BAB 4 KETENANGAN DIRI DALAM SULUK
Kegiatan suluk secara sederhana merupakan kegiatan yang dilakukan dalam usaha mencapai ketenangan batin dengan mendekatkan diri dan mengingat
Allah S.W.T, ketenangan dalam hal ini adalah bentuk ketenangan yang diperoleh secara psikologis didalam diri individu yang mengikuti kegiatan suluk.
4.1 Motivasi Mengikuti Kegiatan Suluk
Terdapat beragam motivasi bagi seorang individu untuk mengikuti kegiatan suluk, namun berdasarkan penelitian ini terdapat beberapa motivasi
utama yang mendorong seseorang untuk ikut dalam kegiatan suluk, yaitu kebutuhan terhadap keimanan, yang dalam hal ini diartikan sebagai bentuk
kekosongan jiwa seseorang terhadap apa yang diyakininya. Dalam kehidupan sekarang ini umum terjadi seseorang memiliki legalitas atas agama hanya sekedar
sebagai suatu bentuk identitas diri yang tidak sampai pada bentuk aplikasi ibadah, hal ini lazim diketemukan dalam kehidupan sehari-hari bahkan muncul istilah
seperti “Islam KTP”, yang berarti bahwa seseorang tersebut beragama Islam hanya sekedar diatas kartu keterangan penduduk tanpa menjalankan beragam
bentuk ibadah. Adapun motivasi lainnya adalah mencari ketenangan diri, adalah bentuk
ketenangan secara fisik dan spiritual yang dicari dan diinginkan oleh seorang individu, hal ini didorong oleh beragam hal seperti tekanan dalam pekerjaan
Universitas Sumatra Utara
stress, mencari ketenangan diri akibat perilaku yang buruk hingga kepada mencari ketenangan diri oleh karena faktor genetis.
Beberapa motivasi mengikuti kegiatan suluk yang telah diungkapkan tersebut memberikan gambaran mengenai kehidupan masa kini yang kompleks
dimana terdapat tekanan dalam kehidupan yang disebabkan oleh pekerjaan, lingkungan yang menyebabkan seseorang membutuhkan sesuatu hal yang dapat
dan mampu mengatasi hal tersebut. Untuk dapat menanggulangi masalah-masalah yang timbul dalam
kehidupan, seseorang pada umumnya akan membawa penyelesaian masalah tersebut kedalam ruang agama, dimana ruang agama diyakini dapat memberikan
solusi atas beragam tekanan dalam kehidupan, setidaknya penuturan salah seorang informan bernama Hamdan 32 Tahun meneguhkan hal tersebut melalui
pernyataan : “Paling enggak, setiap masalah yang kita alami dalam kehidupan
dapat diselesaikan melalui mendekatkan diri kepada Allah S.W.T., dan semua pertanyaan dalam hidup sudah memiliki jawaban
didalam Al-quran dan Hadits.” Lebih lanjut Hamdan 32 Tahun menambahkan bahwa :
“Setiap kegiatan manusia di dunia ini selalu memiliki akibat, yaitu cuman dua saja, dosa dan pahala. Kalau berbuat baik mendapatkan
pahala dan berbuat jahat mendapatkan dosa, tergantung manusia maunya pilih yang mana ?.”
Anggapan bahwa agama dapat menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan disebabkan adanya jaminan bahwa agama menjadi sebentuk pegangan
bagi seseorang dari lahir – hidup dan mati akhirat, dan agama juga memberikan kepastian mengenai perilaku yang buruk dan baik walaupun bentuk kepastian
Universitas Sumatra Utara
tersebut hidup dalam tingkatan iman yang tidak dapat diungkapkan secara verbal. Suluk sebagai suatu kegiatan yang diikuti untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT adalah bentuk kegiatan untuk mengatasi permasalahan kekosongan jiwa dan mencari ketenangan diri, merunut pada Frazer Koentjaraningrat,
2002:196-197 yang mengatakan bahwa terdapat keterbatasan pada akal dan pikiran manusia dalam memecahkan suatu permasalahan akan tetapi keterbatasan
tersebut sangat dipengaruhi oleh perkembangan suatu kebudayaan, sehingga seorang individu dapat memberikan jawaban atas permasalahan tersebut dengan
memberikan jawaban atas pandangan magis atau ilmu gaib. Ilmu gaib atau magis dalam hal ini tidak hanya dikonotasikan sebagai
bentuk ilmu yang dapat menjadikan sesuatu dari kosong menjadi ada melainkan berkaitan dengan agama, yang dalam hal ini adalah suluk sebagai kegiatan
mendekatkan diri kepada Allah SWT dimana seseorang individu menggantungkan dirinya pada ukuran keimanan spritual yang tidak dapat dijelaskan secara verbal.
