Kebudayaan Tarekat dan Suluk

bangun pada 12 Syawal 1300 H 1883 M yang merupakan wakaf seorang murid tarekat Almarhum Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tuan Guru Babussalam yaitu Sultan Musa al- Muazzamsyah, Raja Langkat pada masa itu. Pemilihan lokasi ini didasarkan beberapa hal, yaitu : 1. Adanya bentuk kegiatan tradisi religi suluk diwilayah tersebut, 2. Terdapat individu ataupun kelompok yang mengikuti kegiatan suluk, 3. Pada kenyataannya lokasi tersebut merupakan pusat penyebaran kegiatan tarekat di Indonesia, 4. Satu diantara kegiatan suluk yang masih bertahan dan dilakukan hingga saat ini.

1.5 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka sangat penting dalam menentukan jalannya suatu penelitian, walaupun tinjauan pustaka adalah suatu usaha untuk membatasi penelitian yang akan dilakukan tidak keluar dari maksud penelitian. Tinjauan pustaka dalam penelitian ini disusun secara sistematis agar secara runut dan teratur dideskripsikan untuk menjalankan penelitian.

1.5.1 Kebudayaan

Kebudayaan seperti dideskripsikan oleh Koentjaraningrat 1980:193 adalah : keseluruhan sistem gagasan atau ide, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia melalui proses belajar. Bergerak dari deskripsi kebudayaan ini, maka suluk dapat Universitas Sumatra Utara dikatakan sebagai hasil karya manusia, untuk menjadikan sebagai suatu hasil karya manusia diperlukan adanya proses penyampaian hasil karya tersebut kepada generasi selanjutnya, proses transmisi ini meliputi cara pandang, cara pembuatan maupun penggunaan yang dapat diperoleh melalui tiga wujud kebudayaan yang secara singkat dituliskan oleh Koentjaraningrat 1980:201-203 sebagai berikut, yaitu : wujud idegagasan, wujud sistem sosial serta wujud kebudayaan fisik.

