Kampung Batak, mayoritas penduduknya adalah suku Batak. Mereka merupakan perantau, sejak sekitar tahun 1970-an, dan secara turun temurun tinggal di sana.
Mereka mengetahui keberadaan Daun Sang berdasarkan cerita turun temurun dan juga berasal dari penebang kayu pada jaman masih beroperasinya HPH Hak
Pengusahaan Hutan dahulu kala. Untuk lebih melihat karakteristik masyarakat kedua dusun tersebut, akan dijabarkan kondisi sosial, ekonomi, budaya dan
persepsi dan pemahaman mereka terhadap Daun Sang, berdasarkan wawancara dengan responden yang telah dilakukan.
4.4.3.1 Kondisi Sosial Budaya
Jumlah penduduk di Dusun Aras Napal Kanan dan Aras Napal Kiri sekitar 120 kepala keluarga KK. Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 24
KK atau 20 dari seluruh KK yang ada. Kondisi sosial yang diamati meliputi umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga dan lama bermukim, sedangkan
kondisi budaya meliputi suku dan agama. Agama yang dianut masyarakat beragam, yaitu Islam, Kristen dan Katholik. Sedangkan suku yang ada di kedua
dusun adalah suku Jawa, Batak Toba, Mandailing, Tapanuli dan Gayo. Data
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11., sedangkan rekapitulasinya dapat dilihat pada Tabel 4.9., 4.10., 4.11. dan 4.12.
Tabel 4.9. Sebaran umur responden Dusun Aras Napal Kanan dan Aras Napal Kiri
No. Umur tahun
Jumlah orang Persentase
1. 20 – 30
1 4
2. 31 – 40
11 46
3. 41 – 50
7 29
4 50
5 21
Total 24
100
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10. Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan responden
No. Jumlah anggota keluarga orang Jumlah orang
Persentase 1.
0 – 2 6
25 2.
3 – 4 2
8 3.
5 – 6 10
42 4.
6 6
25 Total
24 100
Tabel 4.11. Tingkat pendidikan responden No.
Pendidikan Jumlah orang
Persentase 1.
Tidak Sekolah 1
4 2.
SD 13
54 3.
SMP 6
25 4.
SMA 3
13 5.
S1 1
4 Total
24 100
Tabel 4.12. Lama bermukim responden
No. Lama Bermukim tahun
Jumlah orang Persentase
1. 10
2 8
2. 10 – 20
6 25
3. 21 – 30
10 42
4. 30
6 25
Total 24
100
Berdasarkan Tabel 4.9, 4.10, 4.11 dan 4.12, dapat dilihat bahwa
responden dari kedua dusun paling banyak berusia antara 31 – 40 tahun, yaitu sebesar 46, berpendidikan rendah SD sebesar 54, mempunyai anggota
keluarga 5 – 6 orangKK sebesar 42 dan telah bermukim di dusun tersebut antara 21 – 30 tahun sebesar 42. Usia 31 – 40 tahun termasuk usia produktif
dimana semangat bekerja masih sangat tinggi didukung dengan kondisi fisik yang masih optimal. Namun rata-rata masyarakat kurang memperhatikan aspek
pendidikan, terbukti dengan masih minimnya warga yang melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih lanjut. Berbagai kendala dapat diidentifikasi, antara lain
rendahnya motivasi dan juga kurang terbukanya aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hanya terdapat 1 unit PAUDTK dan 1
Universitas Sumatera Utara
unit SD negeri yang terletak di Dusun Aras Napal Kanan. Untuk melanjutkan ke tingkat SMP dan SMA, Pantai Buaya merupakan satu-satunya lokasi terdekat.
Itupun bukan SMP dan SMA negeri, melainkan swasta. Jarak tempuh dan aksesibilitas ke Pantai Buaya ini banyak menjadi kendala. Beberapa kali telah
dibangun jembatan gantung, sehingga masyarakat bisa menggunakan sepeda motor menuju Pantai Buaya, namun ternyata sering terjadi banjir di Sungai
Besitang sehingga sering jembatan tersebut roboh atau hanyut, sehingga putuslah akses mereka satu-satunya ke dunia luar.
Besarnya tanggungan anggota keluarga, mungkin juga menjadi alasan kurangnya motivasi untuk melanjutkan pendidikan, karena tentu saja
membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Perlu diajarkan tentang bagaimana merencanakan keluarga dengan membatasi dan merencanakan jumlah kelahiran,
sehingga nantinya memungkinkan bagi para orang tua untuk mempunyai kesempatan dan biaya menyekolahkan anak-anaknya ke luar daerah, misalnya di
Pangkalan Brandan, Stabat ataupun Medan.
4.4.3.2 Kondisi Ekonomi