d. Tujuan literasi media adalah untuk memberi kontrol lebih bagi khalayak ketika menafsirkan pesan.
Semua pesan media adalah interpretasi. Aktor-aktor media menyampaikan interpretasi mereka tentang banyak hal kepada khalayaknya, seperti apa yang
patut disebut penting, siapakah yang patut disebut orang penting, bagaimana seharusnya menjadi seorang manusia, apa itu bahagia, dan lain sebagainya. Begitu
juga, sebagai audiens, kita dapat mengonstruksi interpretasi kita sendiri tentang pesan-pesan tersebut. Kunci literasi media bukanlah untuk melekatkan diri pada
pencarian kebenaran yang mustahil atau pesan-pesan yang objektif. Hal tersebut tidak pernah ada. Karena itu, kita harus tanggap terhadap proses intrpretif dan
harus menjadi penjaga dalam mencari pola interpretasi yang terdapat di dalam pesan media. Ini menghindarkan dari menerpa diri secara berlebihan kepada
media, yang menghasilkan penerimaan yang nirkritis terhadap interpretasi media secara umum.
Disadari atau tidak proses efek media berlangsung. Ketika kita, meraih kontrol yang lebih baik terhadap media, kita dapat memperkuat dampak-dampak
yang kita pikir baik untuk diterima dan meminimalisir dampak-dampak yang ingin kita hindari.
Untuk memperoleh tujuan tersebut, kita harus mampu mengenali dampak media secara keseluruhan dan bagaimana mereka menyebarkan dampak tersebut
kepada kita. Ini bukanlah pekerjaan ringan. Kebanyakan dampak media sukar diketahui; mereka terjadi sedikit demi sedikit dan sebagian besar dampak media
Universitas Sumatera Utara
membutuhkan waktu yang lama untuk muncul. Lama kelamaan dampak tersebut mencapai alam bawah sadar kita.
Tanggapan terhadap “banjir” pesanmedia tersebut adalah untuk lebih aktif dalam memprosesnya supaya mendapatkan informasi dan pengalaman yang
benar-benar kita inginkan dan hargai. Dengan mengembangkan tingkat melek media yang lebih tinggi, kita dapat mengontrol proses keberpengaruhan media.
Kita menjadi tahu bagaimana dapat turut andil dalam proses tersebut sehingga terbentuklah dampak-dampak yang kita inginkan.
Menurut Elizabeth Thoman, dari Center for Media Literacy di Kanada, melek media merupakan penggabungan tiga pendekatan yang saling berkaitan
interrelated approaches. Yaitu:
1. Menjadi sadar akan pentingnya keseimbangan atau pengelolaan diet media
seseorang, membantu anak dan keluarganya membuat pilihan yang sehat healthy choice, dan mengatur waktu yang digunakan untuk mengonsumsi
media. 2.
Mengajarkan keterampilan yang spesifik dari memirsa secara kritis critical viewing, belajar menganalisis dan mempertanyakan apa yang ada
dalam frame, bagaimana hal itu dikonstruksi dan apa yang telah diabaikan. Keterampilan ini paling baik dipelajari lewat kegiatan kelompok interaktif
sekaligus menciptakan dan memproduksi pesan media masing-masing. 3.
Analisis sosial, politik dan ekonomi di balik frame melalui mana kita melihat media images untuk menggali isu lebih dalam tentang siapa yang
memproduksi media yang kita konsumsi dan untuk tujuan apa.
Universitas Sumatera Utara
Kecenderungan yang tampak sekarang menunjukkan bahwa intervensi media massa termasuk televisi ke dalam kehidupan anak dari hari ke hari akan
semakin jauh. Karena itu diperlukan sejumlah langkah konkret untuk mencegah dan mengatasi berbagai kemungkinan dampak yang tidak diinginkan akibat
konsumsi media berlebih yang dilakukan oleh anak. Langkah-langkah yang dimaksud dapat ditempuh melalui penataan kebijakan mengenai anak dan televisi,
pengisian program televisi dengan acara-acara yang dapat dipertanggungjawabkan kemanfaatannya bagi pertumbuhan anak yang sehat secara fisik dan mental, serta
pembekalan anak dengan keterampilan menonton televisi secara benar, yang belakangan ini dapat dimulai dengan membekali para orang tua agar mereka dapat
membimbing anaknya menjadi penonton televisi yang kritis, selektif, dan memahami isi pesan dengan tepat.
Stasiun televisi cenderung menyajikan tayangan yang homogen pada pemirsanya. Meski judulnya beragam namun sebenarnya isinya hampir seragam.
Beberapa jenis tayangan tersebut di antaranya adalah, sinetron yang kerap dibumbui dengan kekerasan, hedonisme, seks, mistik. Ketika diprotes, produser
dan pengelola siaran televisi akan beralasan bahwa tayangan-tayangan tersebut dibuat sesuai selera pasar. Buktinya ratingnya tetap tinggi yang berarti diminati
oleh masyarakat. Setidaknya ada 3 hal penting yang perlu disimak dalam menelaah interaksi antara anak dengan media massa.
Universitas Sumatera Utara
Ketiga hal tersebut adalah :
1. Intervensi media terhadap kehidupan anak akan makin bertambah besar
dengan intensitas yang semakin tinggi. Pada saat budaya baca belum terbentuk, budaya menonton televisi sudah sangat kuat.
2. Kehadiran orangtua dalam mendampingi kehidupan anak sehari-hari akan
semakin berkurang akibat pola hidup masyarakat modern yang menuntut aktivitas di luar rumah.
3. Persaingan bisnis yang makin ketat antar media dalam merebut perhatian
khalayak termasuk anak-anak terkadang mengabaikan tanggung jawab sosial, moral, dan etika, serta pelanggaran hak-hak konsumen.
Munculnya berbagai dampak tersebut, pada umumnya dapat dilihat sebagai akibat dari kurangnya pemahaman orangtua dalam mengatur dan
menjembatani interaksi anak dengan televisi. Sikap ketidakberdayaan inilah yang harus dikikis dengan memberikan penyadaran bahwa kuncinya bukanlah pada
orang lain atau pihak lain, tetapi ada pada si orangtua dan anak itu sendiri. Karena media dianggap memiliki kekuatan untuk menjalankan hidden curriculum
kurikulum terselubung baik yang konstruktif maupun destruktif dari New Mexico Media Literacy Project, www.nmmlp.org diunduh tanggal 1 Maret 2010.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Undang-Undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2002 tentang