Kecamatan Penerangan
PLN Non PLN
Linggang Bigung 2666
89,64 308
10,36 Siluq Ngurai
176 33,08
356 66,92
Nyuatan 1130
90,98 112
9,02 Sekolaq Darat
1598 81,70
358 18,30
Manor Bulatn 677
53,82 581
46,18 Tering
1898 66,67
949 33,33
Laham 50
100 Sumber: Kecamatan Dalam Angka, 2008
G. Prasarana Peribadatan
Sebagian besar penduduk Kutai Barat memeluk agama Kristen. Jumlah tempat ibadah untuk masjid berjumlah 102, gereja Katholik 142, dan
gereja Protestan 381. Jumlah tempat ibadah terbanyak berada di Kecamatan Barong Tongkok 95 buah dan yang paling sedikit di Kecamatan
Penyinggahan 4 buah. Adapun tempat ibadah yang terdapat di Kabupaten Kutai Barat adalah sebagai berikut:
Tabel 2.46. Tempat Ibadah Menurut Jenis dan Kecamatan, 2007
Kecamatan Masjid
Gereja Katholik
Gereja Protesta
n Pura
Vihara Jumlah
Bongan 12
2 2
16 Jempang
6 8
14 28
Penyinggahan 4
4 Muara Pahu
8 2
10 20
Muara Lawa 2
8 18
28 Damai
3 12
44 59
Barong Tongkok 9
17 69
95 Melak
4 5
19 28
Long Iram 8
6 9
23 Long Hubung
4 8
8 20
Long Bagun 5
6 4
15 Long Pahangai
3 10
13 Long Apari
1 4
1 6
Bentian Besar 2
8 19
29 Linggang
Bigung 7
6 30
43 Siluq Ngurai
2 7
21 30
Nyuatan 2
6 26
34 Sekolaq Darat
5 3
28 36
Manor Bulatn 6
10 36
52
II - 77
K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5
Kecamatan Masjid
Gereja Katholik
Gereja Protesta
n Pura
Vihara Jumlah
Tering 5
9 18
32 Laham
4 5
5 14
Jumlah 102
142 381
625
Sumber : Kutai Barat Dalam Angka 2008
H. Sarana dan Prasarana Pemukiman
Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia dan berperan sebagai sarana bagi pendidikan keluarga, persemaian budaya dan peningkatan
kualitas generasi penerus. Pembangunan perumahan merupakan bagian dari kegiatan ekonomi riil yang dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi riil.
Dalam hal ini pembangunan perumahan berperan sebagai pendorong kegiatan sektor jasa dan produksi serta berpotensi menggerakkan roda
ekonomi dan penciptaan lapangan kerja produktif. Pada saat ini, luas kawasan permukiman di Kabupaten Kutai Barat adalah seluas 4.602 Ha dan
terletak di seluruh kecamatan. Daerah pemukiman padat terdapat di Kecamatan Barong Tongkok,
Sekolaq Darat, dan Melak masing-masing dengan kepadatan antara 35-40 penduduk per km
2
. Tabel 2.47. Kepadatan Penduduk di Masing-masing Kecamatan
Tahun 2007
Kecamatan Kependudukan
Kepadatan Penduduk
Luas Wilayah
KM2 Jumlah
Kampun g
Jumlah Rumah
Tangga Jumlah
Penduduk
1. Bongan
2.274,4 16
2.186 8.518
3,75 2.
Jempang 654,4
12 3.396
10.291 15,73
3. Penying
gahan 271,9
5 1.123
3.941 14,49
4. Muara
Pahu 496,68
12 2.393
8.969 18,06
5. Muara
Lawa 444,5
8 1.649
6.482 14,58
6. Damai
1.750,43 14
2.440 9.383
5,36 7.
Barong Tongkok
492,21 21
5.310 19.960
40,55 8.
Melak 287,87
6 2.440
10.121 35,16
9. Long
Iram 1.462,01
11 2.196
7.789 5,33
10. Long
530,9 8
1.896 8.294
15,62
II - 78
K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5
Hubung 11.
Long Bagun
4971,2 11
1.991 8.812
1,77 12.
Long Pahangai
3420,4 11
1.304 4.772
1,40 13.
Long Apari
5490,7 10
1.193 4.405
0,80 14.
Bentian Besar
886,4 9
778 2.643
2,98 15.
Linggan g Bigung
699,3 9
3.800 14.551
20,81 16.
Siluq Ngurai
2.015,58 15
1.391 5.337
2,65 17.
Nyuatan 1740,7
9 1.884
6.077 3,49
18. Sekolaq
Darat 165,46
7 1.844
6.046 36,54
19. Manor
Bulatn 867,7
13 2.474
8.536 9,84
20. Tering
1.804,16 12
2.771 10.359
5,74 21.
Laham 901,8
4 564
2.420 2,68
Sumber: Diolah dari Kutai Barat Dalam Angka 2008
2.4.2.Permasalahan
a. Kabupaten Kutai Barat relatif masih terisolir, baik dengan kabupatenkota di sekitarnya maupun antar kecamatan dalam
kabupaten Kutai Barat sendiri. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi darat baik jalan negara, jalan propinsi dan jalan
kabupaten, jumlahnya masih sangat terbatas. Hal ini akan menjadi kendala dalam memperlancar dan mempermudah arus orang dan
barang dari dan ke Kutai Barat. b. Keberadaan jalan propinsi yang diharapkan akan memperlancar
arus orang dan barang antar kabupatenkota masih menjadi kendala, karena wewenang pembangunan jalan propinsi ini ada di
pemerintah propinsi Kalimantan Timur. Di sisi lain, keberadaan jalan propinsi ini sangat diharapkan dalam upaya untuk membuka
keterisolasian kabupaten Kutai Barat dengan KabupatenKota di sekitarnya.
