C. Bidang Kesehatan
Bidang kesehatan merupakan masalah penting berkaitan dengan penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas, sebagaimana bidang
pendidikan. Kedua bidang ini secara bersama-sama berperan penting dalam upaya peningkatn produktivitas tenaga kerja. Walaupun prestasi di bidang
kesehatan sudah cukup menunjukkan peningkatan, namun orientasi pembangunan Kutai Barat yang selama ini cenderung mendahulukan
kepentingan ekonomibisnis dibandingkan dengan pembangunan sektor kesehatan, maka hal ini akan berakibat pada lambatnya proses
pembangunan Kabupaten Kutai Barat sendiri secara keseluruhan di masa datang. Sehingga pemerintah daerah setempat perlu segera memperbaiki
kondisi ini, dengan menempatkan prioritas pembangunan di sektor kesehatan masyarakat.
Meskipun terjadi kecenderungan penurunan mengenai keluhan kesehatan,
namun kondisi kesehatan masyarakat masih sangat memprihatinkan. Hal ini disebabkan oleh tingkat kesadaran tentang
pentingnya menjaga kesehatan bagi diri sendiri maupun lingkungan sekitar tempat tinggal mereka masih rendah. Selain itu kebersihan lingkungan
tempat tinggal relatif kurang terjaga, sehingga menyebabkan banyaknya warga masyarakat yang terserang berbagai jenis penyakit. Hal ini diperparah
oleh rendahnya akses penduduk terhadap infrastruktur yang mendukung peningkatan kualitas dan kemampuan penduduk.
Tabel 2.20. Perkembangan Jenis Penyakit Penduduk 2004-2007
Jenis Penyakit 2004
2007
Pernafasan Bagian Atas 25,977
19,375 Penyakit Kulit
5,791 5,517
Penyakit Malaria 4,695
4,517 Diare
5,553 4,108
Penyakit Gigi dan Rongga Mulut 1,542
2,731 Penyakit Lain Saluran Pernafasan
2,668 2,794
Penyakit Mata 982
1,148 Cacingan
697 527
TBC 716
935 Tekanan Darah Tinggi
4,714 5,767
II - 39
K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5
Penyakit Telinga dan Mastoid 898
666 Penyakit Lain-lain
41,107 41,715
Sumber: Kutai Barat Dalam Angka 2008
Berdasarkan data tentang jenis penyakit yang ada, nampak beberapa penyakit selama 2004-2007 menunjukkan tingkat penurunan meski tidak
terlalu tajam. Penyakit infeksi saluran pernafasan atas merupakan jenis penyakit yang paling banyak dialami masyarakat. Namun jenis penyakit ini
menunjukkan tingkat penurunan yang sangat tajam, dari 25.977 pada tahun 2004 menjadi 19.375 pada tahun 2007. Penyakit yanghmenunjukkan tingkat
kenaikan cukup tajam adalah penyakit tekanan darah tinggi, bahkan penyakit gigi dan rongga mulut merupakan penyakit yang selama 2004-2007
menunjukkan peningkatan hampir 2 kali lipat. Dari tinjauan fasilitas kesehatan seperti akses terhadap air minum,
pada tahun 2007 sebagian besar penduduk 42,11 menggunakan air sungai sebagai sumber air minum, disusul kemudian air leding 20,59, dan
air sumur terlindung 14,26. Hal ini berpengaruh terhadap jenis penyakit warga mengingat air dipergunakan setiap hari untuk berbagai keperluan
termasuk konsumsi. Tabel 2.21. Sumber Air Minum Penduduk Tahun 2007
Sumber Air Minum Jumlah
Air Dalam Kemasan 243
0.55 Leding
9,128 20.59
Pompa 2,917
6.58 Sumur Terlindung
6,321 14.26
Sumur Tak Terlindung 1,864
4.20 Mata Air Terlindung
3,244 7.32
Mata Air Tak erlindung 1,621
3.66 Air Sungai
18,669 42.11
Air Hujan 324
0.73
Jumlah 44,331
100
Sumber: Kutai Barat Dalam Angka 2008
Data di atas sesuai dengan kondisi kepemilikan air bersih yang pernah disurvei oleh BPS-Bappenas-UNDP pada tahun 2004 yang menunjukkan
bahwa pada tahun 2002 sebanyak 74 rumah tangga di Kutai Barat tidak memiliki air bersih dan 35 rumah tangga tidak memiliki fasilitas kesehatan.
