Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi

Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Sumber: Diolah dari Kutai Barat Dalam Angka 2008 dan Statistik PDRB Kutai Barat 2008 Penurunan kontribusi sektor primer hampir terjadi setiap tahun, kecuali pada tahun 2004-2005 terjadi kenaikan yang kecil yaitu 0,44. Penurunan kontribusi sektor primer terbesar terjadi pada tahun 2006 2007, yaitu sebesar 1,74. Bila dihitung dengan pendekatan rata-rata hitung, sepanjang tahun 2000-2007 rata-rata terjadi penurunan 0,66 setiap tahun. Kondisi sebaliknya terjadi pada sektor sekunder, yang menunjukkan kenaikan setiap tahun. Kenaikan kontribusi terbesar terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 1,1 dengan rata-rata kenaikan setiap tahun sebesar 0,49. Demikian pula dengan sektor tersier yang kontribusinya berfluktuatif namun menunjukkan gejala kenaikan setiap tahun meski masih sangat kecil.

B. Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi

PDRB Kutai Barat dari tahun ke tahun menunjukkan perkembangan yang pesat. Hal ini terlihat dari kenaikan nilai PDRB setiap tahun sepanjang 2000-2007 atas dasar harga konstan tahun 2000, yang pada tahun 2000 sekitar 1,5 trilyun menjadi hampir 2 kali lipatnya pada tahun 2007, atau menjadi sekitar 2,7 trilyun. Bila dihitung dengan menggunakan metode rata-rata ukur atau geometri, rata-rata pertumbuhan PDRB setiap tahun dari 2000 hingga 2007 adalah sebesar 8,56. Angka pertumbuhan ini tergolong cukup tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Timur maupun nasional. Hampir semua sektor atau lapangan usaha mengalami rata-rata pertumbuhan di atas 8,56 kecuali Sektor Pertanian 2,66, Sektor Industri Pengolahan 8,16, serta Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 7,75. Sektor pertanian sekaligus merupakan sektor dengan pertumbuhan terendah, sedangkan sektor yang memiliki rata-rata pertumbuhan per tahun tertinggi adalah Sektor Bangunan 13,1. Sektor lain yang juga memiliki pertumbuhan di atas 10 adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian 10,21, Sektor Listrik Gas dan Air Minum 12,49, Sektor Perdagangan II - 14 K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5 Hotel dan Restoran 10,09, dan Sektor Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan 10,39. Tabel 2.5. Perkembangan PDRB Kutai Barat 2003-2007 Juta Rp Berdasarkan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2006 2007 1. Pertanian 512.554,88 485.855,65 499.094,52 518.836,13 531.279,04 2. Pertambangan dan Penggalian 980.129,22 1.054.371, 27 1.177.978, 94 1.232.640, 86 1.286.564, 33 3. Industri Pengolahan 43.739,66 48.990,79 50.889,96 55.243,39 61.970,88 4. Listrik, Gas, dan Air Minum 3.495,24 6.271,78 6.482,86 6.323,25 6.362,98 5. Bangunan 239.928,78 259.209,00 289.083,91 328.240,17 376.118,20 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 154.080,12 172.186,03 178.226,49 191.391,40 211.569,70 7. Pengangkutan dan Komunikasi 30.240,16 32.178,38 33.656,53 37.399,29 40.479,44 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 46.413,05 54.226,88 55.980,18 58.652,87 64.583,73 9. Jasa-jasa 72.002,79 82.505,23 84.700,36 93.071,82 105.603,81 PDRB 2.082.583 ,9 2.195.795 ,0 2.376.093 ,7 2.521.799 ,2 2.684.532 ,1 Sumber: Statistik PDRB Kutai Barat 2008 Bila dihitung berdasarkan data 5 tahun terakhir 2003-2007, pertumbuhan tiap sektor atau lapangan usaha PDRB Kutai Barat berdasarkan harga konstan tahun 2000 menunjukkan bahwa Sektor Bangunan merupakan satu-satunya sektor yang selalu mengalami peningkatan pertumbuhan tiap tahun. Pertumbuhan Sektor Pertanian pada tahun 2004 menunjukkan penurunan sebesar 5,21. Penurunan ini disebabkan karena pada Sektor Pertanian