Kelas Kesesuaian Tutupan Lahan

4.5.1 Penyusunan Kelas-kelas Kesesuaian

Berdasarkan faktor-faktor yang telah ditentukan di atas, kemudian akan dijabarkan dalam bentuk peta-peta kesesuaian. Selanjutnya akan dianalisis berdasarkan hasil penelitian mengenai karakteristik Daun Sang dan juga ancaman terhadap Daun Sang seperti pada bab-bab sebelumnya.

4.5.1.1 Kelas Kesesuaian Tutupan Lahan

Tutupan lahan di Resort Sei Betung dibagi ke dalam berbagai kelas tutupan lahan, kemudian di sesuaikan dengan kondisi yang paling banyak dijumpai Daun Sang. Berdasarkan kepentingannya dan juga dari hasil penelitian, Daun Sang lebih banyak ditemukan pada kondisi tutupan lahan tertutup hutan primer. Berbagai literatur juga menyebutkan bahwa genus Johannesteijsmannia hanya ditemukan di hutan primer Dransfield et al, 2008; Mogea et al., 2001. Berdasarkan kondisi tersebut, maka faktor pembobot dari tutupan lahan adalah sebesar 30, dengan pembagian kelas tutupan lahan seperti tercantum pada Tabel 4.16 dan dapat dilihat pada Gambar 4.10. Tabel 4.16. Kelas kesesuaian tutupan lahan Kelas Tutupan Lahan Nilai 1 Tubuh air 1 2 Tanah terbuka 2 3 Semak belukar 3 4 Pertanian lahan kering 4 5 Perkebunan 5 6 Hutan lahan kering sekunder 6 7 Hutan lahan kering primer 7 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.10. Peta kesesuaian tutupan lahan di Resort Sei Betung, TNGL 4.5.1.2 Kelas Kesesuaian Kelerengan Tingkat kelerengan di lokasi penelitian dapat dibedakan mulai dari landai sampai terjal. Selanjutnya dikelompokkan berdasarkan kondisi dimana Daun Sang paling banyak ditemui. Dari penelitian, dapat diketahui bahwa Daun Sang menyukai kondisi kelerengan yang terjal. Berdasarkan kondisi tersebut, maka faktor pembobot dari kelerengan adalah sebesar 15, dengan ketentuan seperti Tabel 4.17 dan dapat dilihat pada Gambar 4.11. Tabel 4.17. Kelas kesesuaian kelerengan Kelas Kelerengan Nilai 1 0 – 8 1 2 8 – 15 2 3 15 – 25 3 4 25 – 45 4 5 45 5 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.11. Peta kesesuaian kelerengan di Resort Sei Betung, TNGL 4.5.1.3 Kelas Kesesuaian Ketinggian Tingkat ketinggian di lokasi penelitian dapat dibedakan mulai dari 0 – 1000 m dpl. Selanjutnya dikelompokkan berdasarkan kondisi dimana Daun Sang paling banyak ditemui. Dari penelitian, dapat diketahui bahwa Daun Sang menyukai kondisi ketinggian yang tergolong rendah. Berdasarkan kondisi tersebut, maka faktor pembobot dari ketinggian adalah sebesar 15, dengan ketentuan seperti Tabel 4.18 dan dapat dilihat pada Gambar 4.12. Tabel 4.18. Kelas kesesuaian ketinggian Kelas Ketinggian Nilai 1 0 – 200 m dpl 4 2 200 - 400 m dpl 3 3 400 – 600 m dpl 2 4 600 m dpl 1 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.12. Peta kesesuaian ketinggian di Resort Sei Betung, TNGL 4.5.1.4 Kelas Kesesuaian Jenis Tanah Resort Sei Betung terbagi menjadi beberapa jenis tanah, menurut klasifikasi USDA, yaitu Dystropepts; Tropudults; Humitropepts, Tropudults; Dystropepts, dan Tropudults; Dystropepts; Eutropepts. Selanjutnya dikelompokkan berdasarkan kondisi dimana Daun Sang paling banyak ditemukan. Dari penelitian, dapat diketahui bahwa Daun Sang menyukai tanah Dystropepts; Tropudults; Humitropepts. Berdasarkan kondisi tersebut, maka faktor pembobot dari jenis tanah adalah sebesar 10, dengan ketentuan seperti Tabel 4.19 dan dapat dilihat pada Gambar 4.13. Tabel 4.19. Kelas kesesuaian jenis tanah Kelas Jenis Tanah Nilai 1 Tropudults; Dystropepts; Eutropepts 1 2 Tropudults; Dystropepts 2 3 Dystropepts; Tropudults; Humitropepts 3 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.13. Peta kesesuaian jenis tanah di Resort Sei Betung, TNGL 4.5.1.5 Kelas Kesesuaian Iklim Resort Sei Betung terbagi menjadi 2 tipe iklim menurut Schmidt dan Fergusson, yaitu tipe A dan tipe B. Selanjutnya dikelompokkan berdasarkan kondisi dimana Daun Sang paling banyak ditemukan. Dari penelitian, dapat diketahui bahwa Daun Sang menyukai tipe iklim B. Berdasarkan kondisi tersebut, maka faktor pembobot dari kesesuaian iklim adalah sebesar 10, dengan ketentuan seperti Tabel 4.20 dan dapat dilihat pada Gambar 4.14. Tabel 4.20. Kelas kesesuaian iklim Kelas Tipe Iklim Nilai 1 A 1 2 B 2 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.14. Peta kesesuaian iklim di Resort Sei Betung, TNGL 4.5.1.6 Kelas Kesesuaian Jarak dari