2.5 Johannesteijsmannia altifrons Rchb.f. Zoll. H. E. Moore
2.5.1 Tata Nama
Johannesteijsmannia altifrons termasuk keluarga Palmae, yang memiliki daun tunggal dengan ukuran besar, dapat mencapai 3 meter panjangnya dengan
lebar 1 meter. Palem ini dikenal dengan berbagai nama, yaitu Palem Daun Payung Indonesia, Malaysia, Daun Sang Sumatera Utara, Salo Jambi, Riau,
Balahan Sumatera Barat, Kor, Wud, Sal, Segaloh Malaysia serta Joey Palm atau Diamond Palm di negara barat Witono, 1998; Chan, 2007.
Daun Sang pertama kali ditemukan oleh ahli Botani Belanda, Johannes Elias Teijsman Moore Jr, 1961; Dransfield et al., 2008. Adapun sebaran Daun
Sang meliputi Thailand, Malaysia Barat, Sumatera dan Borneo Witono, 1998; Dransfield et al., 2008. Di Indonesia sendiri keberadaannnya hanya dijumpai di
Aras Napal, Sekundur TNGL dan Taman Nasional Bukit Tigapuluh Mogea et al., 2001;Qomar et al., 2006.
Genus Johannesteijsmannia terdiri atas 4 spesies, yaitu J. altifrons, J. lanceolata, J. perakensis, dan J. magnifica. Malaysia mempunyai ke-4 jenis
tersebut, sementara Indonesia hanya mempunyai J. altifrons saja Witono, 1998; Mogea et al., 2001; Lee et al., 2003; Chan, 2007; Chan et al., 2010. Menurut
penelitian Siregar 2005 Daun Sang J. altifrons di kawasan hutan Sekundur Resort Sei Betung ditemukan sebanyak 103 individu.
Universitas Sumatera Utara
Tata nama Daun Sang selengkapnya adalah sebagai berikut GBIF, tanpa tahun:
Kerajaan : Tumbuhan
Divisi : Magnoliophyta
Klas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Suku : Arecaceae
Marga : Johannesteijsmannia
Jenis :
2.5.2 Deskripsi dan Karakteristik
Johannesteijsmannia altifrons Rchb.f.Zoll H. E. Moore
Palem raksasa ini soliter tumbuh tunggal, biasanya mencapai tinggi sampai 6 meter. Daun: berbentuk belah ketupat yang besar dan lebar, sampai
lancet agak tebal dan tunggal. Tidak mempunyai batang, kecuali J. perakensis. Daun Sang mempunyai daun yang sangat lebar dan panjang, panjang daunnya
dapat mencapai 3 meter bahkan 6 meter Witono, 1998; Rozainah dan Sinniah, 2005; Rozainah, 2007 dan lebarnya dapat mencapai 1 m. Tepi daun
bergelombang, pelepah daun tidak berduri, tetapi tepi pelepahnya ditumbuhi duri- duri. Perbungaan: tumbuh di antara daun, berbentuk tandan yang bagian
pangkalnya ditutupi oleh beberapa seludang bunga. Bunga: warna kuning krem, bisexual, dan beraroma manis asam yang kuat. Buah: berbentuk tandan, bulat,
berwarna coklat, berwarna hijau tua dan muda, permukaan kulit buah kasar dan buah sangat keras apabila telah matang, dengan diameter sekitar 4-5 cm dan
berbiji satu Witono, 1998; Chan, 2007. Perbanyakan spesies ini lebih banyak berasal dari biji Witono, 1998.
Penelitian Chan 2009 pada J. lanceolata menunjukkan, pada populasi alam, berbunganya musiman, sementara pada populasi buatan berbunga terus
menerus. Korelasi antara pembungaan dan curah hujan lemah. Siklus reproduksi
Universitas Sumatera Utara
dari mulai berbunga sampai berbuah membutuhkan waktu 14-15 bulan dan hanya menghasilkan 2-6 buah per musim.
Produksi daun J. lanceolata pada semua tingkat umur kontinyu dan lambat, dan daunnya berumur panjang Rozainah dan Sinniah, 2005; Rozainah,
2007. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pertumbuhan daun baru pada tajuknya berkisar antara 2,6-3,3 daun per tahun untuk tingkat dewasa, 1,3-2,1 daun per
tahun untuk tingkat juvenile dan 0,8-1,6 untuk tingkat semai. Sedangkan umur hidup daun pada tajuk berkisar 8,8 tahun untuk dewasa dan 8,4 tahun untuk
tingkat juvenile. Pada penelitian tersebut, pembedaan tingkat hidup didasarkan pada jumlah daun hidup pada tajuknya. Tingkat semai mulai dari berkecambah
sampai mempunyai 9 daun, juvenile mulai 10-18 daun dan dewasa 19-35 daun.
2.5.3 Persyaratan Tempat Tumbuh