BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Kawasan Hutan Sekundur Resort Sei Betung, TNGL yang secara administratif termasuk wilayah Kabupaten Langkat, Provinsi
Sumatera Utara. Resort Sei Betung berada pada posisi 3
o
52’26,83” - 4
o
2’46,32” LU dan 97
o
58’40,27” – 98
o
3.2 Obyek Penelitian
7’9,83” BT. Analisis data dilakukan di Laboratorium Tanah BPTP Sumatera Utara dan Laboratorium Pemetaan. Tata waktu penelitian
selengkapnya, tercantum pada Lampiran 1.
Obyek penelitian meliputi Daun Sang yang berada di Kawasan Hutan Sekundur, serta masyarakat yang bermukim di perkampungan sekitarnya.
Perkampungan terdekat yang banyak memanfaatkan Daun Sang adalah Dusun Aras Napal Kanan dan Dusun Aras Napal Kiri, Desa Bukit Mas, Kecamatan
Besitang, Kabupaten Langkat.
3.3 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan berupa: Peta Rupa Bumi, Peta Administrasi, Peta Batas TNGL, Peta-peta tematik topografi, tutupan lahan, iklim, jenis tanah, jalan
dan perkampungan serta data sosial ekonomi masyarakat. Alat yang digunakan berupa GPS, Luxmeter, Altimeter, peralatan untuk analisis vegetasi, peralatan
untuk survei sosial ekonomi dan peralatan untuk pemasukan, pengolahan dan analisis data GIS.
Universitas Sumatera Utara
3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Batasan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Resort Sei Betung, Taman Nasional Gunung Leuser. Data lokasi keberadaan Daun Sang belum tersedia dan diketahui. Oleh
karenanya dilakukan pengambilan sampel berdasarkan presencekehadiran Daun Sang, dengan metode purposive sampling. Kepentingan dari pengambilan data
lapangan bukan untuk menemukan informasi ukuran populasi, tetapi untuk menemukan hubungan antara Daun Sang dengan habitatnya Franklin, 2010.
Hernandez et al 2006 menyatakan bahwa dengan ukuran sampel kecil seperti 5, 10, 25 kejadian sudah dapat digunakan sebagai pembangun model dengan cukup
akurat.
3.4.2 Survei Lapangan
Survei lapangan yang dilakukan dibagi dalam dua survei, yaitu survei Daun Sang dan survei sosial ekonomi masyarakat.
Survei Daun Sang
Survei dilakukan secara purposive, dan berdasarkan kehadiranpresence, mengingat data lokasi tidak diketahui secara pasti, dan tidak di semua lokasi dapat
ditemukan Daun Sang. Informasi keberadaan Daun Sang diperoleh dari masyarakat setempat. Sampel dibuat sebanyak 30 petak ukur, berbentuk single
plot. Masing-masing sampel akan dibuat petak ukur dengan ukuran 20 x 20 m untuk pengamatan Daun Sang dan pohon spesies lain, dan sub-sub petak dengan
ukuran 10 x 10 m untuk pengamatan tiang spesies lain , 5 x 5 m untuk pengamatan pancang spesies lain dan 2 x 2 m untuk pengamatan semai spesies
lain. Pada petak ukur tersebut dilakukan pencatatan:
Universitas Sumatera Utara
- jumlah Daun Sang, tinggi, diameter tajuk, jumlah daun, jumlah daun hidup, panjang dan lebar daun
- jumlah dan jenis tumbuhan pada tingkat semai 2 x 2 - jumlah, jenis dan tinggi tumbuhan pada tingkat pancang 5 x 5
- jumlah, jenis dan tinggi, tinggi bebas cabang, diameter, diameter tajuk tumbuhan pada tingkat tiang 10 x 10
- jumlah, jenis dan tinggi, tinggi bebas cabang, diameter, diameter tajuk tumbuhan pada tingkat pohon 20 x 20
- kelerengan, ketinggian tempat, ketebalan serasah, suhu, kelembaban, intensitas sinar matahari
- Contoh tanah diambil pada setiap petak pengamatan, dengan masing- masing petak pengamatan diambil sebanyak lima sampel. Pengambilan
sampel tanah dari setiap petak tersebut dilakukan secara komposit, kemudian dicampurkan. Setiap sampel tanah diambil pada kedalaman
1
-
20 cm - koordinat lokasi masing-masing Daun Sang dengan menggunakan GPS
Survei Sosial Ekonomi
Data Sosek diperoleh melalui data sekunder berupa data-data yang tersedia dari instansi terkait dan data primer berupa wawancara secara langsung dengan
masyarakat sekitar kawasan hutan Sekundur. Perkampungan terdekat dan yang masyarakatnya memanfaatkan Daun Sang terdapat di Dusun Aras Napal Kanan
dan Aras Napal Kiri. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi sosial umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan lama bermukim, kondisi
Universitas Sumatera Utara
ekonomi mata pencaharian, kepemilikan lahan, penghasilan, serta persepsi dan pemahaman dan interaksi dengan Daun Sang.