1.5.2 Tarekat dan Suluk

Pada masa awal perkembangan Islam, tarekat masih belum muncul. Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad S.A.W. pada masa awal Islam dilaksanakan secara murni. Ketika Nabi wafat para sahabat dan tabiin masih tetap menjaga kemurnian ajaran Islam pada masa itu, sehingga amalan ibadah para sahabat dan tabiin disebut salaf al-saleh. 3 Pada abad pertama Hijriyah 4 3 Sri Mulyati, Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia Jakarta: Kencana, 2004, hlm. 6. mulai muncul perbincangan mengenai teologi, abad kedua Hijriyah muncul tasawwuf, dan menyebar ke berbagai daerah yang akhirnya tasawwuf mempunyai warna yang berbeda sesuai dengan pengaruh yang mewarnai pada saat itu, ada yang bermodel filsafat dan akhlak. Sesudah abad kedua Hijriyah gologan sufi mengamalkan amalan-amalan dengan tujuan mendekatkan diri taqarrub kepada Allah, dan kemudian para sufi membedakan tentang shariah, tariqah, haqiqat, dan marifat. Menurut para sufi shariah untuk memperbaiki amalan-amalan lahir, tariqah untuk memperbaki amalan-amalan batin hati, haqiqat untuk mengamalkan segala rahasia yang gaib, sedangkan 4 Sistem penanggalan dalam tradisi Islam yang dimulai ketika terjadi peristiwa hijrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad S.A.W. Dari Mekah menuju Madinah Wikipedia, http:id.wikipedia.orgwikiKalender_Hijriyah diakses pada 8 Maret 2013. Universitas Sumatra Utara marifat adalah tujuan akhir yaitu mengenal hakikat Allah baik zat, sifat maupun perbuatan-Nya. Orang yang sampai pada maqam tingkatantahapan marifat itu disebut wali dan mempunyai kemampuan luar biasa yang ia miliki, kemampuan itu disebut karomah atau supranatural, sehingga terkadang ada kejadian-kejadian pada dirinya yang tidak bisa dijangkau oleh akal sehat 5 Pada abad ke-5 Hijriyah atau 13 Masehi barulah waktu itu muncullah tarekat sebagai kelanjutan kegiatan kaum sufi sebelumnya. Ini ditandai dengan adanya silsilah tarekat yang selalu dihubungkan dengan nama pendiri atau tokoh- tokoh sufi, seperti Tarekat Qadiriyah yang dikembangkan oleh Syaikh Abdul Qodir Jailani, Tarekat Syadzaliyah dikaitkan dengan pendirinya yaitu Abu al- Hasan al-Shadhili, begitu juga dengan Tarekat Naqsyabandiyah yang dinisbatkan kepada Baha al-Din al-Naqsyabandi yang lahir pada abad ke 8 tepatnya 717 H.1318 M. dan meninggal pada tahun 791 H.1389 M . 6 Dalam perjalanannya, Tarekat Naqsyabandiyah merupakan tarekat yang mempunyai dampak dan pengaruh yang sangat besar terhadap masyarakat Muslim. Tarekat ini pertama kali berdiri di Asia Tengah kemudian ke Turki, Suriah, Afganistan, dan India. Dan untuk di Indonesia pertama kali yang membawa Tarekat Naqsyabandiyah adalah Syaik Yusuf al-Makassari 1626- 1699 . 7 dengan bukti dialah yang menulis silsilah Tarekat Naqsyabandiyah dalam kitab Safinah al-Najah 8 5 Sri Mulyati, Tarekat-Tarekat Muktabarah, hlm. 6 6 Sri Mulyati, Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia. 7 Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia Bandung: Mizan, 1996, hlm. 34. 8 Sri Mulyati, Tarekat-Tarekat Muktabarah, hlm. 94-95. Universitas Sumatra Utara Dalam sejarahnya, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia mengalami pasang surut sebagaimana yang dinyatakan oleh Van Bruinessen 1996 bahwa kecaman terhadap Tarekat Naqsyabandiyah sebagai ajaran bidah. Pertama, sekitar tahun 1852 kaum pembaru yang mempunyai posisi di Makkah seperti Salim ibnu Samir dan Sayyid Usman yang mengkritik para syehk- syekh an-Naqsyabandi yang dikatakan sebagai “guru-guru gadungan 9 ” selanjutnya kaum yang dianggap pembaharu tambah semakin gencar melakukan serangan-serangan terhadap Tarekat Naqsyabandiyah. Mereka mengutuk ajaran- ajaran dan amalan-amalan yang utama dalam Tarekat Naqsyabandiyah sebagai bidah dan syirik. Serangan utama menurut Martin datang dari Ahmad Khatib 1852-1915, seorang ulama Minangkabau yang mukim di Makkah, ia dikenal sebagai orang yang dahsyat kritikannya terhadap adat matrelinial sukunya sendiri 10 Ahmad Khatib bahkan berpendapat ajaran khusus yang diturunkan oleh Nabi Muhammad kepada Abu Bakar, dan terus turun termurun melalui rantai guru tarakat tidak dapat dipercaya, karena hal seperti itu katanya tidak dipernah disebut dalam sumber lain kecuali kitab-kitab Nasyabandiyah sendiri. Kemudian ia membahas bahwa berbagai amalan Naqsyabandiyah seperti: dhikir lataif , suluk khalwat, khatmi khawjgan, dan rabithah bi al-shaikh, tidak ada dasarnya pada apa yang diamalkan Nabi dan para Sahabat, sehingga amalan-amalan itu merupakan bentuk bidah . 11 Tidak lama setelah agitasi Ahmad Khatib, kaum pembaharu dari al-Azhar . 9 Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, hlm. 110. 10 Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, hlm. 111. 