produksi padi masih diarahkan pada produksi padi ladang. Situasi ini membawa permasalahan tersendiri, yaitu: pertama, produktivitas rata- rata tahun 2003 dan 2004 padi ladang yaitu 2,40 tonhektar, relatif lebih rendah dari produktivitas padi sawah yang sebesar 3,04 tonhektar. Kondisi ini menggambarkan inefsiensi dalam pemanfaatan lahan untuk penanaman dengan menggunakan sistem padi ladang; kedua, sistem ladang berpindah yang dijalankan oleh mayoritas petani tradisional tersebut sangat tergantung pada ketersediaan hutan ladang yang subur. II - 15 K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5 Tabel 2.6. Pertumbuhan Sektoral PDRB 2004-2007 Tiap Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000 Persen Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 Rata-rata Pertumbuha n 1. Pertanian -5,21 2,72 3,96 2,40 0,90 2. Pertambangan dan Penggalian 7,57 11,72 4,64 4,37 7,04 3. Industri Pengolahan 12,01 3,88 8,55 12,18 9,10 4. Listrik, Gas, dan Air Minum 79,44 3,37 -2,46 0,63 16,16 5. Bangunan 8,04 11,53 13,54 14,59 11,89 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 11,75 3,51 7,39 10,54 8,25 7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,41 4,59 11,12 8,24 7,56 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 16,84 3,23 4,77 10,11 8,61 9. Jasa-jasa 14,59 2,66 9,88 13,46 10,05 PDRB 5,44 8,21 6,13 6,45 6,55 Sumber: Diolah dari Statistik PDRB Kutai Barat 2008 Data di atas juga menunjukkan bahwa pada tahun 2005 hampir semua sektor mengalami penurunan pertumbuhan dengan sektor yang paling parah adalah Sektor Listrik, Gas, dan Air Minum. Namun, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 menunjukkan peningkatan yang cukup signifkan yaitu sebesar 8,21, Kondisi ini disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan yang cukup besar pada sektor-sektor yang memiliki kontribusi sangat besar terhadap PDRB, yaitu Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Pertanian, serta Sektor Bangunan. Penurunan pertumbuhan Sektor Listrik, Gas, dan Air Minum tidak terlalu berdampak pada pertumbuhan ekonomi karena kontribusi sektor ini terhadap PDRB relatif kecil. Sumber-sumber yang berperan dari tiap-tiap sub sektor terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara sektoral di Kabupaten Kutai Barat sangat bervariasi, yang secara terinci dijelaskan dalam sub bab berikut: a. Sektor Pertanian dan Kehutanan Sektor pertanian dan kehutanan berada di urutan kedua terbesar sebagai kontributor bagi PDRB Pendapatan Domestik Regional Bruto Kabupaten Kutai Barat selama 7 tujuh tahun berturut-turut 2000–2007 II - 16 K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5 dengan kontribusi rata-rata 22,9 setiap tahun. Pemasok terbesar berasal dari sub sektor kehutanan dan sub sektor perkebunan, khususnya karet serta sub sektor tanaman bahan makanan. Di lingkup sektor pertanian, sub sektor ini masih bertumpu pada komoditi tradisional masyarakat, seperti padi ladang dan ubi kayu. Walaupun produksi padi sawah diupayakan oleh para petani, namun dari luas pemakaian lahan masih jauh di bawah pemakaian lahan untuk produksi padi ladang. Dari sisi produksi, pada tahun 2007 produksi padi ladang sebesar 36.439 ton. Jumlah ini menunjukkan peningkatan sebesar 39,42 dibanding produksi tahun 2004 yang besarnya 26.136,8 ton. Untuk produksi pada sawah pada tahun 2007 sebesar 4.329 ton, kemudian ubi kayu dan ubi jalar berturut-turut sebesar 12.287 ton dan 1.826 ton. Khusus untuk produksi padi, total produksi padi ladang dan padi sawah dengan menggunakan data di atas adalah sebesar 40.768 ton. gabah kering giling. Dengan asumsi 10 persen dari produksi gabah dijadikan bibit untuk penanaman berikutnya serta konversi gabah menjadi beras adalah 2:1, maka total beras yang dihasilkan sebesar 18.345,6 ton untuk tahun tersebut. Tabel 2.7. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Kutai Barat Tahun 2007 Jenis Tanaman Luas Panen HA Produksi Ton Hasil per Hektar Kw Padi Sawah 1,322 4,329 32.86 Padi Ladang 13,972 36,439 26.08 Jagung 296 623 21.06 Ubi Kayu 879 12,287 140 Ubi Jalar 202 1,826 90 Kacang Tanah 145 157 10.84 Kedelai 37 42 11.46 Kacang Hijau 39 90 11.13 Sumber : Kutai Barat Dalam Angka 2008 Di sisi konsumsi, apabila mengacu pada rata-rata konsumsi beras penduduk Indonesia 130 kgkapitatahun, maka dengan jumlah penduduk Kabupaten Kutai Barat sebanyak 167.706 jiwa pada tahun 2007, dibutuhkan 21.801,78 ton beras. Jumlah konsumsi tersebut lebih besar dari jumlah II - 17 K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5 produksi petani Kutai Barat sehingga kekurangannya didatangkan dari daerah lain dan juga diganti dengan konsumsi ubi kayu dan ubi jalar. Sementara itu, sub sektor kehutanan merupakan salah satu tulang punggung pendapatan bagi Kabupaten Kutai Barat. Wilayah hutan Kutai Barat pada tahun 2007 adalah seluas 3.064.559 hektar yang diklasifkasikan dalam empat kawasan, yaitu kawasan budidaya non kehutanan KBNK seluas 832.853 hektar, kawasan hutan produksi seluas 1.481.066 hektar, kawasan hutan lindung seluas 745.140 hektar, dan kawasan cagar alam seluas 5.500 hektar. Pengelolaan sumberdaya hutan umumnya dilakukan dengan sistem Hak Pengusahaan Hutan HPH yang telah dijalankan sejak kabupaten ini masih tergabung di kabupaten induk. Produksi utama dari hutan Kabupaten Kutai Barat adalah kayu dan karet. Sejalan dengan semakin ketatnya peraturan pengelolaan hasil hutan dan tuntutan internasional akan pentingnya hutan sebagai paru-paru dunia. Produksi kayu menunjukkan kondisi yang cenderung menurun. Produksi rotan serta kegiatan produksi berbasis rotan di Kabupaten Kutai Barat tersebar di beberapa kecamatan, yaitu Melak, Damai, Muara Lawa, Bentian, Bongan, Muara Pahu, Barong Tongkok, dan Long Iram. Kabupaten Kutai Barat memiliki lebih dari tiga puluh jenis rotan alam dan rotan tanaman yang didominasi oleh rotan berdiameter sedang, seperti jenis sega dan jahab. Tabel 2.8 . Produksi Kayu Kabupaten Kutai Barat Tahun 2000-2004 Tahun Luas Areal HA Produksi Target Realisasi 2003 45620.44 1711188 763973.2 2004 22367.17 1009024 736137.3 2005 20577,79 n.a. 519509.2 2006 18931,57 n.a. 572783.7 2007 17405.54 548050 309568.8 angka taksiran dengan rata-rata geometrik Sumber : Diolah dari Kutai Barat Dalam Angka 2008 Sub sektor perkebunan di Kabupaten Kutai Barat mendapat sumbangan terbesar dari perkebunan karet. Luas perkebunan karet rakyat II - 18 K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5 tahun 2004 mencapai 26.811,50 hektar dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 33.427,2 hektar. Lahan perkebunan karet tersebut sebagian besar 78 berada di enam kecamatan, yaitu Kecamatan Barong Tongkok 7.728 ha, Kecamatan Sekolak Darat 4.721 ha, Kecamatan Melak 1.330,5 ha, Kecamatan Bongan 1.205 ha, Kecamatan Manor Bulatn 5.323 ha dan Kecamatan Linggang Bigung 2.883 ha. Namun dari sisi produktivitas, Kecamatan Long Pahangai menempati ururtan tertinggi dengan tingkat produktivitas 11.026,67 kgha, jauh di atas semua kecamatan yang lainnya. Komoditi unggulan lain dari sub sektor perkebunan adalah tanaman kelapa sawit, kopi, dan kemiri yang memiliki luas area pada tahun 2007 berturut-turut 5.371 hektar, 1287,35 hektar, dan 1.734 hektar. Tabel 2.9. Produksi Tanaman Perkebunan Tahun 2007 Jenis Tanaman Luas HA Produksi Ton Kelapa 1.333,00 41,39 Kelapa Sawit 5.371,00 6.124,00 Karet 33.427,2 29.560,89 Kopi 1.287,35 67,85 Lada 