Tarekat SULUK DI BESILAM

BAB 3 SULUK DI BESILAM

Kegiatan suluk atau khalawat adalah suatu bentuk kegiatan yang sederhana dapat disebut sebagai kegiatan yang bertujuan mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, dalam konteks ini kegiatan suluk atau khalawat akan dijelaskan kaitannya dengan aspek sejarah, bentuk dan lain-lain sebagai bagian dari usaha pendeskripsian yang utuh dan menyeluruh mengenai kegiatan suluk.

3.1 Tarekat

Tarekat 17 Tarekat menurut pengertian bahasa berarti jalan, aliran, cara, garis, kedudukan tokoh terkemuka, keyakinan, mazhab, sistem kepercayaan dan agama. Berasaskan tiga huruf yaitu huruf Ta, Ra dan Qaf. Ada Masyaikh yang menyatakan bahwa huruf Ta bererti Taubat, Ra berarti Redha dan Qaf berarti Qana’ah. Lafaz jamak bagi Tarekat ialah Taraiq atau Turuq yang berarti tenunan atau thariqat adalah suatu bentuk kegiatan yang berkembang dari kalangan ulama ahli tasawwuf, yang berarti sebagai jalan atau petunjuk dalam melakukan sesuatu bentuk ibadah yang sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Petunjuk dan jalan tersebut dicontoh dari Rasulullah SAW dan dikerjakan oleh para sahabatnya, petunjuk atau jalan tersebut secara terus-menerus dan turun-temurun dilakukan hingga saat ini. 17 Terdapat beragam penyebutan tarekat seperti tarikat, thariqat. Perbedaan penyebutan tersebut tidak menyebabkan arti yang berbeda karena memiliki makna yang sama yaitu sebagai jalan ibadah. Dalam penulisan ini kata tarekat, tarikat dan thariqat akan dipergunakan secara bergantian untuk menunjukkan keberagaman penyebutan yang ada dalam kehidupan masyarakat. Universitas Sumatra Utara dari bulu yang berukuran 4 empat hingga 8 delapan hasta dan dipertautkan sehelai demi sehelai. Tarekat juga berarti garisan pada sesuatu seperti garis-garis yang terdapat pada telur dan menurut Al-Laits Rahmatullah ‘alaih, Tarekat ialah tiap garis di atas tanah, atau pada jenis-jenis pakaian. Tarekat menurut Grof 1996 dapat juga disebut sebagai bentuk tradisi agung spiritualitas timur merupakan salah satu aspek dari agama yang berusaha menggali lebih dalam mengenai pengalaman-pengalaman spiritual dibandingkan hanya mendukung dogma atau doktrin agama. Tarekat secara harfiah berarti “jalan” mengacu kepada suatu sistem latihan meditasi maupun amalan-amalan yang dihubungkan dengan sederet guru sufi. Tarekat juga berarti organisasi yang tumbuh seputar metode sufi yang khas. Pada masa permulaan, setiap guru sufi dikelilingi oleh lingkaran murid mereka dan beberapa murid ini kelak akan menjadi guru pula. Boleh dikatakan bahwa tarekat itu mensistematiskan ajaran-ajaran dan metode tasawuf. Guru tarekat yang sama mengajarkan metode yang sama, zikir yang sama, muraqabah meditasi yang sama. Seorang pengikut tarekat akan memperoleh kemajuan melalui sederet amalan-amalan berdasarkan tingkat yang dilalui oleh semua pengikut tarekat yang sama, dari pengikut biasa mansub menjadi murid tamid selanjutnya pembantu Syekh atau wakil guru khalifah-nya dan akhirnya menjadi guru yang mandiri mursyid Bruinessen dalam Mulyati, 2006a. Seorang pengikut tarekat ketika melakukan amalan-amalan tarekat berusaha mengangkat dirinya melampaui batas-batas kediriannya sebagai manusia dan mendekatkan diri ke sisi Allah. Dalam pengertian ini sering kali perkataan Universitas Sumatra Utara tarekat dianggap sinonim dengan istilah tasawuf, yaitu dimensi esoteris dan aspek yang mendalam dari agama Islam Dhofier dalam Mulyati, 2006a. Di kalangan barat, istilah tasawuf lebih dikenal dengan sebutan sufisme Mustofa, 2005. Sebagai istilah khusus, perkataan tarekat lebih sering dikaitkan dengan “suatu organisasi tarekat”, yaitu suatu kelompok organisasi yang melakukan amalan- amalan tertentu dan menyampaikan suatu sumpah yang formulanya telah ditentukan oleh pimpinan organisasi tarekat tersebut. Dalam tradisi pesantren di Jawa, istilah tasawuf semata-mata dalam