1.6.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yang bermaksud menggambarkan secara
terperinci mengenai kegiatan tradisi religi suluk, selain melihat suluk sebagai suatu jenis ekspresi tradisi religi, juga akan melihat suluk sebagai suatu
keseluruhan, hal ini sejalan dengan Goodenough 1970:101 : “When I speak of describing a culture, then formulating a set of
standards that will meet this critical test is what I have in mind. There are many other things, too, that we anthropologists wish to
know and try to describe. We have often reffered to these other things as culture, also consequently.”
“Ketika berbicara tentang deskripsi budaya, kemudian mengembangkan serangkaian standar yang akan memenuhi
pengujian penting apa yang saya miliki dalam pikiran. Ada juga banyak hal lain yang kita tahu dan antropolog ingin mencoba untuk
menjelaskan. Karenanya juga, kita sering dirujuk ke hal-hal lain seperti budaya.”
Pendekatan penelitian yang digunakan peneliti adalah orientasi teoritik dalam bentuk kualitatif. Dalam pendekatan kualitatif, cara-cara memainkan, cara-
cara pandang, ataupun ungkapan-ungkapan emosi dari masyarakat yang diteliti mengenai suluk justru digunakan sebagai data dalam penelitian ini.
Penelitian yang akan dilakukan ini merupakan bentuk penelitian lapangan yang bersifat deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif melalui serangkaian
alur proses observasi atau pengamatan terlibat dan tidak-terlibat yang tergantung pada kondisi di lapangan penelitian, dan proses wawancara bebas yang berusaha
menggali informasi secara lebih dalam kepada informan penelitian serta studi literatur yang berkaitan dengan arah penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan metode etnografi, Beatty 1999:84
Universitas Sumatra Utara
mengungkapkan mengenai metode tersebut, bahwa :
“An ethnography, if it is to reflect this complexity, cannot limit itself to a single event or a single perspective, be it that of the host
or even of the observer. Of necessity it is a reconstruction of various perspectives of different participants, and of various related
events.” “Etnografi, jika untuk mencerminkan kompleksitas ini, tidak bisa
membatasi diri pada bentuk tunggal atau perspektif tunggal, bisa jadi tuan rumah atau bahkan pengamat. Kebutuhan itu adalah
rekonstruksi berbagai perspektif peserta yang berbeda, dan berbagai peristiwa terkait.”
Metode etnografi dalam penelitian bertujuan untuk mendapatkan beragam perspektif dari proses partisipasi yang berbeda dan beragam hubungan lainnya.
Selain itu, Cerwonka 2007 juga menambahkan bahwa etnografi merupakan : “Ethnography as a means of producing nontotalizing theoretical
insights about interconnected contemporary, local practices and global processes.”
“Etnografi sebagai sarana memproduksi wawasan teoritis yang tak terjumlahkan yang saling berkaitan dengan kontemporer, praktek
lokal dan proses-proses global.”
Etnografi sebagai metode oleh Marcus 1986:20 dibagi pada dua bagian, yaitu :
“One is the capturing of cultural diversity, mainly among tribal and non-Western peoples, in the now uncertain tradition of
anthropologys nineteenth-century project. The other is a cultural critique of ourselves, often underplayed in the past, but having
today a renewed potential for development.” “Salah satunya adalah menangkap keragaman budaya, terutama di
kalangan suku-suku asli dan non-Barat, dalam tradisi sekarang pasti proyek abad kesembilan belas antropologi. Yang lainnya
adalah kritik budaya sendiri, sering meremehkan di masa lalu, tetapi memiliki potensi baru untuk pengembangan.”
Universitas Sumatra Utara
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data