c. Sarana dan prasarana transportasi di Kabupaten Kutai Barat sangat rawan kerusakan terhadap banjir yang terjadi secara rutin. Hal ini
menyebabkan dana APBD yang dialokasikan untuk membiayai
II - 79
K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5
pemeliharaan dan rehabilitasi jalan tersebut cukup besar dan mengurangi porsi dana untuk pembangunan dan peningkatan jalan
baru. d. Tingkat penggunaan air bersih di masyarakat Kutai Barat masih
sangat rendah dan tidak merata. Hal ini di samping disebabkan oleh masih terbatasnya sarana air bersih, juga dipengaruhi oleh
pola hidup masyarakat yang selama ini cenderung memanfaatkan air sungai untuk keperluan sehari-hari seperti memasak, mencuci
dan kakus MCK. e. Kualitas air bersih yang bersumber dari sungai cenderung semakin
buruk, mengingat masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat dan bersih, dan adanya aktivitas ekonomi
yang berpotensi melakukan pencemaran lingkungan, khususnya dari aktivitas penambangan tanpa ijin.
f. Selain kurang dari sisi jumlah, Kabupaten Kutai Barat juga menghadapi masalah ketidakmerataan pemenuhan air bersih. Data
yang ada di menunjukkan bahwa prosentase penduduk perkotaan yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya pencemaran
lingkungan justru lebih besar dibanding penduduk kampung, padahal fasilitas air bersih mayoritas hanya dinikmati oleh
penduduk sekitar pusat perkotaan. g. Di bidang telekomunikasi, listrik, gas dan air bersih, kendala jumlah
dan kepadatan penduduk yang relatif rendah serta jarak antara satu lokasi dengan lokasi lain cenderung jauh akan berdampak
pada inefsiensi dalam penyediaan fasilitas telekomunikasi. Di samping itu, perkembangan aktivitas ekonomi yang cenderung
masih rendah merupakan kendala lain dari sisi permintaan akan sarana dan prasarana telekomunikasi, listrik, gas dan air bersih.
Penggunaan teknologi informasi belum memasyarakat di kalangan penduduk. Jumlah pendudukk yang menikmati sambungan telepon
juga tergolong kecil.
2.4.3.Capaian Keberhasilan
II - 80
K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5
a. Terjadinya peningkatan panjang jalan dari sebesar 12,5 km
sebelum pemekaran, menjadi sepanjang 1.253,32 km setelah pemekaran Profl Kutai Barat, 2005;
b. Terjadinya peningkatan statuskualitas jalan dari permukaan
tanah dan kerikil menjadi permukaan aspal yang mencapai hampir 10 kali lipat;
c. Terjadinya peningkatan kemampuan pemenuhan kebutuhan
listrik masyarakat Kutai Barat yang meningkat hampir 100; d.
Telah dibentuknya forum koordinasi yang melibatkan peran serta seluruh kabupaten di DAS Mahakam, yang akan menjamin
penyelesaian permasalahan yang ada secara bersama-sama; e.
Telah dilakukannya kegiatan Program Kali bersih Prokasih, dalam rangka menanggulangi masalah pencemaran dan
pendangkalan Sungai Mahakam yang akan membantu upaya penyediaan air dan kelancaran transportasi sungai;
f. Tersedianya lahan untuk terminal type B tipe C, yang
memungkinkan untuk segera direalisasikannya terminal tersebut dalam rangka memperlancar kegiatan transportasi darat;
g. Telah dilakukannya penempatan rambu-rambu lalulintas
marka jalan di beberapa ruas jalan yang ada; h.
Telah dilakukakannya rehabilitasi Dermaga Melak dan pembangunan dermaga tingkat kecamatan yang mencakup 4
kecamatan, yang mendukung upaya pengembangan transportasi sungai;
i. Telah dilakukannya pembinaan kepada pengguna lalu lintas
darat dan air untuk menjamin peningkatan keamanan dan keselamatan lalu lintas darat dan air;
j. Telah dibangunnya ATC, ruang tunggu dan lahan parkir Bandara,
yang mendukung kenyamanan pengguna jasa transportasi udara; k.
Terbangunnya tower-tower telkomsel satelindo indosat di tingkat kecamatan, yang dapat memperlancar sarana komunikasi
masyarakat Kutai Barat.
2.4.4.Output
II - 81
K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5
a. Meningkatnya kerjasama antar kecamatan atau antar
kabupaten di sekitarnya dalam penyediaan sarana dan prasaran publik, baik dalam hal administrasi, pembiayaan maupun
pemeliharaannya. b.
Meningkatnya upaya pembangunan sarana dan prasarana melalui rekayasa teknik untuk mengatasi rentannya kerusakan
akibat dari kondisi geomorfologi yang ada c.
Meningkatnya pemerataan pembangunan jalan, fasilitas air, daya listrik, jangkauan telekomunikasi, wilayah pemukiman dan
aksesibilitas masyarakat, seiring dengan perkembangan kegiatan pembangunan
d. Menurunnya angka kemiskinan, baik melalui peningkatan
pendapatan ataupun penurunan beban hidup masyarakat akibat dari peningkatan pemenuhan sarana dan prasarana
e. Meningkatnya mobilitas barang, jasa dan orang ke berbagai
kecamatan atau wilayah lain di sekitarnya yang akan mempercepat pengembangan wilayah dan mempererat hubungan antar wilayah.
f. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk terlibat dalam
pemeliharaan sarana dan prasarana sebagai akibat dari meningkatnya peran kegiatan pendidikan baik formal maupun
informal.
2.5. PEMERINTAHAN UMUM 2.5.1.