11 Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, hlm. 111-112. Universitas Sumatra Utara mulai menyebar di Indonesia, sehingga pengaruh tarekat betul-betul terdesak. Organisasi pembaharu seperti Muhammadiyah 1912 yang begitu kuat berada dibawah pengaruh pikiran-pikiran Muhammad Abduh, dan juga al-Irsyad 1913 dengan tegas menentang tarekat. Puncaknya yaitu pada tahun 1924 di mana Makkah sebagai pusat penyebaran Tarekat Naqsyabandiyah ditaklukkan oleh Abd al-Aziz ibn Saud dan dikuasai oleh golongan Wahabi yang anti terhadap tarekat 12 Pada masa awal perkembangan Islam, tarekat masih belum muncul, ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad S.A.W. pada masa awal Islam dilaksanakan secara murni. Ketika Nabi wafat para sahabat dan tabiin masih tetap menjaga kemurnian ajaran Islam pada masa itu, sehingga amalan ibadah para sahabat dan tabiin disebut salaf al-saleh. . 13 Pada abad pertama Hijriyah 14 Keterdesakan ajaran tarekat akibat kritikan dari kaum pembaharu menyebabkan guru-guru dari berbagai aliran tarekat mempersatukan diri, dan membetuk organisasi-organisasi Muslim tradisionalis sebagai tanggapan terhadap kaum pembaharu, tidak lama kamudian lahirlah NU pada tahun 1926 yang mempunyai basis utama di Jawa dan PERTI 1928 yang mempunyai basis di Minangkabau. Melalui organisasi NU dan PERTI di Indonesia sampai sekarang mulai muncul perbincangan mengenai teologi, abad kedua Hijriyah muncul tasawwuf, dan menyebar ke berbagai daerah yang akhirnya tasawwuf mempunyai warna yang berbeda sesuai dengan pengaruh yang mewarnai pada saat itu, dimana ada yang bermodel filsafat dan akhlak. 12 Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, hlm. 117. 13 Sri Mulyati, Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia Jakarta: Kencana, 2004, hlm. 6. 14 Sistem penanggalan dalam tradisi Islam yang dimulai ketika terjadi peristiwa hijrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad S.A.W. Dari Mekah menuju Madinah. Universitas Sumatra Utara ajaran Tarekat Naqsyabandiyah masih tetap bertahan dan menjadi wahana penyebarluasan tarekat 15 15 Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, hlm. 116 . Suluk sebagaimana didefinisikan oleh Bakar 1980:65 diartikan oleh sebahagian ulama sebagai jalan atau metode untuk melaksanakan segala bentuk ibadah dalam upaya mendekatkan diri kepada Tuhannya dan merupakan suatu tradisi dalam kehidupan tarekat, lebih lanjut Zahri 1976:251 memberi penjelasan bahwa suluk merupakan suatu tradisi dalam lingkup tarekat dengan jalan mengosongkan diri dari sifat-sifat buruk mazmumah, baik dari bentuk maksiat batin maupun bentuk maksiat lahir dan mengisinya dengan sifat yang terpuji mahmuda melalui taat secara lahir batin. Istilah suluk dalam terminologi bahasa Arab bermakna sebagai perjalanan, dengan kata kerja “salaka”, satu diantara makna kata kerja tersebut adalah menempuhi perjalanan. Penggunaan kata-kata tersebut dapat dijumpai dalam penggunaannya dalam Alquran maupun hadits, satu diantaranya terdapat dalam surat Taha ayat 53 yang berbunyi “... wa salaka lakum fiha subuulaa ...”. Orang yang melakukan perjalanan dinamakan sebagai “salik”, dalam tradisi tasawwuf, istilah ini dimaksudkan juga sebagai bentuk perjalanan rohani taqarrub mendekatkan diri kepada Allah. Dalam kegiatan suluk, biasanya seseorang akan melakukan pengasingan diri dari masyarakat uzlah, yang bermula dari tradisi Islam, yaitu ketika Rasulullah S.A.W. Mengasingkan diri ke gua Hira sebelum turunnya wahyu pertama. Universitas Sumatra Utara Kegiatan suluk bukanlah suatu kegiatan untuk sekedar mendapatkan nikmat duniawi dan akhirat ataupun memperoleh limpahan karunia Allah tetapi bertujuan untuk Allah S.W.T. Semata. Bahwa melalui jalan suluk, maka semua pelajaran-pelajaran yang dipelajari dari ilmu tasawwuf atau tarekat dengan izin Allah S.W.T akan di karuniakan, oleh sebab itu bagi mereka yang sudah memasuki tarekat Naqsabandiyah maka suluk merupakan bagian terpenting dan bahkan merasa wajib untuk melakukannya. Hal ini didasarkan pada dalil yang terdapat dalam surat An Nahl ayat 69 yang memiliki arti “tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan bagimu”. Secara umum, mereka yang berada dalam kegiatan tarekat memiliki pandangan dan anggapan bahwa menempuh jalan kepada Tuhan yaitu melalui jalan suluk, maka ahli tarekat dan tasawwuf berkesimpulan bahwa suluk merupakan jalan untuk merasa yakin dan sampai kepada Tuhan. Jalaluddin 1971:143 memberi arti suluk sebagai perjalanan yang ditentukan bagi orang-orang yang mencari Allah S.W.T dengan melalui beragam batas-batas dan tingkatan tertentu hingga sampai pada tujuan yang sebenarnya yaitu liqa bi allah berjumpa dengan Allah S.W.T.

1.5.3 Tradisi