4.3.2.2 Indeks Shannon Wienner, Indeks Kemerataan Jenis dan Indeks Kekayaan Jenis
Nilai Indeks Shannon Wienner menggambarkan keanekaragaman diversity dalam suatu komunitas. Menurut Barbour et al. 1987 Indeks
Keanekaragaman Shanon dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu : H 2 rendah, 2 H 3 sedang, 3 H 4 tinggi, dan H 4 sangat tinggi. Kemerataan dari
persebaran spesies berkisar antara 0 – 1. Semakin nilai mendekati 1 berarti kemerataan akan menjadi maksimum. Sedangkan untuk Indeks kekayaan jenis,
semakin banyak jenis, maka nilai R akan semakin besar. Hasil selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Nilai Indeks Shannon Wienner, Indeks Kemerataan Jenis dan
Indeks Kekayaan Jenis untuk tingkat hidup semai, pancang, tiang dan pohon
No Tingkat Hidup
Indeks Shannon- Wienner
Indeks Kemerataan Jenis
Indeks Kekayaan
jenis 1.
Semai 3,50
0,88 9,04
2. Pancang
4,01 0,90
14,43 3.
Tiang 3,79
0,97 11,25
4. Pohon
4,02 0,93
13,84 Berdasarkan hasil analisis tersebut, Resort Sei Betung termasuk
mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi, baik untuk tingkat semai, pancang, tiang maupun pohon. Terlihat dari nilai Indeks Shannon Wienner, berkisar antara
3,5 – 4,02. Hal ini juga dapat dilihat dari banyaknya jenis yang ditemukan, meliputi 116 spesies. Indeks Shannon-Wienner yang cukup tinggi juga
menandakan kemantapan komunitas vegetasi hutan, semakin tinggi nilainya semakin stabil.
Dilihat dari kemerataan jenis, semuanya mempunyai sebaran yang hampir merata, ditandai dengan nilai indeks yang nilainya antara 0,88 – 0,97 atau
mendekati 1. Dapat diindikasikan juga dari nilai INP, bahwa tidak ada yang
Universitas Sumatera Utara
betul-betul secara mutlak mendominasi lokasi penelitian. Nilai INP tertinggi hanya berkisar antara 14,47 - 21,41. Kekayaan jenis yang ditemukan cukup
tinggi dengan nilai indeks 9,04 – 14,43. Semakin tinggi nilai indeks kekayaan jenis, menandakan semakin tinggi pula kekayaan jenis pada komunitas vegetasi
tersebut.
4.3.2.3 Diagram Profil
Diagram profil menggambarkan struktur atau strata tegakan pada lokasi yang diamati. Diagram ini dibuat untuk melihat penampakan secara vertikal dan
horisontal. Diagram profil vertikal dan horisontal pada penelitian ini disajikan
pada Gambar 4.7., 4.8. dan 4.9.
Plot 1, 9 dan 27 dianggap cukup mewakili seluruh plot pengamatan yang diamati, berdasarkan jumlah Daun Sang yang ditemukan. Jumlah dan tingkat
hidup Daun Sang untuk tiap plot pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 2.
Pada plot 1 terdapat satu individu Daun Sang pada tingkat hidup juvenil. Spesies lain yang berada pada plot 1 adalah pancang Bintangur Vatica cinerea, Medang
Telur Dehaasia tomentosa dan Bintangur Tiga urat Pternandra sp. serta pohon Damar Keriting Shorea dealbata, Kembang Semangkok Scaphium
macropodum, Medang Litsea sp., Pinang Baik Garcinia dioica, Tampu Tapak Kuda Macaranga recurvata, Kuli Litsea angulata, dan Kelat Cyathocalyx
sp.. Plot 9 terdapat 4 individu Daun Sang pada tingkat dewasa 2 individu,
juvenil dan semai. Spesies lain pada plot tersebut terdiri atas pancang: Jelutung Dyera costulata dan Arang arang Daun Lebar Diospyros sp. dan pohon: Munel
Hitam Diospyros sp., Tempinis Streblus elongatus, Semantok Shorea
Universitas Sumatera Utara
lepidota, Ubar Gunung Horsfieldia sp. dan Kuli Minyak Polyalthia sumatrana.
Gambar 4.7. Diagram profil vertikal dan horisontal pada Plot 1
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.8. Diagram profil vertikal dan horisontal pada Plot 9
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.9. Diagram profil vertikal dan horisontal pada Plot 27
Plot 27 terdapat 7 individu Daun Sang terdiri atas 4 semai, 2 juvenil dan 1 individu dalam kondisi rusak. Spesies lain yang berada pada plot 27 pada tingkat
tiang meliputi: Meranti Kuning Shorea polyandra dan pohon meliputi: Meranti
Universitas Sumatera Utara
Pasir Parashorea lucida, Sentul Padi Aglaia korthalsii, Arang arang Diospyros cauliflora, Munel Hitam Diospyros sp., Kelat Tiga Urat
Pternandra coerulescens, Damar Keriting Shorea dealbata, Meranti kuning Shorea polyandra dan Medang Gerpa Swintonia sp..
Pada lokasi penelitian, stratum tertingi yang ada baru pada Stratum B, dengan ketinggian antara 18 – 30 meter. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
apabila siklus hara berlangsung dengan baik, dan tidak ada gangguan terhadap vegetasi yang ada, maka akan memungkinkan berkembang menuju stratum A atau
pertumbuhan klimaks. Berdasarkan diagram profil pada plot 1, 9 dan 27, terlihat bahwa pada tingkat hidup semai, Daun Sang sangat membutuhkan naungan yang
relatif lebih dominan dibandingkan tingkat hidup lainnya. Semakin meningkat tingkat hidupnya, nampak relatif lebih tahan terhadap cahaya, walaupun rentang
terbanyak masih 0 – 50 lux.
4.3.2.4 Assosiasi dengan Vegetasi Lain