II - 40
K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5
Tabel 2.2
2. Persentase Rumah Tangga Tak Ada Air Bersih dan Fasilitas Kesehatan Di Kutai Barat 2002
Kabupaten Rumah Tangga Tak Ada Air
Bersih Rumah Tangga Tak Ada
Fasilitas Kesehatan
Kutai Barat 74,0
35,0 Kutai Timur
49,8 28,8
Kutai Kertanegara 49,8
29,6 Kalimantan Timur
37,3 22,2
Sumber : BPS-Bappenas-UNDP, NHDR, 2004
Penyakit yang muncul di masyarakat juga dipengaruhi oleh penggunaan fasilitas pembuangan air besar. Berdasarkan data tahun 2007
menunjukkan bahwa 42,71 rumah tangga tidak memiliki pembuangan air besar sendiri, bahkan sekitar 9 rumah tangga belum memiliki fasilitas
tersebut. Bila dihitung berdasarkan jumlah penduduk, lebih dari 10.000 penduduk yang belum memiliki fasilitas pembuangan air besar sama sekali.
Jumalh fasilitas pembuangan air besar yang digunakan bersama-sama 5.077 atau 11,45. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan penduduk baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Tabel 2.23. Status fasilitas Pembuangan Air Besar Penduduk, Tahun 2007
Fasilitas Pembuangan Air Besar Jumlah
Sendiri 25,397
57.29 Bersama
5,077 11.45
Umum 9,886
22.30 Tidak Ada
3,971 8.96
Jumlah 44,331
100
Umur rata-rata ibu pada saat kehamilan pertama antara usia 16-20 tahun dengan berat bayi sekitar 2-3 kg. Proses kelahiran biasanya dibantu
oleh dukun beranak karena letak tempat tinggal mereka jauh dari puskesmas sehingga jarang yang memanfaatkan tenaga medis. Angka kematian bayi di
II - 41
K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5
Kutai Barat 32,1, relatif lebih baik dibanding daerah sekitarnya, seperti di Kutai Kertanegara dan Kutai Timur yang masing-masing mencapai 43,4 dan
30,9. Namun untuk jumlah anak di bawah umur 5 tahun yang memiliki status gizi buruk atau kurang mencapai 26,0 atau hampir sepertiga balita yang
ada, terutama di kecamatan Penyinggahan dan kecamatan Jempang pada tahun 2003 yang mengalami kekurangan gizi masing-masing sebesar 48,4
dan 43,9 . Tabel 2.24. Status Gizi Balita di Kecamatan Tertinggi dan Terendah tahun
2003
No .
Kecamatan Buruk
Kurang Baik
Lebih
1. Long Pahangai
2,22 19,11
77,33 1,33
2. Melak
2,94 20,10
75,74 1,23
3. Jempang
14,13 29,74
53,90 2,23
4. Penyinggahan
10,94 37,50
51,04 0,52
5. Kutai Barat
6,63 27,21
64,99 1,17
Sumber: Dinas Kesehatan, Kutai Barat Dalam Angka, 2003
Data pelayanan kesehatan tahun 2007 menunjukkan bahwa semua kecamatan memiliki puskesmas. Beberapa kecamatan memiliki puskesman
pembantu, bahkan Kecamatan Long Hubung memiliki 10 puskesmas pembantu. Data pelayanan kesehatan juga menunjukkan bahwa di Kutai
Barat terdapat 4 rumah sakit masing-masing di Kecamatan Barong Tongkok, Linggang Bigung, Sekolaq Darat, dan Kecamatan Tering.
Di samping itu, terdapat pula balai pengobatan dan tempat dokter praktek namun jumlahnya masih sangat terbatas. Untuk tenaga kesehatan
setiap tahunnya mengalami fluktuasi, terutama untuk tenaga perawat. Pada tahun 2003 terdapat 208 orang perawat dan pada tahun 2007 menjadi 224
perawat. Jumlah perawat sempat mengalami penurunan tajam pada tahun 2004 menjadi 138 dan pada tahun 2006 menjadi 133 perawat.
Tabel 2.25. Jumlah FasilitasSarana Kesehatan di Masing-masing Kecamatan,
2007
Kecamatan Sarana Kesehatan
RS Puskesmas
Puskes. Pemb.
1. Bongan 1
8
II - 42
K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5
Kecamatan Sarana Kesehatan
RS Puskesmas
Puskes. Pemb.
2. Jempang 1
8 3. Penyinggahan
1 2
4. Muara Pahu 1
1 5. Muara Lawa
1 4
6. Damai 1
3 7. Barong Tongkok
1 1
3 8. Melak
1 3
9. Long Iram 1
3 10. Long Hubung
1 10
11. Long Bagun 1
6 12. Long Pahangai
1 3
13. Long Apari 1
4 14. Bentian Besar
1 3
15. Linggang Bigung 1
1 3
16. Siluq Ngurai 1
4 17. Nyuatan
1 2
18. Sekolaq Darat 1
1 19. Manor Bulatn
1 3
20. Tering 1
1 2
Laham 1
Sumber: Kutai Barat Dalam Angka 2008
D. Pendidikan