kaitan aspek intelektual dari “jalan- tarekat” itu. Sedangkan aspeknya yang bersifat etis dan praktis diistilahkan dengan tarekat Dhofier dalam Mulyati, 2006a. Tarekat sebagai jalan atau petunjuk dalam melakukan ibadah hingga saat ini berkembang dengan pesat terbukti dengan banyaknya tarekat yang ada hingga saat ini. Amar 1980:25 menuliskan bahwa terdapat beberapa tarekat yang dikenal saat ini dan wilayah penganutnya, yaitu : 1. Tarekat qadiriyah, tarekat yang dibentuk oleh Syekh Abdul Qadir Al- Jaelani yang lahir di Baghdad, Irak pada tahun 470 Hijriyah 18 2. Tarekat rifaiyyah, adalah tarekat yang didirikan oleh Syekh Ahmad bin Abdul Hasan Ar-Rafii dengan penganut terbanyak berada diwilayah Maroko dan Aljazair. Syekh Ahmad bin Abdul Hasan Ar-Rafii wafat pada tahun 570 Hijriyah dan wafat pada tahun 561 H 1164 Masehi. Kegiatan tarekat qadiriyah memiliki penganut terbanyak diwilayah India, Afganistan, Baghdad dan Indonesia. 18 Sistem penanggalan dalam Islam dikenal dengan sistem penanggan hijriyah yang berbeda dengan sistem penanggalan secara masehi. Sistem penanggalan hijriyah didasarkan pada penghitungan peredaran bulan sedangkan penanggalan masehi didasarkan pada peredaran matahari. Universitas Sumatra Utara 1175 Masehi. 3. Tarekat sahrawardiyah, merupakan tarekat yang didirikan oleh Syekh Abdul Hasan Ali bin Al-Sahrawardi yang meninggal pada tahun 638 Hijriyah 1240 Masehi dengan pengikut terbanyak berada diwilayah Afrika. 4. Tarekat syadziliyah, adalah sebentuk tarekat yang didirkan oleh Syekh Abdul Hasan Ali bin Abdullah bin Abdul Jabar Al-Syadzili dengan pengikut terbanyak berada diwilayah Afrika. Syekh Abdul Hasan Ali bin Abdullah bin Abdul Jabar Al-Syadzili meninggal dunia pada 655 Hijriyah 1256 Masehi. 5. Tarekat ahmadiyah, tarekat yang berkembang diwilayah Maroko ini didirikan oleh Syekh Ahmad Badawy yang meninggal pada 675 Hijriyah 1276 Masehi. 6. Tarekat maulawiyah, adalah bentuk tarekat yang didirikan oleh Syekh Maulana Jalaludin Ar-Rumi yang meninggal pada 672 Hijriyah 1273 Masehi, dengan pengikut berada diwilayah Turkistan dan Turki. 7. Tarekat naqsyabandiyah, adalah tarekat yang didirikan oleh Syekh Muhammad bin Muhammad Bahauddin Bukhari yang meninggal pada 791 Hijriyah 1391 Masehi, dengan pengikut terbanyak berada diwilayah Afrika, Malaysia dan Indonesia Sumatera, Jawa dan Madura. 8. Tarekat haddadiyah, yang didirikan oleh Syekh Abdullah Balawy Hadda Al-Hamdany, dengan pengikut terbanyak berada diwilayah Jazirah Arab dan Malaysia. Syekh Abdullah Balawy Hadda Al-Hamdany meninggal dunia pada 1095 Hijriyah. Universitas Sumatra Utara Keberagaman kegiatan tarekat tersebut memberikan pandangan bahwa menjalankan kegiatan ibadah terdapat perbedaan-perbedaan bentuk yang dipengaruhi oleh keadaan wilayah kultural masing-masing. Perbedaan tarekat tersebut juga tidak menimbulkan konflik diantara tarekat, karena pada dasarnya kegiatan tarekat adalah kegiatan ibadah menemukan jalan dan petunjuk untuk mendekatkan diri dengan Allah SWT. Kegiatan tarekat sebagai bagian dari kegiatan ibadah memiliki beberapa tujuan, tujuan melakukan tarekat ini secara umum adalah semata-mata mengharapkan keridhoan dari Allah SWT, adapun tujuan-tujuan yang hendak diperoleh dari kegiatan tarekat adalah : 1. dengan mengamalkan tarekat berarti seorang individu telah mengadakan latihan terhadap jiwa individu tersebut dan berjuang melawan hawa nafsu serta membersihkan diri dari sifat-sifat yang tercela dan kemudian setelah proses pembersihan diri tersebut diharapkan jiwa individu tersebut akan diisi oleh beragam sifat dan sikap yang terpuji. 2. melalui kegiatan tarekat akan diperoleh suatu bentuk rasa mengingat kepada Allah SWT sebagai Dzat Yang Maha Besar dan Maha Kuasa, dengan mengingat Allah SWT maka individu akan sadar akan keberadaannya sebagai bagian mahluk hidup ciptaanNya. 