86,53 0,96 Jahe 17,25 11,99 Kapuk 127,3 6,45 Kemiri 1.734,3 137,96 Aren 480,65 152,62 Kakao 440,9 8,69 Panili 1,75 - Pinang 7,35 0,15 Jumlah 44.314,58 36.112,95 Sumber: Kutai Barat Dalam Angka 2008 Komoditas sub sektor peternakan Kabupaten Kutai Barat terdiri sapi, kerbau, babi, kambing serta unggas, seperti ayam buras, ayam potong, ayam petelur, dan itik. Namun demikian ternak di atas masih banyak untuk dikonsumsi sendiri ataupun dijual hanya saat-saat tertentu bila butuh dana. Produksi untuk komersil relatif masih kecil porsinya di sub sektor ini. Untuk memenuhi kebutuhan daging untuk masyarakat maka ternak di atas didatangkan dari luar daerah. Tabel 2.10. Produksi Peternakan Unggas 2003-2007 Ayam Buras Ayam Potong Itik II - 19 K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5 Tahu n Produk ti-vitas kgeko r Produk ti-vitas kgeko r Produk ti-vitas kgeko r Jumla h ekor Produk si Kg Jumla h ekor Produk si Kg Jumla h ekor Produk si Kg 2003 102.49 4 15.467 0,15 58.717 200.12 7 3,41 4.594 4.214 0,92 2004 113.15 25.199 0,22 68.000 208.42 3 3,07 5.890 4.509 0,77 2005 139.93 7 37.418 0,27 83.850 210.06 8 2,51 6.529 4.663 0,71 2006 157.50 53.682 0,34 115.90 243.28 8 2,10 7.800 4.998 0,64 2007 196.10 54.717 0,28 136.30 287.54 2 2,11 4.594 4.214 0,92 Sumber: Dioalah dari Kutai Barat Dalam Angka 2008 Populasi ayam buras selama 2003-2007 mengalami peningkatan yang cukup besar, yaitu rata-rata 17,61 per tahun. Peningkatan populasi ini diikuti dengan peningkatan produksi yang jauh lebih besar, yaitu rata-rata setiap tahun naik sebesar 37,14. Hal ini menunjukkan adanay peningkatan efsiensi. Kondisi yang sama juga terjadi pada ayam potong, dengan rata-rata peningkatan populasi sebesar 23,43 per tahun dengan jumlah produksi rata-rata meningkat sebesar 9,48 per tahun. Untuk itik, justru mengalami penurunan produksi rata-rata sebesar13,52 per tahun, padahal populasi itik mengalami peningkatan rata-rata sebesar 17,98 per tahun. Untuk ternak, jenis babi merupakan jenis ternak dengan populasi terbanyak pada tahun 2007 yaitu sebanyak 29.607 ekor dengan jumlah produksi 198.031 kg dan tingkat produktivitas 4,39 kgekor. Kerbau yang secara fsik lebih besar dari babi memiliki angka produktivitas yang hampir sama dengan babi yaitu sebesar 4,45. Hal ini disebabkan karena kerbau masih dipergunakan untuk kegiatan pertanian. Tabel 2.11. Populasi dan Produksi Daging Ternak Di Kabupaten Kutai Barat Tahun 2007 Jenis Ternak Jumlah Ekor Produksi Kg Produktivitas kgekor Sapi 6.134 61.204 9,98 Kerbau 461 2.052 4,45 Kambing 3.402 4.707 1,38 Babi 29.607 130.068 4,39 Jumlah 39.604 198.031 5,00 II - 20 K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5 Sumber : Diolah dari Kutai Barat Dalam Angka 2008 Sub sektor perikanan didominasi oleh perikanan air tawar yang memanfatkan tangkapan di sungai dan danau. Pemanfaatan perikanan air tawar hampir merata di seluruh wilayah Kabupaten Kutai Barat karena letak geografsnya di sepanjang Sungai Mahakam dan dikelilingi oleh anak sungainya. Hasil tangkapan di sungai mendominasi produksi sub sektor perikanan Kubapaten Kutai Barat dimana pada tahun 2007 memberi kontribusi sebesar 72,45 persen dalam kuantitas dan 65,68 persen dalam rupiah. Tabel 2.12. Produksi dan Nilai Hasil Budidaya Ikan Kabupaten Kutai Barat Tahun 2007 Area Penangkapan Produksi ton Nilai Ribuan Rp Nilai Ikan per unit ribuanton Kolam 64,5 1.212.000 18.791 Keramba 275,8 3.799.500 13.776 Perairan Umum 895,1 9.591.950 10.716 Sumber: Kutai Barat dalam Angka 2008 b. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian merupakan penyumbang terbesar bagi PDRB Kabupaten Kutai Barat sejak kabupaten ini didirikan. Selama kurun waktu 2000-2007, porsi sektor pertambangan dan penggalian dalam PDRB rata-rata sebesar 47,43 persen. Dalam kurun waktu yang sama, sektor tersebut menunjukkan pertumbuhan yang positif, yaitu rata-rata sebesar 10,21 persen per tahun. Namun demikian untuk pertumbuhan 2004, tingkat pertumbuhan menurun yaitu 7,57 persen. Salah satu penyebab penurunan tingkat pertumbuhan sektor ini adalah ditutupnya PT. Kelian Equatorial Mining KEM pada tahun 2004 setelah 10 tahun beroperasi di wilayah ini. Pertambangan di Kabupaten Kutai Barat mengandalkan tiga komoditi utama, yaitu emas, perak dan batu bara. Dari kuantitas ekstraksi, emas mengalami kenaikan yang signifkan sejak tahun 2001 menjadi 15,340 ton II - 21 K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5 per tahun untuk kurun waktu 2001-2003, namun pada tahun 2004 turun menjadi 10,019 ton per tahun mendekati produksi tahun 2000 yang sebesar 9,83 ton per tahun. Kondisi serupa juga dialami oleh komoditi perak. Setelah meningkat pada tahun 2001, produksi setahunnya relatif stabil hingga tahun 2003, namun terjadi penurunan pada tahun 2004. Puncak penurunan terjadi pada tahun 2005 baik untuk emas maupun perak. Pada tahun 2005, produksi emas hanya 1,68 ton sedangkan perak 1,26 ton. Hal ini berkaitan dengan tidak beroperasinya salah satu perusahaan pertambangan. Produksi batubara cenderung berfluktuasi, tahun 2003 produksi mencapai 3.325.927 ton dan meningkat sekitar tiga kali lipat pada tahun 2006 menjadi 10.728.500 ton. Namun pada tahun 2007 kembali menurun menjadi 7.791.241. Tabel 2.13. Produksi Emas, Perak dan Batu Bara Kabupaten Kutai Barat, 2003-2007 Tahun Emas ton Perak ton Batu Bara ton 2003 14.4 10.66 3325927 2004 10.019 9.032 n.a. 2005 1.68 1.26 3888374 2006 n.a. n.a. 10728500 2007 n.a. n.a. 7791241 Sumber : Kutai Barat Dalam Angka 2008 c. Sektor Industri Pengolahan Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB Kabupaten Kutai Barat relatif sangat kecil, yaitu setiap tahun rata-rata 2,2 persen untuk kurun waktu 2000-2007. Rata-rata tingkat pertumbuhan untuk kurun waktu 2000- 2007 sebesar 8,16. Dilihat dari sisi kontribusinya terhadap PDRB, sektor ini masih tergolong terbelakang. Namun dilihat dari rata-rata pertumbuhan tujuh tahun terakhir, sektor ini memiliki prospek yang baik. Faktor penyebabnya rendahnya kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB adalah belum adanya industri pengolahan berskala besar di Kabupaten Kutai Barat termasuk industri pengolahan hasil hutan seperti industri kayu lapis. Keberadaan industri pengolahan terhadap bahan baku yang berasal dari hasil pertanian, kehutanan dan pertambangan sangat dibutuhkan untuk memberi nilai tambah bagi komoditi unggulan daerah II - 22 K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5 tersebut serta nilai tambah tersebut dapat dinikmati oleh masyarakat dan pemerintah lokal. Industri pengolahan yang dimiliki Kabupaten Kutai Barat saat ini adalah industri berskala kecil yang dijalankan oleh masyarakat. d. Sektor Listrik, Gas dan Air Kontribusi sektor listrik, air dan gas terhadap PDRB masih sangat rendah. Untuk kurun waktu 2000-2007, sektor ini hanya memberi kontribusi rata-rata sebesar 0,2 persen dari PDRB. Namun demikian rata-rata pertumbuhan sektor ini untuk kurun waktu yang sama, lebih tinggi dari rata- rata tingkat pertumbuhan PDRB, yaitu 12,49 persen dibanding dengan 8,56 persen. Besarnya rata-rata pertumbuhan tersebut akibat tingginya pertumbuhan sektor ini pada tahun 2004, yaitu sebesar 79,44 persen. Pertumbuhan pada tahun-tahun berikutnya jauh lebih kecil, bahkan sempat mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2006 sebesar -2,46 Sektor tersebut didominasi oleh sub sektor listrik. e. Sektor