Literasi Media Media Literacy

acara seringnya didasarkan pada menguntungkan tidaknya program acara tersebut di mata para pemroduksinya. Argumentasinya masih berkisar mahalnya biaya produksi dan target pasar yang berdasarkan riset terpercaya memang menginginkan tayangan seperti itu. Orang tua kerap menjadikan televisi sebagai pengasuh pengganti diri mereka di rumah. Anak yang masih cukup sederhana pola pikirnya menjadikan televisi sebagai sebuah media dengan begitu banyak kegunaan, sehingga hampir tidak ada penolakan terhadap anjuran untuk menyaksikan televisi dari orang tua mereka. Namun, disadari atau tidak televisi mengandung banyak nilai-nilai yang seyogyanya membutuhnkan proses penyortiran, dan di lain pihak proses penguatan. Dengan demikian para orang tua adalah pihak yang paling berkompeten dalam menyortir atau menguatkan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap jenis tayangan terfavorit anak tersebut, misalnya sinetron anak, kartun, atau program acara khusus anak lainnya yang biasa ditonton anak.

I.5.4 Literasi Media Media Literacy

Literasi media di Indonesia lebih dikenal dengan istilah melek media. James Potter dalam bukunya yang berjudul “Media Literacy” mengatakan bahwa literasi media adalah sebuah perspekif yang digunakan secara aktif ketika individu mengakses media dengan tujuan untuk memaknai pesan yang disampaikan oleh media. Selanjutnya, Jane Tallim menyatakan bahwa literasi media adalah kemampuan untuk menganalisis pesan media yang menerpanya, baik yang bersifat informatif maupun yang menghibur. Universitas Sumatera Utara Allan Rubin Baran, 2004 : 51 menawarkan tiga definisi mengenai literasi media yang dikutip dari sumber-sumber yang berbeda, yaitu : • Defenisi pertama dari National Leadership Conference on Media Literacy, menyebutkan bahwa literasi media adalah kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan mengomunikasikan pesan. • Defenisi kedua dari ahli media, Paul Messaris, menyebutkan bahwa literasi media adalah pengetahuan tentang bagaimana fungsi media dalam masyarakat. • Defenisi ketiga dari peneliti komunikasi massa, Justin Lewis dan Shut Jally, menyebutkan bahwa literasi media adalah pemahaman akan batasan- batasan budaya, ekonomi, politik dan teknologi terhadap kreasi, produksi dan transmisi pesan Rubin kemudian menyatakan defenisi literasi media menurut dirinya. Literasi media adalah pemahaman terhadap sumber-sumber dan teknologi komunikasi, simbol-simbol yang digunakan, dan proses seleksi, interpretasi, dan dampak dari pesan-pesan tersebut. Sedangkan The Cultural Environment Movement The People’s Communicatiob Charter mendefenisikan literasi media sebagai hak untuk mendapatkan kemampuan dan informasi yang penting dalam berpartisipasi secara penuh dalam perundingan dan komunikasi publik, dibutuhkan fasilitas dalam membaca, menulis, dan menceritakan kembali; kesadaran untuk kritis terhadap media, melek komputer; dan pendidikan tentang peranan komunikasi di dalam masyarakat. Universitas Sumatera Utara Kemudian The National Communication Association, sebuah organisasi sarjana professional yang didirikan oleh sejumlah besar akademisi universitas menyatakan bahwa literasi media adalah kritis dan reflektif dalam mengonsumsi media komunikasi. Hal ini membutuhkan pemahaman tentang bagaimana kata- kata, gambar, grafik, dan suara “bekerjasama” dalam cara yang sukar diketahui dan sukar dicari, serta kewaspadaan tentang efek yang berbeda dari tiap media. Literasi media merupakan sebuah pemahaman akan sumber-sumber dan teknologi komunikasi, kode-kode