3.4.3 Analisis Laboratorium
Analisis Laboratorium dibedakan menjadi tiga tahapan, yaitu: - analisis tanah, dilakukan untuk mengetahui sifat fisik tekstur dan kimia
pH, C-organik, N, P, K tanah - identifikasi jenis tumbuhan, dilakukan untuk mengetahui nama-nama
ilmiah tumbuhan hasil analisa vegetasi yang belum teridentifikasi dengan menggunakan literatur-literatur yang mendukung
- pemasukan, penyusunan dan analisis SIG dilakukan untuk mendapatkan peta tutupan lahan, ketinggian, kelerengan, jarak dari perkampungan, jarak
dari jalur jalan, sebaran Daun Sang, iklim, dan jenis tanah pada lokasi penelitian. Selanjutnya akan dilakukan pemodelan untuk mendapatkan
prediksi sebaran Daun Sang di kawasan hutan Sekundur
3.5 Analisis Data
Berdasarkan data-data hasil penelitian yang diperoleh, kemudian dilakukan berbagai analisis sebagai berikut:
3.5.1 Analisis Deskriptif
Data yang diperoleh dari lapangan, baik data biologi maupun data sosial ekonomi budaya akan disusun, ditabulasikan dan dibuat grafik serta dijabarkan
dengan jelas, untuk menunjang analisis selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
3.5.2 Sebaran dan Populasi Daun Sang 3.5.2.1 Analisis Tingkat Permudaan Daun Sang
Tingkat permudaan Daun Sang dibedakan menjadi 3, yaitu semai, juvenil dan dewasa. Data yang dipakai untuk pengkategorian meliputi: jumlah daun
hidup, panjang pelepah daun, panjang daun, lebar pangkal daun, lebar tengah daun, diameter tajuk dan tinggi. Selanjutnya data tersebut akan dianalisis
menggunakan clasify-K-Means dari software SPSS. Untuk melihat hubungan antara faktor-faktor pendukung yang digunakan untuk mengkategorikan tingkat
pertumbuhan Daun Sang dilakukan analisis regresi linear berganda.
3.5.2.2 Indeks Penyebaran Morisita untuk Daun Sang
Untuk mengetahui pola sebaran jenis pada habitat digunakan metode pola sebaran Morisita. Apabila nilainya 1, maka sebarannya mengelompok; 1, maka
sebarannya acak dan bila 1, maka sebarannya normal. Untuk melihat signifikasi nilai dengan 1, dilakukan uji χ². Apabila χ²
hitung
dari χ²
tabel
, maka terdapat signifikansi nilai dengan 1. χ²
tabel
dilihat pada tabel, dengan derajat bebas v = n-1 dan α = 0,05. Rumus untuk menghitung Indeks Penyebaran Morisita dan χ²
hitung
− −
=
∑
1
2
N N
N X
n Id
adalah sebagai berikut :
χ²
hitung
Dimana :
= n x ƩX²N - N
Id = Indeks sebaran Morisita
n = jumlah petak
N = total jumlah individu pada semua petak
ƩX² = total jumlah kuadrat individu per petak
Universitas Sumatera Utara
3.5.3 Komponen Biologi Analisis Vegetasi
K, KR, F, FR, D, DR, INP
Menghitung Kerapatan K, Kerapatan Relatif KR, Frekuensi F, Frekuensi Relatif FR, Dominansi D, Dominansi Relatif DR dan Indeks Nilai
Penting INP dengan rumus sebagai berikut: - Kerapatan suatu jenis
ontoh luaspetakc
atujenis individusu
K
∑
=
- Kerapatan Relatif 100
x nis
Kseluruhje s
Ksuatujeni KR
=
- Frekuensi suatu jenis
∑ ∑
= t
seluruhplo nis
kansuatuje plotditemu
F
- Frekuensi Relatif 100
x nis
Fseluruhje s
Fsuatujeni FR
=
- Dominansi
ontoh luaspetakc
jenis dasarsuatu
luasbidang D
=
- Dominansi Relatif 100
x nis
Dseluruhje s
Dsuatujeni DR
=
Universitas Sumatera Utara
- Indeks Nilai Penting INP = KR + FR + DR untuk tiang dan pohon
INP = KR + FR untuk semai dan pancang
Diagram Profil
Pembuatan diagram profil dilakukan untuk tingkat tiang dan pohon. Kegunaannya untuk memperoleh gambaran struktur hutan, baik distribusi pohon
secara horisontal dan secara vertikal.
Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon Wienner
Untuk mengetahui keanekaragaman jenis ditentukan dengan rumus Indeks Shannon-Wiener, dengan kriteria menurut Barbour et al. 1987 : H’ 2 rendah,
2 H’ 3 sedang, 3 H’ 4 tinggi dan H’ 4 sangat tinggi.
∑
=
− =
n i
N ni
N ni
H
1
ln Dimana :
H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon Wiener
ni = jumlah individu jenis ke-n
N = total jumlah individu
Indeks Kemerataan Jenis
Indeks kemerataan jenis digunakan untuk mengetahui kemerataan jenis yang ditemukan pada petak penelitian. Kemerataan dari persebaran spesies
berkisar antara 0 – 1 Barbour et al.,1987. Semakin nilai mendekati 1 berarti kemerataan akan menjadi maksimum. Rumus indeks kemerataan jenis, sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
ln S
H E
= Dimana :
E = Indeks kemerataan jenis
H’ = Indeks Keanekaragaman jenis
S = jumlah jenis
Indeks Kekayaan Jenis
Indeks kekayaan jenis digunakan untuk mengetahui kekayaan jenis yang ditemukan pada petak penelitian. Semakin banyak jenis, maka nilai R akan
semakin besar Barbour et al.,1987. Rumus indeks kekayaan jenis, sebagai berikut:
ln 1
1
N S
R −
=
Dimana : R
1
S = jumlah jenis
= Indeks Kekayaan Margalef N
= total jumlah individu
Analisis Assosiasi Interspesifik Multispesies
Pola assosiasi antara Daun Sang dengan spesies tumbuhan lainnya di lokasi penelitian diuji berdasarkan data kehadiran dan ketidakhadiran data biner
pada petak contoh yang diuji Ludwig dan Reynolds, 1988. Pengujian pola assosiasi interspesifik ditentukan dari Indeks Jaccard berdasarkan metode spesies
berpasangan untuk multispesies. Kehadiran spesies yang diuji dinyatakan dengan 1 sedangkan ketidakhadirannya dinyatakan dengan 0. Selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 3.1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1. Contoh kehadiran 1 dan ketidakhadiran 0 dari S spesies i=1,2,3,...,S pada N petak contoh j=1,2,3,...,N
Spesies Petak Contoh
Spesies Total
1 2
3 ...
N 1
1 1
n1 2
1 1
1 n2
3 1
n3 ...
... ...
... ...
... S
1 1
nS PC Total
T1 T2
T3 ...
Tn Assosiasi interspesifik akan didekati dengan varians rasio VR yang
diturunkan dari null association model untuk menguji perbedaan assosiasi secara simultan. Langkah-langkah analisisnya, sebagai berikut Ludwig dan Reynolds,
1988: - Membuat tabelmatriks data yang menunjukkan data kehadiran dan
ketidakhadiran seperti pada Tabel 3.1.
- Menyatakan hipotesis. Hipotesis null Ho yang dibangun adalah tidak ada assosiasi di antara S spesies, sedangkan hipotesis alternatif H1
menyatakan bahwa ada assosiasi net positif atau negatif di antara spesies. - Penghitungan uji statistik. Pertama, menghitung total varians sampel
untuk kehadiran S spesies pada petak contoh, dengan rumus:
dimana pi = niN. Selanjutnya, mengestimasi varians pada jumlah total spesies, sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
dimana t adalah rata-rata jumlah spesies per petak contoh. Selanjutnya, Varians Ratio Indeks assosiasi antar seluruh spesies dihitung sebagai
berikut:
Jika VR = 1, maka tidak ada assosiasi
VR 1, menunjukkan assosiasi positif VR 1, menunjukkan assisiasi negatif.
