BAB II LETAK DAN LOKASI PENELITIAN
2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini terletak di Besilam adalah sebuah perkampungan yang terletak di wilayah Sumatera Utara lebih tepatnya di daerah Kabupaten
Langkat, Kecamatan Padang Tualang, sekitar 65 km dari kota Medan.
Gambar 1 Tugu Pintu Masuk Desa Babussallam
Sumber: Penulis
Secara etimologis, Besilam berarti pintu kesejahteraan. Kampung ini pertama sekali dibangun oleh Almarhum Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan
atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tuan Guru Babussalam. Ia adalah seorang Ulama dan pemimpin Tarekat Naqsabandiyah. Di desa ini terdapat makam Syekh
Abdul Wahab Rokan yang dikenal juga dengan Syekh Besilam yang merupakan
Universitas Sumatra Utara
murid dari Syekh Sulaiman Zuhdi di Jabal Qubais Mekkah.
Gambar 2 Makam Syekh Abdul Wahab Rokan
Sumber: Penulis
Gambar 3 Mesjid Madrasah Didesa Besilam
Sumber: Penulis
Universitas Sumatra Utara
Mengutip Said 1976:54 mengatakan bahwa : “Kata-kata “Babussalam” berasal dari bahasa Arab, terdiri dari dua
buah kata, yaitu “Bab” dan “Salam”. “Bab” artinya “pintu” dan “Salam” artinya “keselamatan” dan “kesejahteraan”. Mungkin
dinamakannya tempat itu dengan “Babussalam”, semoga penduduknya beroleh kesejahteraan dan keselamatan dunia dan
akhirat. Atau karena teringat kepada salah satu pintu Masjidil Haram, Mekah, yang acapkali dilalui beliau. Belakangan daerah ini
terkenal dengan sebutan “Kampung Besilam.”
Tampak sekilas, Desa Besilam mirip dengan sebuah pesantren yang terpencil, teduh, asri dan damai. Terlihat ada Mesjid utama dan sebuah bangunan
berkubah lengkung disebelah masjid, sebuah bagunan utama dari kayu hitam yang besar dengan gaya rumah panggung serta beberapa bangunan tambahan lainnya.
Gambar 4 Lokasi Kegiatan Suluk
Sumber : Penulis
Gambar 5
Universitas Sumatra Utara
Para pengikut Tarekat Naqsabandiyah Sumber : Penulis
Selain terdapat makam beliau, dikampung ini juga merupakan pusat penyebaran Tharikat Naqsybandiah Babussalam yang sekarang dipimpin oleh
tuan Guru Syekh H. Hasyim Al-Syarwani atau lebih dikenal Tuan Guru Hasyim. Nama lengkap Syeikh Abdul Wahhab bin `Abdul Manaf bin Muhammad
Yasin bin Maulana Tuanku Haji Abdullah Tembusai. Lahir 19 Rabiulakhir 1230 H28 September 1811 M. Wafat di Babussalam, Langkat, pada hari Jumat, 21
Jamadilawal 1345 H27 Desember 1926 M. Ayahnya bernama Abdul Manaf bin Muhammad Yasin bin Maulana
Tuanku Haji Abdullah Tambusei, seorang ulama besar yang abid dan cukup terkemuka pada saat itu, sedangkan ibunya bernama Arbaiyah binti Datuk Dagi
bin Tengku Perdana Menteri bin Sultan Ibrahim yang memiliki pertalian darah dengan Sultan Langkat. Syekh Abdul Wahab meninggal pada usia 115 tahun pada
21 Jumadil Awal 1345 H atau 27 Desember 1926 M. Salah satu kekhasan Syekh Abdul Wahab dibanding dengan sufi-sufi lainnya
adalah bahwa ia telah meninggalkan lokasi perkampungan bagi anak cucu dan murid-muridnya. Daerah yang bernama Babussalam atau Besilam ini
dibangun pada 12 Syawal 1300 H 1883 M yang merupakan wakaf muridnya sendiri Sultan Musa al-Muazzamsyah, Raja Langkat pada masa itu. Disinilah ia
menetap, mengajarkan Tarekat Naqsyabandiyah sampai akhir hayatnya. Di sela-sela kesibukannya sebagai pimpinan Tarekat Naqsyabandiyah,
Syekh Abdul Wahab masih menyempatkan diri untuk menuliskan pemikiran sufistiknya, baik dalam bentuk khutbah-khutbah, wasiat, maupun syair-syair yang
Universitas Sumatra Utara
ditulis dalam aksara Arab Melayu. Tercatat ada dua belas khutbah yang ia tulis dan masih terus diajarkan pada jamaah di Babussalam. Sebagian khutbah-khutbah
tersebut, enam buah diantaranya diberi judul dengan nama-nama bulan dalam tahun Hijriyah yakni Khutbah Muharram, Khutbah Rajab, Khutbah Syaban,
Khutbah Ramadhan, Khutbah Syawal dan Khutbah Dzulqadah. Dua khutbah lain tentang dua hari raya yakni Khutbah Idul Fitri dan Khutbah Idul Adha. Sedangkan
empat khutbah lagi masing-masing berjudul Khutbah Kelebihan Jumat, Khutbah Nabi Sulaiman, Khutbah Ular Hitam dan Khutbah Dosa Sosial.
