Ketinggian Kondisi Lingkungan Fisik

sehingga nantinya berlanjut ke proses perkecambahan yang jauh dari induknya. Disamping itu, anakan J. lanceolata juga tidak mampu bersaing memperebutkan sumberdaya pendukung hidup dengan induknya.

4.2 Kondisi Lingkungan Fisik

Faktor fisik merupakan salah satu persyaratan hidup yang diperlukan oleh makhluk hidup untuk mendukung pertumbuhannya. Beberapa faktor fisik yang digunakandiukur untuk kesesuaian habitat Daun Sang adalah ketinggian tempat, kelerengan, karakteristik tanah, dan iklim yang meliputi suhu, kelembaban dan intensitas cahaya.

4.2.1 Ketinggian

Ketinggian tempat biasanya erat kaitannya dengan suhu, keanekaragaman dan ukuran tumbuhan. Semakin meningkat ketinggian, keanekaragaman tumbuhan semakin sedikit, suhu semakin rendah dan ukuran tumbuhan relatif lebih kecil. Pada pengamatan di lapangan, secara keseluruhan menunjukkan bahwa Daun Sang sesuai pada ketinggian antara 49 – 91 m dpl, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Keberadaan Daun Sang berdasarkan tingkat hidup dan ketinggian tempat No. Ketinggian Tempat Tingkat Hidup Daun Sang Total Persentase Semai Juvenil Dewasa Rusak 1. 0 – 25 m dpl 2. 26 – 50 m dpl 1 1 2 2 3. 51 – 75 m dpl 24 32 16 4 76 82 4. 76 – 100 m dpl 5 10 15 16 Total 29 43 17 4 93 100 Daun Sang baik pada tingkat hidup semai, juvenil maupun dewasa ditemukan paling banyak pada ketinggian 51 – 75 m dpl, yaitu total 76 individu setara dengan 63 individuha atau 82. Pada ketinggian dibawah 51 m dpl Universitas Sumatera Utara ditemukan 2 individu setara dengan 2 individuha atau 2 sedangkan pada ketinggian di atas 75 m dpl sebanyak 15 individu setara dengan 13 individuha atau 16. Hal ini sedikit berbeda dengan hasil penelitian Qomar et al. 2006 di Taman Nasional Bukit Tigapuluh yang menyatakan bahwa rentang ketinggian habitat Daun Sang berkisar antara 85-175 m dpl dan paling banyak pada ketinggian di atas 110 m dpl, sedangkan Indriani et al. 2009 menemukan Daun Sang pada ketinggian 259 m dpl. Demikian juga dengan pernyataan Chan 2009 bahwa biasanya J. altifrons, J. perakensis dan J. lanceolata di Malaysia ditemukan di atas ketinggian 300 m dpl. Khusus untuk J. altifrons di Serawak juga ditemukan pada kawasan dataran rendah hutan kerangas. Perbedaan lokasi sepertinya membuat Daun Sang menyesuaikan diri, sehingga memunculkan sifat fisik yang berbeda atau menyebabkan timbulnya provenans yang berbeda, tergantung kondisi lokasinya. Hal itu tercermin dari berbagai perbedaan rentang ketinggian antara Daun Sang di TNGL, TN Bukit Tigapuluh dan Malaysia. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Lee et al. 2003 yang menyatakan keragaman genetik J. altifrons paling tinggi dibandingkan yang lain dan juga mempunyai keeratan hubungan yang nyata antara jarak geografis dan genetik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Daun Sang mempunyai kesesuaian habitat sangat baik di hutan dataran rendah. Hutan dataran rendah dicirikan dengan keanekaragaman tumbuhan yang tinggi dan mempunyai strata lapisan tajuk yang berlapis. Hal tersebut sangat sesuai dengan karakteristik Daun Sang sebagai jenis palem yang memerlukan naungan untuk kelangsungan hidupnya. Penelitian Bachman et al. 2004 tentang keanekaragaman palem di New Guinea, juga mendukung hasil penelitian ini. Bachman et al. 2004 Universitas Sumatera Utara menyatakan bahwa keanekaragaman jenis palem di New Guinea menurun seiring dengan meningkatnya ketinggian tempat. Puncak keanekaragaman palem ditemukan pada ketinggian 0 – 100 m dpl.

4.2.2 Kelerengan