2.5 Undang-Undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran dan Peraturan KPI No.2PKPI52006 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran P3SPS
Undang-Undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran dirumuskan dan selanjutnya disahkan untuk menggantikan Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran, karena dipandang sudah tidak sesuai lagi.
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah melahirkanmasyarakat informasi yang makin besar tuntutannya akan hak untuk
mengetahui dan hak untukm mendapatkan informasi. Informasi telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat dan telah menjadi komoditas penting dlam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi tersebut telah
membawa implikasi terhadap dunia penyiaran, termasuk penyiaran di Indonesia. Penyiaran sebagai penyalur infomasi dan pembentuk pendapat umum, perannya
menjadi semakin strategis. Penyiaran telah menjadi salah satu sarana komunikasi bagi masyarakat, lembaga penyiaran, dunia bisnis, dan pemerintah. Perkembangan
tersebut telah menyebabkan landasan hukum pengaturan penyiaran yang ada selama ini menjadi tidak memadai. Atas dasar hal tersebut, perlu dilakukan
pengaturan kembali mengenai penyiaran, dan pengaturan ini serta merta mengikutsertakan setiap stasiun televisi.
Jika dikhususkan pada pasal-pasal yang berkaitan dengan pembuatan suatu program secara ideal dan berdekatan dengan dunia anak, maka dapat disebutkan
sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Pasal 36
1 Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan,
dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan,
serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia. 2
Ayat 3 Isi siaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu anak-anak dan
remaja, dengan menyiarkan mata acara pada waktu yang tepat, dan lembaga penyiaran wajib mencantumkan danatau
menyebutkan klasifikasi khalayak sesuai dengan isi siaran. 3
Ayat 5 Isi siaran dilarang : i.
bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan, danatau bohong; ii.
menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang; atau
iii. mempertentangkan suku, agama, ras, dan antar golongan.
b. Pasal 47
Isi siaran dalam bentuk film danatau iklan wajib memperoleh tanda lulus sensor dari lembaga yang berwenang.
Peraturan KPI No.2PKPI52006 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran P3SPS, ditetapkan untuk mengatur perilaku
lembaga penyiaran dan lembaga lain yang terlibat dalam dunia penyiaran Indonesia mengingat lembaga penyiaran, dalam menjalankan aktivitasnya,
menggunakan spectrum frekuensi radio yang merupakan sumber daya alam
Universitas Sumatera Utara
terbatas, sehingga pemanfaatannya harus senantiasa ditujukan untuk kemaslahatan masyarakat sebesar-besarnya dalam Pasal 3.
Dalam Pasal 4 juga disebutkan bahwa P3SPS ditetapkan dengan tujuan memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang
beriman dan bertaqwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri,
demokratis, adil, dan sejahtera. Adapun pasal-pasal yang secara eksplisit mendukung tindakan
pencerdasan terhadap program-program televisi, terutama bagi anak, adalah : a.
Pasal 32 1
Program atau promo program yang mengandung muatan kekerasan secara dominan, atau mengandung adegan kekerasan
eksplisit dan vulgar, hanya dapat disiarkan pada jam tayang di mana anak-anak pada umumnya diperkirakan sudah tidak
menonton televisi, yakni pukul 22.00-03.00 sesuai dengan waktu stasiun penyiaran yang menayangkan.
2 Lembaga penyiaran dilarang menyajikan program dan promo
program yang mengandung adegan yang dianggap di luar kemanusiaan atau sadistis.
3 Lembaga penyiaran dilarang menyajikan program yang dapat
dipersepsikan sebagai mengagung-agungkan kekerasan atau menjustifikasi kekerasan sebagai hal yang lumrah dalam
kehidupan sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
4 Lembaga penyiaran dilarang menyajikan lagu-lagu atau klip
video musik yang mengandung muatan pesan menggelorakan atau mendorong kekerasan.
b. Pasal 35
Dalam program anak-anak, kekerasan tidak boleh tampil secara berlebihan dan tidak boleh tercipta kesan bahwa kekerasan adalah hal lazim dilakukan
dan tidak memiliki akibat serius bagipelaku dan korbannya. c.