Untuk menguji adanya penyimpangan nilai 1, maka dilakukan
penghitungan nilai statistik W, dengan rumus: W = NVR
Jika nilai W terletak pada bata s χ² dengan probabilitas 90, maka
hipotesis bahwa tidak ada assosiasi diterima: χ²
0,5;N
W χ²
3.5.4 Komponen Fisik
0,95;N
3.5.4.1 Analisis hubungan antara tingkat hidup Daun Sang dengan tinggi tempat, kelerengan dan intensitas cahaya
Hubungan antara tinggi tempat, kelerengan dan intensitas cahaya terhadap tingkat hidup Daun Sang dideteksi dengan menggunakan analisis regresi linear
berganda. Dianalisis juga korelasi antar variabel tersebut.
3.5.4.2 Analisis Tanah
Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah BPTP Sumatera Utara. Analisis akan dilakukan untuk mengetahui sifat fisik tanah tekstur, sifat kimia
tanah pH dan kandungan unsur hara makro C-org, N, P, K. Data akan ditabulasikan dan dimasukkan sebagai atribut data pada peta jenis tanah.
Universitas Sumatera Utara
3.5.4.3 Analisis Hubungan antara faktor fisik ketinggian tempat,
kelerengan tempat, karakteristik tanah, suhu dan kelembababan
dengan jumlah Daun Sang
Hubungan antara faktor fisik yang terdiri atas ketinggian tempat, kelerengan tempat, karakteristik tanah, suhu dan kelembaban dengan jumlah
ditemukannya Daun Sang dalam tiap plot, dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Selanjutnya juga dilakukan analisis korelasi antar
variabel.
3.5.5 Komponen Sosial Ekonomi Analisis interaksi sosial ekonomi
Hasil wawancara dengan masyarakat sekitar lokasi ditemukannya Daun Sang ditabulasikan dan kemudian dilakukan analisis regresi linear berganda.
Analisis tersebut dilakukan untuk mengetahui bagaimana faktor-faktor ekonomi dan sosial masyarakat sekitar berpengaruh terhadap interaksi dengan Daun Sang,
sehingga berpengaruh terhadap kelangsungan dan keberlanjutan hidup Daun Sang.
3.5.6 Analisis Spasial
Analisa data dilakukan melalui analisis spasial faktor bioekologi dan analisis statistika dengan menggunakan GIS, berdasarkan metode tumpang tindih
overlay, pengkelasan class, pembobotan weighting dan pengharkatan scoring. Pengkelasan dilakukan berdasarkan kondisi lokasi penelitian dan
disesuaikan dengan temuan Daun Sang di lapangan. Pembobotan dilakukan didasarkan pada nilai kepentingan atau kesesuaian bagi habitat Daun Sang
berdasarkan hasil penelitian dan berbagai studi literatur terkait mengenai pertumbuhan Daun Sang. Bobot paling besar diberikan pada faktor yang
Universitas Sumatera Utara
dianggap dominan atau sangat penting, sebesar 30, penting sebesar 15 dan kurang penting 10. Pengharkatan dilakukan berdasarkan kondisi dimana Daun
Sang paling banyak ditemukan. Semakin besar nilai pengharkatan, semakin besar peluang ditemukan Daun Sang. Model matematikanya adalah:
a. Nilai Skor Klasifikasi Kesesuaian Habitat Daun Sang
Skor = ΣWi.Fki Wi
= bobot untuk setiap parameter Fki
= faktor kelas dalam parameter Skor = nilai dalam penetapan klasifikasi kesesuaian habitat
b. Nilai Selang Skor Klasifikasi kesesuaian Habitat Daun Sang
Selang = Smaks = nilai skor tertinggi
Smin = nilai skor terendah K
= banyaknya klasifikasi kesesuaian habitat Selang = nilai dalam penetapan selang klasifikasi kesesuaian habitat
c. Nilai Indeks Kesesuaian Habitat Daun Sang
IKHn = Smin + Selang danatau IKHn = IKHn-1 +Selang
Smin = nilai skor terendah Selang = nilai dalam penetapan selang klasifikasi kesesuaian habitat
IKHn
-1
IKHn = Nilai Indeks Kesesuaian Habitat ke-n = Nilai Indeks Kesesuaian Habitat Sebelumnya
d. Nilai Validasi Klasifikasi Kesesuaian Habitat Daun Sang