Ancaman Keanekaragaman Hayati TINJAUAN PUSTAKA

besar bagi semua negara. KTT CBD yang terakhir, dilaksanakan pada Oktober 2010 di Nagoya Jepang. KTT ini menyetujui adanya beberapa langkah untuk menjamin ekosistem di planet ini akan berlanjut untuk umat manusia pada masa yang akan datang. Langkah-langkah tersebut meliputi Yencken dan Henry, 2010: - mengadopsi rencana sepuluh tahun yang baru, yaitu Strategic Plan of the Convention on Biological Diversity juga dikenal sebagai Target Aichi untuk menjadi pedoman dalam upaya skala internasional dan nasional; - mengadopsi strategi untuk meningkatkan secara substansial keadaan saat ini untuk membantu pengembangan dalam mendukung keanekaragaman hayati; - mengadopsi protokol internasional yang baru untuk menjamin pembagian keuntungan secara adil dari pemanfaatan sumberdaya genetik bumi. Target Taichi akan dijadikan kerangka yang sangat penting pada keanekaragaman hayati untuk PBB dan diharapkan dapat diimplementasikan pada tingkat lokal, nasional dan internasional pada tahun 2012 Yencken dan Henry, 2010.

2.2 Ancaman Keanekaragaman Hayati

Conservation International mempertimbangkan Indonesia sebagai salah satu dari 17 negara megabiodiversity, termasuk dalam dua wilayah 25 hotspots keanekaragaman hayati dunia untuk prioritas konservasi Gambar 2.1.Myers et al., 2000; ASEAN Center for Biodiversity, 2010. Sekitar 17.000 pulau di Indonesia terbentang antara kawasan Indo Malaya dan Australasia. Kepulauan Indonesia memiliki tujuh kawasan biogeografi utama keanekaragaman tipe-tipe Universitas Sumatera Utara habitat yang luar biasa. Banyak pulau yang terisolisasi selama ribuan tahun, sehingga memiliki tingkat endemik yang tinggi. Gambar 2.1. Sebaran 25 hotspot dunia, memiliki luasan 30 ± 3 dari area merah Sumber: Myers et al. 2000 Perbandingan kekayaan biotis dan endemisme di seluruh Indonesia disajikan pada Tabel 2.1. Sumatera, Borneo dan Irian Jaya merupakan pulau yang mempunyai kekayaan jenis tinggi dibanding pulau-pulau lainnya, demikian juga dari persen endemismenya. Tabel 2.1. Perbandingan kekayaan biotis dan endemisme di seluruh Indonesia Pulau Tumbuhan direvisi Mamalia Burung penetap Reptilia Kekaya an Jenis Endemis me Kekaya an Jenis endemis me Kekaya an jenis endemis me Kekaya an jenis endemisme Sumatera 820 11 221 10 465 2 217 11 Jawa+Bali 630 5 113 12 362 7 173 8 Borneo 900 34 221 19 358 10 254 24 Sulawesi 520 7 127 62 289 32 117 26 Nusa Tenggara 150 3 41 12 242 30 77 22 Maluku 380 6 69 17 210 33 98 18 Irian Jaya 1.030 55 125 58 602 52 223 35 Sumber: MacKinnon dalam MacKinnon et al., 2000 Saat ini keanekaragaman hayati Indonesia mengalami ancaman yang serius, seiring dengan laju kehilangan hutan setiap tahunnya. Tekanan terus menerus terhadap keanekaragam hayati Indonesia yang unik berasal dari tingginya laju perubahan habitat, deforestasi, eksploitasi yang berlebihan, kebakaran hutan, Universitas Sumatera Utara penebangan illegal dan perdagangan untuk mempercepat laju ekonomi, tingginya pertumbuhan penduduk dan institusi yang korup Bappenas, 2003. Forest Watch IndonesiaGlobal Forest Watch 2001 melaporkan bahwa pada tahun 1980-an laju kehilangan hutan mencapai 1 juta ha per tahun, pada awal 1990-an 1,7 juta ha per tahun dan terus meningkat mencapai 2 juta ha per tahun pada tahun 1996. Sejak era reformasi, laju kehilangan hutan terus semakin meningkat, dan pada tahun 2003 mencapai angka tertinggi di dunia yaitu 2,4 juta hath USAID, 2004, namun mengalami penurunan pada tahun 2006 menjadi sekitar 1,09 juta hath Departemen Kehutanan, 2009 dan data terbaru menunjukkan 0,8 juta hath Kementerian Kehutanan, 2012. Penelitian Budiharta et al. 2011 membedakan ancaman terhadap 5 grup tanaman yang terdiri atas: palem Arecaceae, 60 spesies, anggrek Orchidaceae, 52 spesies, pohon 57 spesies, semak 41 spesies dan lain-lain 30 spesies menjadi 4 ancaman besar. Ancaman tersebut adalah kehilangan habitat penurunan ukuran dan kualitas habitat, eksploitasi berlebihan, faktor biologi karakter instrinsik biologi spesies yang rentan terhadap penurunan populasi, dan faktor alam. Ternyata faktor intrinsik biologi dan kehilangan habitat menempati porsi terbesar, yaitu 83 dan 82, sementara eksploitasi berlebihan 64 dan faktor alam 6. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan Primack et al. 1998 yang menyatakan bahwa berbagai ancaman kepunahan spesies disebabkan oleh kegiatan manusia dan juga ciri atau karakter spesies itu sendiri. Ancaman utama pada keanekaragam hayati yang disebabkan oleh kegiatan manusia dibedakan menjadi: perusakan habitat, fragmentasi habitat, gangguan pada habitat termasuk Universitas Sumatera Utara populasi, penggunaan spesies yang berlebihan untuk kepentingan manusia, introduksi spesies-spesies eksotik dan penyebaran penyakit. Sedangkan spesies- spesies yang rentan terhadap kepunahan biasanya mempunyai salah satu karakter sebagai berikut: spesies dengan sebaran geografis yang sempit, spesies yang terdiri dari salah satu atau beberapa populasi, spesies yang memiliki ukuran populasi yang kecil, spesies yang ukuran populasinya menurun, spesies yang memiliki densitas yang rendah, spesies yang memerlukan wilayah jelajah yang luas, spesies yang tidak memiliki kemampuan menyebar yang baik, spesies yang bermigrasi musiman, spesies dengan keanekaragaman genetik yang rendah, spesies yang memiliki relung tertentu, spesies yang hanya dijumpai pada lingkungan yang stabil, spesies yang membentuk kelompok secara tetap atau sementara dan spesies yang diburu atau dipanen manusia.

2.3 Definisi Endemik, Langka dan Terancam Punah