3. dengan adanya sikap mengingat Allah SWT maka dalam diri individu tersebut akan timbul rasa takut kepadaNya dan berfungsi untuk mencegah seorang individu tersebut dari pengaruh duniawi. Universitas Sumatra Utara 4. seluruh kegiatan tarekat dilakukan dalam keadaan ihklas sehingga akan tercapai tujuan dari mengikuti kegiatan tarekat. Gambar 6 Proses Mengikuti Tarekat dan Suluk Sumber : Penulis Tujuan-tujuan tarekat tersebut menuntun seorang individu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, adapun landasan pengamalan tarekat dalam Islam dengan mengutip Alquran surat Al Jin ayat 16 yang berarti : “Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu agama Islam, benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar rezeki yang banyak”. Universitas Sumatra Utara Ayat ini oleh para ulama ahli Tarekat dijadikan pegangan hukum dasar melaksanakan amalan-amalan yang diajarkan. Meskipun masih ada sebahagian orang yang menentang dijadikannya ayat ini sebagai dasar hukum Tarekat. Kemudian dari sisi materi pokok amalan Tarekat yang berupa wirid zikrullah berzikir, sesuai firman Allah dalam Qur’an sebagai berikut : “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah dengan menyebut nama Allah; zikir yang sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah kepada-Nya waktu pagi dan petang Q.S. Al-Ahzab: 41-42”. Memperhatikan ayat di atas, maka dengan jelas Allah telah memerintahkan kepada semua orang yang beriman untuk tetap senantiasa berzikir dengan menyebut asma Allah. Kegiatan ini dilakukan sepanjang waktu, siang atau malam, pagi atau petang. Aliran Tarekat mendekatkan faham tersebut dengan melakukan berbagai cara, mulai dengan melakukan tarian untuk merasakan gerakan jiwa, merasakan ketentraman hati tatkala berzikir dan mengikhlaskan harta pada saat sedekah. Semua ini dilatih agar dapat mencapai tingkat kepasrahan kepada Yang Maha Pengasih. Walaupun sedikit kontroversial tetapi inilah jalan yang ditempuh oleh para sufi agar dapat lebih ikhlas, sabar dan bersyukur akan nikmat yang diberikan Allah SWT. Seorang informan penelitian, Zulfirman 32 Tahun mengatakan bahwa : “Kegiatan tarekat merupakan bentuk kegiatan yang paling sederhana yang dilakukan oleh seorang individu untuk membersihkan diri dan jiwa serta mendekatkan diri kepada Allah SWT.” Keterangan informan tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan tarekat adalah bentuk sederhana dari kegiatan yang dilakukan oleh individu dalam tujuan Universitas Sumatra Utara membersihkan jiwa dan diri untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, kegiatan tarekat dapat juga disebut sebagai bentuk ibadah umum lainnya seperti sholat, dzikir dan berdoa. 3.2 Tarekat Naqsabandiyah Naqsyabandiyah adalah nama salah satu Tarekat dari sahabat rasullullah Abu Bakar Siddik Ra dan didirikan oleh Sayyid Shah Muhammad Bahauddin Naqshband Al-Bukhari Al-Uwaisi Rahmatullah pada bulan Muharram tahun 717 Hijrah bersamaan 1317 Masehi yaitu pada abad ke 8 delapan Hijrah bersamaan dengan abad ke 14 empat belas Masehi di sebuah perkampungan bernama Qasrul ‘Arifan Bukhara. Naqsyabandiah terdiri dari 2 kata : Naqs berarti lukisan, ukiran, peta atau tanda. Band berarti terpahat, terlekat, tertampal atau terpatri. Naqsyaband berarti “ukiran yang terpahat” dan maksudnya adalah mengukirkan kalimah Allah Subhana Wa Ta’ala dihati sanubari sehingga benar-benar terpahat dalam pandangan mata hati yakni pandangan Basirah. Tarekat naqsabandiyah adalah bentuk kegiatan tarekat yang cukup dikenal di beberapa wilayah di Indonesia, seperti di wilayah Sumatera, Jawa dan Madura. Adapun dalam kegiatan sehari-hari, tarekat naqsabandiyah memiliki beberapa bentuk kegiatan amalan, seperti mengasingkan diri dengan beramal dan berdzikir dalam kurun waktu tertentu 10 hari, 20 hari dan 40 hari serta tidak mengkonsumsi daging pada saat tertentu. Proses beramal dan berdzikir dengan durasi waktu tertentu merupakan perwujudan dari proses