusus untuk wilayah Kabupaten Kutai Barat, sebagai wilayah perbatasan dan cenderung terisolasi, transportasi berfungsi untuk
mendorong kelancaran mobilitas barang dan orang serta mempercepat pengembangan wilayah dan mempererat hubungan antar wilayah.
Untuk prasarana dan sarana tranportasi, data yang ada menunjukkan bahwa pada tahun 2003, di Kabupaten Kutai Barat terdapat 47 jembatan
yang berfungsi sebagai penghubung antar kabupaten maupun antar kecamatan di wilayah itu. Jumlah ini mencakup 39 jembatan negara dengan
panjang 1.103,00 m dan 8 jembatan propinsi dengan panjang 101,60 m atau total panjang jembatan sebesar 1.204,6m. Jika dibandingkan dengan jumlah
jembatan di seluruh Propinsi Kalimantan Timur, jumlah ini mencapai 11 dengan panjang mencapai 9.
II - 62
K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5
Tabel 2.32. Jumlah Jembatan Negara dan Propinsi di Kabupaten Kutai Barat, 2003
Jenis Jembatan Jumlah
Panjang m
Jembatan Negara 39
1.103,00 Jembatan Propinsi
8 101,60
Jumlah 47
1.204,60
Sumber : Kalimantan Timur dalam Angka, 2003
Untuk transportasi darat, sarana jalan yang dimiliki Kabupaten Kutai Barat, yang dapat dimanfaatkan untuk memperlancar kegiatan ekonomi
maupun non ekonomi meliputi jalan negara, jalan propinsi dan jalan kabupaten. Ditinjau dari kondisi jalan yang ada, kabupaten Kutai Barat
memiliki jalan sepanjang 1.253,32 Km yang terbagi menjadi Jalan Provinsi dan Negara 301,4 Km, Jalan Kabupaten 434,44 Km dan Jalan Non Status
517,48 Km. Dari ketiga status jalan ini, hanya sepanjang 139,79 Km 11,1 persen saja yang telah dilapisi dengan aspal. Panjang jalan yang telah
dikeraskan Agregat C namun belum diaspal mencapai 367,5 Km 29,32 persen sedangkan jalan tanah di kabupaten ini mencapai 745,33 Km 59,46
persen. Namun, sebagai alternatif sarana transportasi darat, penduduk Kabupaten Kutai Barat sering menggunakan alat transpotasi air yang banyak
tersedia di daerah ini. Setidaknya, terdapat enam dermaga di kabupaten Kutai Barat, yaitu Penyinggahan, Muara Pahu, Melak, Long Iram dan Long
Bagun. Tabel 2.33. Perbandingan Panjang Jalan Negara dan Kondisi Jalan di
Kabupaten Beberapa Kabupaten, 2006
Kabupaten Kondisi Jalan
Baik Sedang
Rusak Rusak Berat
Jumlah
Pasir 86.75
113.99 19.25
219.99 Kutai Barat
32 130.8
10 172.8
Kutai Kartanegara 207.22
118.87 326.09
Kutai Timur 198.21
134.17 37.11
8.14 377.63
Berau 120.38
80.7 6.39
207.47 Sumber : BPS Kalimantan Timur 2008
Secara terinci data yang ada menunjukkan bahwa jalan negara pada tahun 2006 mencapai 172,8 km, dengan kondisi baik mencapai 32 km
II - 63
K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5
18,51, kondisi sedang mencapai 130,8 km 75,69 dan sisanya dalam kondisi rusak. Dibandingkan dengan daerah lain, kondisi Kutai Barat relatif
masih belum baik, meski tidak dapat dikatakan buruk. Bila dibandingkan dengan kondisi seluruh provinsi, 49,4 kondisi jalan di Kalimnatan Timur
adalah baik, 44,4 sedang, 5,6 rusak, dan 0,6 rusak berat. Tabel 2.34. Panjang Jalan Propinsi Menurut Permukaan Jalan 2001-2004
Kilometer
Jenis Permukaan Jalan Tahun
2001 2002
2003 2004
Aspal 89,39
128,94 127,0
Kerikil 51,79
111,81 226,5
Tanah 159,00
59,43 Lainnya
- -
Jumlah 300,18
300,18 353,5
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kimpraswil Kabupaten Kutai Barat
Untuk jalan propinsi sampai dengan tahun 2004 mencapai sepanjang 353,5 km dimana 127 km 36 persen di antaranya dengan permukaan aspal
dan sisanya 226,5 km 64 persen dengan permukaan kerikil. Baik dari segi panjang jalan maupun dari segi kualitas jalan, kondisi
jalan propinsi ini mengalami peningkatan yang cukup berarti. Pada tahun 2004, jalan propinsi mengalami peningkatan sebesar 17,7. Walaupun
proporsi permukaan jalan aspal relatif menurun dari 43 persen menjadi 36 persen, namun untuk permukaan kerikil mengalami peningkatan dari 37
persen menjadi 64 persen. Peningkatan kualitas jalan ini didominasi oleh adanya perbaikan permukaan jalan tanah ke permukaan jalan kerikil,
mengingat seluruh jalan tanah yang pada tahun 2003 mencapai 59,43 km, pada tahun 2004 sudah tidak ada lagi Tabel 2.35.