Dalam penelitian yang dilakukan, pendapat Frazer mengenai batas akal merupakan suatu hal yang memicu seorang individu untuk ikut serta dalam
kegiatan suluk, secara sederhana seorang individu kehilangan pegangan dalam kehidupan sehingga mencari bentuk pegangan dalam konteks religi agama yang
dimanifestasikan pada bentuk suluk, walaupun secara umum terdapat hal lainnya yang mendorong seseorang untuk ikut serta dalam kegiatan suluk.
Dalam penelitian ini juga terdapat kesulitan yang mendasar untuk dapat mengungkapkan motivasi seseorang untuk mengikuti kegiatan suluk dikarenakan
alasan-alasan untuk mengikuti suluk berkaitan dengan masa lalu peserta suluk,
Universitas Sumatra Utara
yang mana dalam kegiatan suluk ditekankan mengenai hal mengurangi keterkaitan dengan hal yang silam untuk menjaga keadaan seorang peserta tetap mengingat
Allah SWT dan juga keenganan peserta suluk untuk bercerita lebih lanjut dikarenakan sikap mereka yang telah ditentukan bahwa tiap-tiap peserta suluk
diwajibkan untuk mengurangi berbicara selain mengucapmengingat Allah SWT semata.
Keterangan-keterangan yang didapatkan merupakan keterangan berdasarkan pengalaman mereka peserta yang telah mengikuti kegiatan suluk
setelah kembali dan melebur dalam kehidupan sehari-hari dimana dapat memisahkan antara sisi mengingat dzikir Allah SWT dan sisi duniawi, mengenai
hal ini Berger 1967:87 mengatakan bahwa kondisi suluk menyebabkan seseorang menjadi berbeda dengan orang kebanyakan melalui pengalaman
religius yang dialaminya sehingga dianggap berbeda dengan kehidupan manusia duniawi lainnya.
Beberapa keterangan informan dilapangan mengenai alasan mengikuti tarekat dan suluk :
Zulham 28 Tahun mengatakan : “ ... mengikuti tarekat sama suluk ini karena kulihat ayahku juga
melakukan itu kadang-kadang, jadinya ayah juga bilang kalau ikut tarekat sama suluk ini menambah pahala sama menambah
pengetahuan agama.” M. Ilham 32 Tahun mengatakan :
“Sebenarnya kalau dibilang Islam dari lahir pun sudah Islam, tapi ada kosong dalam hati kalau sekedar itu saja, perlu diisi yang
kosong itu dengan pemahaman mengenai Islam secara kaffah, jalannya dengan mengikuti tarekat dan suluk, karena kita lebih
dekat dengan Allah S.W.T.”
Universitas Sumatra Utara
Hasmah 64 Tahun mengatakan : “Muncul rasa kepingin dalam hati untuk ikut tarekat dan suluk
setelah melihat tetangga yang ikut, kayaknya kehidupan mereka tentram damai, lagian anak-anak sudah besar sekalian buat mengisi
hari dengan ibadah.”
Secara garis besar, dalam penelitian ini kegiatan suluk yang dilakukan memiliki beberapa alasan mengapa seseorang mengikuti tarekat dan suluk adalah
sebagai berikut : • Melengkapi ibadah, individu ingin melengkapi kewajiban-kewajiban
agama lahir karena tidak merasa cukup melaksanakan kewajban-kewajiban itu sehingga ditambahnya dengan melakukan ibadah-ibadah sunnah yang
akan meninggikan kedudukannya di sisi Allah SWT. Kewajiban-kewajiban itu menyampaikannya kepada posisi dekat Allah dan amalan-amalan
sunnah itu menyampaikannya kepada kedudukan dicintai Allah SWT Qardhawi, 1995.
• Ketertarikan, Frager 2005 mengemukakan permulaan seseorang mengikuti tarekat tertentu, biasanya diawali ketertarikan terhadap untaian
kata seorang filsuf atau penyair sufi besar. Langkah selanjutnya berhubungan dengan para sufi dan menjadi akrab dengan adat istiadat dan
praktek-praktek spiritual mereka. • Pencarian jatidiri, sebelum memasuki dunia tarekat, seseorang masih
dalam pengembaraan spiritual, mencoba mencari jati diri dan memecahkan masalah yang tengah dihadapinya dengan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Aida, 2005.
Universitas Sumatra Utara
• Tobat, individu mengikuti kegiatan tarekat dan suluk disebabkan oleh keinginan hati individu tersebut untuk melakukan tobat atau taubat, yaitu
kegiatan menyadari kesalahan yang telah dilakukannya dengan kesadaran untuk tidak mengulangi perbuatannya tersebut dilain waktu.
• Ikut orangtua, beberapa informan dilapangan penelitian menyebutkan bahwa mereka mengikuti kegiatan tarekat dan suluk sebagai kegiatan yang
diwariskan oleh orangtua mereka, hal ini dilakukan karena adanya kebiasaan dari orangtua untuk mengikuti kegiatan suluk dan kebiasaan
tersebut diwariskanditurunkan kepada anak mereka dan seterusnya.
4.2 Suluk Berdasarkan Pengalaman Pribadi