kehidupan manusia yang tidak serta-merta dapat menjadi Universitas Sumatra Utara sesuatu tanpa melalui proses. Dengan adanya durasi waktu tersebut maka seorang individu yang mengikuti kegiatan suluk setidaknya dapat mempelajari dan mengikuti setiap kegiatan ibadah dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Gambar 7 Jumlah Hari dalam Pelaksanaan Kegiatan Suluk Sumber: Penulis Aliran Tarekat Naqsyabandiah adalah tarekat dengan jalan melakukan amalan dengan mengasingkan diri berkhalwat dari keramaian dan melakukan zikir sampai ribuan kali setiap harinya. Mengasingkan diri ini dilakukan Universitas Sumatra Utara mencontoh aktifitas yang dilakukan Rasul ketika menerima wahyu dari Allah yang disampaikan oleh malaikat Jibril di gua Hira. Berdasarkan sejarah inilah para penganut Tarekat Naqsyabandiah melakukan zikir di suatu tempat yang dinamakan dengan suluk. Tarekat Naqsyabandiah ini salah satu yang terkenal di Nusantara dan Dunia Islam adalah Tarekat Naqsyabandiah Babussalam Langkat, Sumatera Utara, Indonesia. Pada Tarekat Naqsyabandiah Babussalam ini, ada amalan-amalan berupa zikir yang disebut suluk tadi, haul 19 Yang menarik secara religius adalah bahwa di dalam Tarekat Naqsyabandiah Babussalam ini terdapat aktivitas munajat. Secara etimologis munajat artinya adalah doa atau permohonan doa, merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari ritual ibadah oleh agama dan kepercayaan manapun. Melalui perantaraan doa, setiap individu meminta kepada yang kuasa tentang segala hal yang diinginkannya. Oleh karena meminta adalah suatu proses mengharapkan akan sesuatu maka di dalam memanjatkan doa setiap individu, kelompok maupun suatu agama tertentu memiliki aturan, persepsi, dan syarat yang dianggap wajib dilakukan agar doa tersebut terkabulkan. Demikian pula halnya pada aliran sufistik Tarekat Naqsyabandiah yang memiliki cara yang berbeda dalam yaitu memperingati hari wafatnya Tuan guru Syekh Abdul Wahab Rokan Khalidy Naqsyabandy, salat berjamaah, tausyiyah ceramah siraman rohani agama oleh para ulama Tarekat ini, azan untuk memulakan salat, penggunaan nakus kentongan sebelum masuknya azan. 19 Istilah haul dikenal juga sebagai singkatan dari hari ulang tahun, dan istilah ini lazim dipergunakan dalam bentuk-bentuk kegiatan memperingati hari lahir yang berkaitan dengan agama. Haul dalam konteks Suluk Naqsabandiyah selalu ramai diikuti oleh para jemaah ketika pada hari haul Tuan Guru dan menjelang perayaan Idul Adha. Universitas Sumatra Utara menyampaikan doanya. Pada praktik kegiatan tarekat naqsabandiyah di Desa Besilam yang diikuti oleh beragam individu dengan beragam latar belakang, durasi waktu mengasingkan diri atau berkhalwat atau bersuluk terkadang tidak mencapai 10 hari tapi adakalanya peserta atau individu yang mengikuti kegiatan suluk hanya mampu bertahan selama 3 hari 20 Secara sederhana suluk dapat diartikan sebagai bentuk perjalanan jiwa seorang manusia dalam usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT, kata suluk sendiri berasal dari terminologi bahasa Arab “salaka” yang berarti sebagai melakukan suatu perjalanan. Untuk menguatkan pendapat tersebut, didalam Al- , hal ini dikemukakan oleh Abdul 27 Tahun yang memiliki latar belakang sebagai pelajarmahasiswa perguruan tinggi yang hanya menjalani kegiatan suluk selama 3 hari saja. Abdul 27 Tahun mengatakan bahwa : “ ... ikut suluk kupikir mudah, kenyataannya sangat payah melakukannya apalagi aku mahasiswa masih muda, masih suka terikut gaya trend. Susahlah pokoknya, gak sanggup kalo gitu.” Pernyataan informan tersebut setidaknya menyiratkan bahwa dikalangan generasi muda sekarang ini sudah memiliki ketertarikan terhadap kegiatan suluk walaupun pada kenyataannya terdapat kesulitan untuk dapat beradaptasi dengan kegiatan suluk tersebut, seperti kesulitan melepaskan diri dari aspek duniawi yang melingkupi kehidupan generasi muda.

3.3 Suluk