2.1. GEOGRAFIS 2.1.1.KONDISI GEOGRAFIS
A. Letak dan Luas Wilayah
Kabupaten Kutai Barat merupakan kabupaten pemekaran dari wilayah Kabupaten Kutai yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang Nomor 47
Tahun 1999 tertanggal 04 Oktober 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur
dan Kota Bontang. Secara simbolis kabupaten ini telah diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri R.I. pada tanggal 12 Oktober 1999 di Jakarta dan
secara operasional diresmikan oleh Gubernur Kalimantan Timur pada tanggal 05 Nopember 1999 di Sendawar.
Secara geograf, Kabupaten Kutai Barat terletak pada 113
o
45 05” - 116
o
31 19” BT serta diantara 1
o
31 35” LU dan 1
o
10 16” LS. Adapun batas wilayah secara administratif adalah Kabupaten Malinau dan Negara Serawak
Malaysia Timur di sebelah Utara, Kabupaten Kutai Kertanegara di sebelah Timur, Kabupaten Pasir di sebelah Selatan dan Propinsi Kalimantan Tengah
serta Propinsi Kalimantan Barat di sebelah Barat. Dengan luas wilayah sebesar 31.628,70 km
2
kurang lebih 15 dari Propinsi Kalimantan Timur, Kabupaten Kutai Barat memiliki 21 kecamatan dan 223 Kampung.
Dari 21 kecamatan tersebut, tiga kecamatan yang paling luas berturut- turut adalah Kecamatan Long Apari 5.490,7 km
2
, Kecamatan Long Bagun 4.971,2 km
2
, serta Kecamatan Long Pahangai 3.420,4 km
2
. Kecamatan yang paling kecil adalah Kecamatan Sekolaq Darat 165,46 km
2
. Dari sisi jumlah kampung, Kecamatan Barong Tongkok adalah kecamatan dengan
jumlah kampung terbanyak yaitu 21 kampung, sedangkan Kecamatan Laham merupakan Kecamatan dengan jumlah kampung paling sedikit yaitu 4
kampung. Meski Kecamatan Long Apari memiliki luas yang besarnya lebih dari sepuluh kali lipat dari Barong Tongkok, namun jumlah kampung yang
dimiliki hanya setengah dari jumlah kampung di Kecamatan Barong Tongkok.
B. Topograf
Berdasarkan data topograf, Kabupaten Kutai Barat dengan luas wilayah mencapai 316.287.000,00 hektar, didominasi oleh lahan dengan
II - 3
K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5
topograf sangat curam 50,16 dan curam 6,11 dan selebihnya dengan kondisi datar, dan bergelombang. Wilayah dengan topograf pegunungan
mencapai 1.586.552,08 hektar atau lebih dari 50 dari luas seluruhnya tersebut, berada di bagian Barat Laut Kabupaten Kutai Barat. Sedangkan luas
wilayah dengan topograf datar hanya sebesar 10,35 atau 327.400,84 hektar dan terletak di bagian Tenggara Kabupaten Kutai Barat, sebagaimana
pada Gambar 2.1 Gambar 2.1. Luas Wilayah Kabupaten Kutai Barat Berdasarkan Topograf
Datar 10.35
Curam 6.11
Sangat curam 50.16
Bergelombang 33.37
Sumber : Bappeda Kutai Barat, 2003 Secara spesifk wilayah berbukit dan bergunung dijumpai di bagian
hulu Sungai Mahakam, terutama di Kecamatan Long Bagun, Long Pahangai dan Long Apari. Terdapat 4 gunung di 4 kecamatan Kutai Barat dengan
ketinggian 694 meter Gunung Ketam, di Muara Pahu, 668 meter Gunung Betring, di Kecamatan Barong Tongkok, 303 meter Gunung Kedang Pahu, di
Kecamatan Damai, serta 67 meter Gunung Binting, di Kecamatan Melak. Selain pegunungan, Kutai Barat juga memiliki sungai-sungai besar sebanyak
6 sungai dengan panjang puluhan kilometer. Sungai yang terpendek adalah Sungai Alau sepanjang 32 km dan sungai terpanjang adalah Sungai Ninjah
sepanjang 72 km. Kutai Barat merupakan daerah di Kalimantan Timur, yang memiliki
persentase jumlah desa terbanyak di daerah lembah atau daerah aliran sungai. Sebanyak 66,37 desa di Kutai Barat berlokasi di deaerah aliran
sungai, kemudian 23,78 desa berlokasi di dataran, dan sisanya 8,97 desa berlokasi di lereng pegunungan atau bukit. Kondisi wilayah dengan topograf
tersebut berpotensi menimbulkan bahaya alami berupa gerakan tanah baik dalam volume besar longsor atau pun volume kecil tanah retak. Besar-
II - 4
K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5 PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH P-
RPJMD K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 6 - 2 0 1 1
kecilnya volume gerakan tanah tersebut dipengaruhi surface runoff yang dipengaruhi oleh besar curah hujan, jenis tanah, serta besar kemiringan
lereng. Berdasarkan peta bahaya lingkungan yang dikeluarkan oleh BAKOSURTANAL tahun 1999, sebagian besar Kabupaten Kutai Barat potensial
terjadi bahaya tanah longsor karena mempunyai jenis tanah dengan tekstur berlempung, curah hujan yang tinggi, dan kemiringan lereng yang besar.
Keberadaan bahaya alami berupa gerakan tanah tersebut dapat mengancam keberadaan sarana-prasarana yang dibangun di Kabupaten Kutai Barat. Oleh
sebab itu, diperlukan rekayasa teknik dalam melakukan pembangunan sarana-prasarana di wilayah tersebut.
Kondisi morfologi yang khas dari Kabupaten Kutai Barat secara tidak langsung akan menghambat perkembangan kegiatan perkotaan. Hal
tersebut disebabkan karena adanya faktor penghambat alami berupa kemiringan lereng yang menyebabkan luasan lahan untuk menampung
kegiatan perkotaan menjadi berkurang. Selain itu, kondisi fsik wilayah yang merupakan daerah pegunungan juga akan menyebabkan kesulitan dalam
mengakses daerah tersebut. Untuk memecahkan keterisolasian wilayah yang disebabkan karena
kondisi morfologi wilayah maka pemerintah Kabupaten Kutai Barat membagi Kabupaten Kutai Barat menjadi 3 wilayah pembangunan yaitu Wilayah
Pembangunan Hulu Riam, Wilayah Pembangunan Dataran Tinggi, dan Wilayah Pembangunan Dataran Rendah.
C. Hidrologi dan Klimatologi