Karya tulis Syekh Abdul Wahab dalam bentuk syair, terbagi pada tiga bagian yakni Munajat, Syair Burung Garuda dan Syair Sindiran. Syair Munajat
yang berisi pujian dan doa kepada Allah, sampai hari ini masih terus dilantunkan di Madrasah Besar Babussalam oleh setiap muazzin sebelum azan
dikumandangkan. Walaupun Tuan Syekh Abdul Wahab Rokan bukanlah sosok yang terkenal
dalam pergerakan melawan imperialisme Belanda, tapi ia aktif dalam mengarahkan strategi perjuangan non fisik sebagai upaya melawan sistem
kolonialisme. Ia mengirim utusan ke Jakarta untuk bertemu dengan H.O.S. Tjokroaminoto dan mendirikan cabang Syarikat Islam di Babussalam di bawah
pimpinan H. Idris Kelantan. Nama Tuan Syekh Abdul Wahab Rokan sendiri tercantum sebagai penasihat organisasi.
Beliau juga pernah ikut terlibat langsung dalam peperangan melawan Belanda di Aceh pada tahun 1308 H. Konon menurut cerita dari pihak Belanda
yang pada saat itu sempat mengambil fotonya, Tuan Syekh Abdul Wahab Rokan
Universitas Sumatra Utara
mampu terbang di angkasa, menyerang dengan gagah perkasa dan tidak dapat ditembak dengan senapan atau meriam.
Sebagai seorang yang sangat dipuja pengikutnya, Tuan Syekh Abdul Wahab Rokan cukup dikeramatkan oleh penduduk setempat. Sejumlah cerita keramat
tentang beliau yang cukup populer di kalangan masyarakat Langkat, diantaranya pada suatu masa pihak Belanda merasa curiga karena ia tidak pernah kekurangan
uang. Lantas mereka menuduhnya telah membuat uang palsu. Ia merasa sangat tersinggung sehingga ia meninggalkan Kampung Babussalam dan pindah ke
Sumujung, Malaysia. Sebagai informasi, pada saat itulah kesempatan beliau mengembangkan tarekat Naqsabandiyah di Malaysia. Selama kepergiannya itu,
konon sumber-sumber minyak BPM Batavsche Petroleum Matschapij sekarang Pertamina di Langkat menjadi kering. Kepah dan ikan di lautan sekitar Langkat
juga menghilang sehingga menimbulkan kecemasan kepada para penguasa Langkat. Akhirnya ia dijemput dan dimohon untuk menetap kembali di
Babussalam. Setelah itu sumber minyak pun mengalir dan ikan-ikan bertambah banyak di lautan. Kaum buruh dan nelayan senang sekali.
Sesudah beliau wafat, banyak orang yang berziarah dan bernazar ke kuburnya. Bertepatan dengan hari wafat Tuan Guru Syeikh Abdul Wahab Rokan
diadakan acara haul besar peringatan wafat Tuan Guru Pertama, yakni pada tanggal 21 Jumadil Awal setiap tahunnya.
Pada saat acara inilah datang ribuan murid dan peziarah dari seluruh pelosok Asia dan Indonesia ke Besilam. Di hari pertama dan kedua haul, pada
malam hari seusai salat Isya, para khalifah sebutan pengikutnya dan peziarah
Universitas Sumatra Utara
melakukan dzikir di depan makam Tuan Guru Syeikh Abdul Wahab Rokan. Peziarah datang ke sini selain untuk mengikuti acara dzikir bersama di makam
Tuan Guru, juga bersilaturahmi dengan penerus Tuan Guru Besilam. Di saat ini pulalah desa Besilam yang biasanya teduh dan tenang mendadak menjadi sibuk
karena datangnya ratusan bis ke sana membawa ribuan wisatawan, khalifah dan peziarah.
2.2 Letak Geografis Besilam