BangunanKonstruksi Sektor bangunankonstruksi rata-rata menyumbang sebesar 12,17 persen setiap tahun dari PDRB Kabupaten Kutai Barat untuk periode 2000- 2007. Sektor ini memiliki rata-rata tingkat pertumbuhan untuk periode yang sama sebesar 13,10 persen. Tingkat pertumbuhan ini merupakan tingkat pertumbuhan tertinggi dibanding sektor yang lainnya. Untuk melihat konsentrasi pertumbuhan sektor BangunanKonstruksi dapat menggunakan pendekatan pertumbuhan daya listrik tersambung. Keduanya memiliki korelasi positif yang erat. Pertumbuhan daya listrik tersambung terkonsentrasi di wilayah Melak sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan sektor BangunanKonstruksi juga terkonsentrasi di wilayah tersebut. f. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi memberi kontribusi sangat rendah terhadap PDRB Kabupaten Kutai Barat, yaitu rata-rata sebesar 1,49 persen untuk kurun waktu 2000-2007. Demikian juga rata-rata II - 23 K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5 pertumbuhannya relatif rendah bila dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan PDRB. Untuk kurun waktu di atas, rata-rata pertumbuhan sektor ini hanya sebesar 7,75 persen. g. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Kontribusi sektor ini terhadap PDRB Kabupaten Kutai Barat masih relatif rendah, yaitu rata-rata sebesar 7,56 persen untuk kurun waktu 2000- 2007. Namun demikian tingkat pertumbuhan sektor ini secara rata-rata untuk kurun waktu yang sama lebih besar dari pertumbuhan PDRB, yaitu sebesar 10,09 persen. Pertumbuhan sektor lebih banyak ditunjang oleh keberadaan perusahaan tambang yang beroperasi di wilayah Kabupaten Kutai Barat. Kondisi umum dari sub sektor yang ada pada sektor ini menunjukkan bahwa pada sub sektor perdagangan didominasi oleh perdagangan bahan pokok dan dijalankan oleh usaha berskala kecil. Sub sektor hotel pada periode 2003-2004 terjadi kenaikan jumlah penginapan, yaitu dari 41 menjadi 45 unit dan pada tahun 2007 meningkat lagi menjadi 59 unit dengan jumlah kamar 539. Untuk sub sektor restoran didominasi oleh usaha kecil yang dapat dikategorikan sebagai warung makan, dengan jumlah sebanyak 59 unit warung makan, serta terdapat pula 41 restoran. h. Sektor Keuangan, Penyewaan dan Jasa Perusahaan Sektor keuangan, penyewaan dan jasa perusahaan merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi yang rendah bagi PDRB Kabupaten Kutai Barat. Untuk kurun waktu 2000-2007, sektor ini hanya memberi kontribusi rata-rata sebesar 2,32 persen. Walaupun demikian, sektor ini memiliki tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu rata-rata 10,39 persen untuk kurun waktu di atas dimana angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB. Sub sektor yang mendominasi sektor ini adalah sub sektor Sewa Bangunan. Sub sektor ini memberikan kontribusi di atas 90 persen. Untuk sub sektor Bank, meski kontribusinya jauh di bawah sub sektor Sewa Bangunan, namun rata-rata pertumbuhan tiap tahunnya cukup tinggi, yaitu II - 24 K A B U P A T E N K U T A I B A R A T 2 0 0 5 - 2 0 2 5 sebesar 15,93, lebih tinggi dari sektornya yang 10,39. Data yang ada memperlihatkan bahwa dana masyarakat yang terhimpun meningkat signifkan sejak tahun 2001, namun terjadi penurunan pada tahun 2004. Tabel 2.14. Jumlah Dana Masyarakat Yang Terhimpun di Kabupaten Kutai Barat, 2001-2007 dalam jutaan Rupiah Tahun Jenis Dana Juta Rp Jumlah Giro Simpanan Berjangka Tabungan 2001 112.382 2.238 16.853 131.473 2002 8.1.141 4.359 59.117 144.617 2003 104.102 4.744 68.747 177.593 2004 79.403 2.046 66.771 148.220 2005 107.430 6.417 71.738 185.585 2006 246.030 6.364 70.133 322.527 2007 189.641 6.446 139.206 335.293 Rata-rata Pertumbuhan

9.11 19.28