Tabel 2.35. Kondisi dan Panjang Jalan Provinsi
Tahun 2001-2007
Jenis Permukaan Jalan Tahun
2001 2003
2004 2007
Aspal 89.39
128.94 127
188 Kerikil
51.79 111.81
226.5 10
Tanah 159
59.43 98
Lainnya -
-
Jumlah 300.18
300.18 353.5
296
II - 64
K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5
Sumber: Kutai Barat Dalam Angka 2008
Sementara itu dilihat dari kondisi jalan yang ada, jalan propinsi dengan kondisi aspal, dari tahun 2001–2007 menunjukkan kenaikan yang sangat
tajam 210,31, yang diikuti dengan penurunan jalan kerikil dan jalan tanah. Pada umumnya dibandingkan dengan seluruh kabupaten yang ada di
propinsi Kalimantan Timur keadaan jalan di Kabupaten Kutai Barat relatif baik.
Tabel 2.36. Panjang Jalan Kabupaten Menurut Permukaan Jalan, Di Kabupaten Kutai Barat 2003-2007
Jenis Permukaan Jalan 2003
2004 2007
Aspal 4.28
45.7 60.30
Kerikil 5
119.06 108.10
Tanah 272.95
43.1 24.40
Lainnya -
8.1 19
Jumlah 282.23
215.96 211.80
Sumber: Kutai Barat Dalam Angka 2008
Untuk jalan kabupaten yang pada tahun 2007 mencapai 211,8 km. Dominasi terbesar terdapat pada permukaan jalan kerikil yang mencapai
108,11 km 51,04 persen dibandingkan dengan permukaan aspal yang hanya 60,3 km dan jalan tanah 24,4 km. Harus diakui bahwa dibandingkan
dengan kabupaten lain di sekitarnya, kondisi jalan di Kabupaten Kutai Barat masih memprihatinkan. Di Kabupaten Balikpapan misalnya, dengan panjang
jalan kabupaten yang relatif sama 260,30 km, 85 persen di antaranya 221,60 km dalam kondisi baik.
Gambar 2.3. Peta Kondisi Jalan Di Kabupaten Kutai Barat
II - 65
K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5
Namun jika dilihat dari perkembangannya, tampak bahwa pada tahun 2007, jalan kabupaten dengan permukaan aspal maupun kerikil
menunjukkan peningkatan yang sangat tajam, mencapai lebih dari 10 kali lipat untuk jalan aspal dan 20 kali lipat untuk jalan kerikil. Sementara untuk
jalan tanah juga mengalami penurunan yang sangat tajam, dari 272,95 km pada tahun 2003 menjadi hanya 24,4 km pada tahun 2007 .
Dilihat dari pemanfaatannya, banyaknya lalu lintas angkutan jalan raya menunjukkan bahwa jumlah kendaraan yang berangkat dan datang
sangat timpang dalam arti jumlah kendaraan yang datang dan jumlah penumpang tidak sebanding. Hal ini disebabkan jalan propinsi yang
menghubungkan Kabupaten Kutai Barat dengan Kabupaten Kutai Kertanegara sebagai salah satu pintu masuk melalui jalan darat menuju
wilayah Kutai Barat berada dalam kondisi yang memprihatinkan, di mana masih terdapat jalan yang belum beraspal. Bahkan pada musim hujan
misalnya, jalan ini sama sekali tidak bisa dilalui karena tergenang banjir. Dengan kondisi yang demikian, para pengguna jalan lebih memilih
mengguna moda transporatasi sungai atau pesawat udara.