Pasal 44 Ayat 4 Lembaga penyiaran dilarang menampilkan tayangan yang
menjadikan anak-anak dan remaja sebagai obyek seks, termasuk di dalamnya adalah adegan yang menampilkan anak-anak dan remaja
berpakaian minim, bergaya dengan menonjolkan bagian tubuh tertentu atau melakukan gerakan yang lazim diasosiasikan dengan daya tarik
seksual. d.
Pasal 52 1
Lembaga penyiaran tidak boleh menyajikan penggunaan bahasa atau kata-kata makian yang mempunyai kecenderungan
menghinamerendahkan martabat manusia, memiliki makna jorokmesumcabulvulgar, serta menghina agama dan Tuhan.
2 Kata-kata kasar dan makian yang dilarang disiarkan mencakup
kata-kata dalam bahasa Indonesia, bahasa asing, dan bahasa daerah, baik diungkapkan secara verbal maupun non-verbal.
Universitas Sumatera Utara
e. Pasal 64
Ayat 2 Lembaga penyiaran televisi wajib menyertakan informasi tentang penggolongan program berdasrkan usia khalayak penonton di setiap acara
yang disiarkan. f.
Pasal 65 Penggolongan program diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu :
a Klasifikasi A: Tayangan untuk Anak,yakni khalayak berusia di bawah
12 tahun; b
Klasifikasi R: Tayangan untuk remaja, yakni khalayak berusia 12-18 tahun;
c Klasifikasi D: Tayangan untuk Dewasa; dan
d Klasifikasi SU: Tayangan untuk Semua Umur.
g. Pasal 66
Program siaran dengan Klasifikasi ‘A’ mengikuti ketentuan sebagai berikut :
a Program tersebut khusus dibuat dan ditujukan untuk anak;
b Program tersebut berisikan isi, materi, gaya penceritaan, tampilan yang
sesuai dengan dan tidak merugikan perkembangan dan kesehatan anak; c
Program tersebut tidak boleh menonjolkan kekerasan baik perilaku verbal maupun non-verbal serta menyajikan adegan kekerasan yang
mudah ditiru anak-anak;
Universitas Sumatera Utara
d Program tersebut tidak boleh menyajikan adegan yang memperlihatkan
perilaku atau situasi membahayakan yang mudah atau mungkin ditiru anak-anak;
e Program tersebut tidak boleh mengandung muatan yang dapat
mendorong anak belajar tentang perilaku yang tidak pantas, seprti : berpacaran saat anak-anak, bersikap kurang ajar kepada orang tua atau
guru, memaki orang lain dengan kata kasar; f
Program tersebut tidak mengandung muatn yang secara berlebihan mendornong anak percaya pada kekuatan paranormal, klenik, praktik
spiritual magis, mistik, atau kontak dengan roh; g
Program tersebut tidak mengandung adegan yang menakutkan dan mengerikan;
h Program tersebut harus mengandung nilai-nilai pendidikan, budi
pekerti, hiburan, apresiasi estetik, dan penumbuhan rasa ingin tahu mengenai lingkungan sekitar;
i Program tersebut tidak memuat materi yang mungkin dapat
mengganggu perkembangan jiwa anak, seperti: perceraian, perselingkuhan, bunuh diri, penggunaan obat bius;
j Iklan dalam program ‘A’ maksimal 20 dua puluh per seratus dari
jam tayang.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian Kualitatif
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan
sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling bahkan populasi atau
samplingnya sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya.
Di sini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman kualitas data bukan banyaknya kuantitas data Kriyantono, 2008 : 56-57.
Periset adalah bagian integral dari data, artinya periset ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Dengan demikian, periset menjadi
instrumen riset yang harus terjun langsung di lapangan. Karena itu penelitian ini bersifat subjektif dan hasilnya lebih kasuistik bukan untuk digeneralisasikan.
3.2 Studi Kasus
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Studi kasus menguraikan dan menjelaskan secara komprehensif mengenai
berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi komunitas, suatu program, atau suatu institusi sosial. Peneliti studi kasus berupaya menelaah
sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti. Dengan mempelajari
Universitas Sumatera Utara