Perkampungan Jarak lokasi Daun Sang dari perkampungan, berkaitan dengan aksesibilitas masyarakat untuk pengambilan daunnya. Asumsinya, semakin jauh jarak, semakin sedikit akses pengambilan Daun Sang. Berdasarkan posisi Dusun Aras Napal Kanan dan Dusun Aras Napal Kiri, dapat dibuat buffer jarak untuk semua lokasi di Resort Sei Betung. Dari penelitian, dapat diketahui bahwa jarak terdekat antara Daun Sang dengan dusun adalah 2.000 m. Berdasarkan wawancara dengan masyarakat, mereka sudah jarang atau kurang melakukan pengambilan Daun Sang, maka faktor pembobot dari jarak dari perkampungan adalah sebesar 10, dengan ketentuan seperti Tabel 4.21 dan dapat dilihat pada Gambar 4.15. Tabel 4.21. Kelas kesesuaian jarak dari perkampungan Kelas Jarak dari Perkampungan Nilai 1 ≤ 2.000 m 1 2 2.000 m 2 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.15. Peta kesesuaian jarak dari perkampungan 4.5.1.7 Kelas Kesesuaian Jarak dari Sungai Jarak lokasi Daun Sang dari sungai, juga berkaitan dengan aksesibilitas masyarakat untuk pengambilan daunnya. Asumsinya, semakin jauh jarak, semakin sedikit akses pengambilan Daun Sang. Berdasarkan posisi Sungai Besitang sebagai sungai yang dijadikan sebagai sarana transportasi, dapat dibuat buffer jarak untuk semua lokasi di Resort Sei Betung. Dari penelitian, dapat diketahui bahwa jarak terdekat antara Daun Sang dengan sungai adalah 1.500 m. Berdasarkan kondisi tersebut, maka faktor pembobot dari jarak dari sungai adalah sebesar 10, dengan ketentuan seperti Tabel 4.22 dan dapat dilihat pada Gambar 4.16 . Tabel 4.22. Kelas kesesuaian jarak dari sungai Kelas Jarak dari Sungai Nilai 1 ≤ 1.500 m 1 2 1.500 m 2 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.16. Peta kesesuaian jarak dari sungai 4.5.2 Hasil Pemodelan Kesesuaian Habitat Daun Sang Hasil pemodelan kesesuaian habitat Daun Sang di Resort Sei Betung TNGL, dibedakan menjadi 3 klasifikasi, yaitu tidak sesuai, kurang sesuai dan sesuai. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.17. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.17. Peta pemodelan kesesuaian habitat Daun Sang di Resort Sei Betung, TNGL Kondisi lingkungan fisik dan biologi di Resort Sei Betung relatif homogen, sehingga berdasarkan analisis yang dilakukan, klasifikasi sesuai menempati urutan tertinggi, yaitu seluas 7970,1829 ha. Klasifikasi lainnya relatif lebih sedikit proporsinya, yaitu tidak sesuai seluas 534,6734 ha, kurang sesuai seluas 1416,2573 ha. Faktor yang paling berpengaruh adalah tutupan lahan, karena memang spesies ini merupakan spesies yang berhabitat hutan forest habitats juga merupakan spesies understorey yang artinya menempati stratum D pada kawasan hutan hujan tropis. Kondisi di Resort Sei Betung sendiri, mempunyai tutupan lahan yang dominan oleh penutupan hutan primer seluas 8019,95 ha atau 82 dari seluruh kawasan, sehingga menjadikan kawasan tersebut menjadi relatif sesuai untuk habitat Daun Sang. Apabila dilihat dari aspek kelerengan, lokasi di Resort Sei Betung mempunyai kelerengan yang sesuai untuk habitat Daun Sang, yaitu antara 8 - ≥ Universitas Sumatera Utara 45 seluas 4988,455 ha atau sekitar 53. Namun dari aspek ketinggian tempat, sebenarnya lokasi yang sesuai untuk Daun Sang hanya berkisar 17,6759 ha atau sekitar 0,2 saja. Keduanya merupakan faktor yang berpengaruh dengan bobot 15. Kondisi iklim dan jenis tanah menjadi faktor yang kurang berpengaruh, sebab berdasarkan pengamatan di lapangan, Daun Sang toleran terhadap kondisi tanah yang marginal, sedangkan iklim di Resort Sei Betung hanya terdapat 2 klasifikasi, yaitu A dan B, dimana tidak terdapat perbedaan yang besar pada intensitas curah hujannya. Jenis tanah yang ada di Resort Sei Betung dibedakan menjadi 3 klasifikasi saja, dan semuanya mempunyai perbedaan yang juga tidak terlalu besar, sehingga secara keseluruhan, dilihat dari faktor iklim dan jenis tanah merupakan faktor yang kurang berpengaruh. Ancaman terhadap kelestarian Daun Sang diprediksikan banyak berasal dari masyarakat sekitar yang memanfaatkan daunnya untuk keperluan mereka. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat sudah jarang bahkan tidak pernah memanfaatkan Daun Sang. Oleh karena itu pendekatan akses yang berupa jarak dari kampung dan jarak dari sungai menjadi kurang berpengaruh.

4.5.3 Validasi Model