II - 66
K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5
Jumlah kendaraan yang berangkat dan datang mengalami peningkatan yang sangat tajam pada tahun 2007. Hal ini juga dipengaruhi
oleh kondisi jalan provinsi maupun kabupaten yang semakin baik di Kutai Barat. Sebaliknya, jumlah penumpang yang berangkat menurun 35,54
padahal jumlah penumpang yang datang mengalami peningkatan 25,35. Dengan berbagai permasalahan penyediaan sarana dan prasarana
jalan yang ada, sebagai daerah yang termasuk daerah perbatasan, dan terisolir dengan dominasi topograf yang bergelombang serta banyaknya
wilayah aliran sungai, sarana transportasi darat dan pemanfaatannya memang kalah dibanding dengan transportasi air. Dalam hal ini, peran
dermaga sebagai sarana memperlancar transportasi menjadi sangat penting. Tabel 2.37. Banyaknya Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya,
di Kabupaten Kutai Barat, 2007
Tahun Kendaraan
Penumpang Berangkat
Datang Berangkat
Datang
2003 858
860 10,541
11,243 2004
814 820
6,720 10,220
2005 804
804 5,431
19,085 2006
978 978
9,565 19,174
2007 1,356
1,193 6,165
24,036 Sumber : Kutai Barat Dalam Angka 2008
Panjang total 6 sungai di wilayah Kabupaten Kutai Barat mencapai 338 km atau lebih panjang dibanding jalan kabupaten yang tersedia, dengan
jumlah dermaga sebanyak 6 buah. Banyaknya penumpang yang menggunakan transportasi air ini selama tahun 2001-2007, berfluktuasi di
sekitar 100.000 penumpang, namun untuk barang tampak bahwa arus bongkar lebih besar daripada arus muat, yaitu sekitar 20.959 untuk bongkar
dan 9.208 untuk muat. Untuk aktivitas penumpang maupun bongkar muat, pelabuhan Melak merupakan pelabuhan yang terbesar. Sekitar 60
penumpang berangkat dan pergi melalui dermaga ini. Demikian pula dengan aktivitas bongkar barang, aktivitas di dermaga ini mencapai 82,61 dan
aktivitas muat barang mencapai 68,78.
II - 67
K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5
Tabel 2.38. Banyaknya Penumpang dan Barang Menurut Dermaga Di Kabupaten Kutai Barat, 2007
No. Dermaga
Penumpang Orang Barang Ton
Berangkat Datang
Bongkar Muat
1 Penyinggahan
3.428 3.456
332 1.814
2 Muara Pahu
5.601 5.666
406 184
3 Melak
53.368 53.851
17.316 6.333
4 Tering
12.663 14.880
1.392 494
5 Long Iran
6.117 6.134
828 223
6 Long Bagun
7.010 7.023
685 160
Jumlah 88.187
91.010 20.959
9.208
Sumber : Kutai Barat Dalam Angka 2008
Ini menunjukkan adanya ketergantungan yang cukup tinggi pada wilayah sekitarnya untuk pemenuhan kebutuhan penduduk Kabupaten Kutai
Barat. Aktivitas ini jauh lebih besar dari aktivitas yang menggunakan jalan raya. Hal yang sama terjadi pada kepadatan lalu lintas kapal dan speed boat.
Untuk tahun 2005 jumlah kapal yang melapor di dermaga kedatangan mencapai 6.189 buah dengan jumlah penumpang mencapai 90.798 orang.
Data yang ada menunjukkan bahwa lalu lintas penumpang datang dan berangkat dari seluruh dermaga yang ada dengan menggunakan sungai di
Kabupaten Kutai Barat relatif konstan, namun untuk lalu lintas barang terutama yang melakukan bongkar di seluruh dermaga menunjukkan
kenaikan yang cukup berarti. Dermaga Melak merupakan dermaga dengan aktivitas bongkar muat
dan turun naik penumpang terpadat dibandingkan dengan dermaga lain di Kutai Barat. Kepadatan lalu lintas perairan di Dermaga Melak mencapai lebih
dari 60 untuk seluruh aktivitas di 6 dermaga yang ada. Data arus penumpang dan barang selama empat tahun terakhir bahkan menunjukkan
aktivitas di dermaga Melak ini cenderung meningkat dengan rata-rata kenaikan sebesar 15 persen. Namun untuk lalu lintas penggunaan speed
boat justru menunjukkan terjadinya penurunan rata-rata sekitar 62. Hal ini menunjukkan bahwa peran dermaga Melak sangat strategis bagi
perkembangan perkonomian bagi wilayah sekitarnya.
II - 68
K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5
Untuk transportasi udara, di Kabupaten Kutai Barat terdapat 2 buah bandara, yaitu Bandara Melaln di Melak dengan penerbangan 4 x seminggu
dan Bandara Datah Dawai dengan penerbangan 3 x seminggu. Jumlah penumpang yang berangkat dari kedua bandara mencapai 4.917 orang yang
jauh lebih besar di jumlah kedatangan yang hanya 4.474 orang. Hal yang sama terjadi pada keberangkatan barang yang mencapai 34.230 ton yang
juga jauh lebih besar dibanding kedatangan barang yang hanya 21.904 ton. Kondisi ini berkebalikan dengan pemanfaatan transportasi air.
Dilihat dari perkembangan aktivitasnya tampak bahwa aktivitas di kedua bandara ini dalam 2 tahun terakhir mengalami penurunan yang cukup
signifkan untuk jumlah penumpang baik di terminal kedatangan 42 persen maupun di terminal keberangkatan 27 persen. Namun hal sebaliknya
terjadi pada penumpang barang yang menunjukkan kenaikan yang cukup signifkan di kedua bandara, sebesar 30 persen di terminal kedatangan dan
19 persen di terminal keberangkatan.
C. Prasarana dan Sarana Pendidikan