yang digunakan, pesan-pesan yang dihasilkan serta seleksi, interpretasi dan dampak dari pesan-pesan tersebut. Banyak dari kita yang secara langsung menyalahkan tayangan televisi yang tidak pantas atau menyebutkan serta mengeluhkan dampak bahaya yang dimilikinya, kita jarang mempertanyakan peranan kita sendiri dalam proses komunikasi massa. Kita melupakannya, karena kita berpartisipasi dalam komunikasi massa secara alamiah, hampir tanpa usaha yang “sadar”. Literasi media juga dapat diterjemahkan sebagai kecakapan bermedia, yaitu sebuah kesadaran dan kecakapan komprehensif untuk menempatkan diri individu dan masyarakat di depan media sebagai pelaku aktif. Dengan adanya kecakapan bermedia, seseorang diharapkan mampu untuk menyeleksi media dan isinya untuk dikonsumsi. Art Silverblatt menyebutkan tujuh elemen dasar yang menjadi karakteristik dari literasi media, kemudian Stanley J. Baran menambahinya menjadi delapan. Karakteristik tersebut adalah : Universitas Sumatera Utara 1. Kemampuan dalam berpikir kritis yang memungkinkan para konsumen media massa mengembangkan penilaian independen tentang konten media. Berpikir secara kritis tentang konten yang kita konsumsi adalah esensi utama dari media literasi. Mengapa kita menonton apa yang kita tonton, membaca apa yang kita baca, dan mendengarkan apa yang kita dengar. 2. Pemahaman tentang proses komunikasi massa. Jika kita mengetahui komponen dari proses komunikasi massa dan bagimana komponen tersebut berkaitan satu sama lain, kita dapat membuat perkiraan tentang bagaimana mereka “melayani” kita. 3. Tanggap akan dampak media bagi individu maupun masyarakat. Media massa. mengubah dunia dan orang-orang di dalamnya. Jika kita mengabaikan dampak media bagi kehidupan kita, kita lebih berisiko terperangkap dan terbawa arus perubahan tersebut ketimbang mengontrol atau memimpinnya. 4. Strategi dalam analisis dan diskusi pesan-pesan media. Untuk mengonsumsi pesan media secara peka, kita membutuhkan fondasi, sebagai pemikiran dan refleksi awal. Jika kita menafsirkan makna, kita harus memiliki alat yang memadai untuk mencapainya. 5. Pemahaman isi media sebagai naskah yang menyediakan wawasan ke dalam budaya dan kehidupan kita. Kita mengenali segala yang berkaitan dengan budaya melalui komunikasi. Bagi budaya modern seperti kita, Universitas Sumatera Utara pesan-pesan media semakin mendominasi kegiatan komunikasi, membentuk pemahaman dan wawasan tentang budaya kita. 6. Kemampuan untuk menikmati, memahami, dan mengapresiasi isi media. Media literasi bukan berarti hidup sebagai seorang pembeci media atau selalu curiga terhadap dampak bahayanya dan terjadinya degradasi budaya. 7. Pengembangan tentang keterampilan produksi yang efektif dan sesuai. Literasi tradisional mengasumsikan bahwa mereka yang dapat membaca pasti bisa menulis. Media literasi juga mengasumsikan demikian. Pemahaman kita tentang literasi di setiap jenisnya menyebut tidak hanya untuk pemahaman yang efektif dan efisien tetapi juga untuk penggunaannya yang efektif dan efisien. Karena itu, individu yang cakap mengonsumsi media sepatutnya mengembangkan kemampuan menghasilkan yang memungkinkan mereka menghasilkan pesan-pesan media yang bermanfaat. 8. Pemahaman etis dan kewajiban moral bagi para praktisi media. Kita harus memahami peraturan resmi maupun tidak resmi pada pengoperasian media. Dengan kata lain, kita harus tahu secara respektif, kewajiban etis dan keabsahannya. Literasi media juga membutuhkan sejumlah keahlian khusus, yaitu : 1. Kemampuan dan kemauan untuk berusaha memahami konten, memperhatikan, dan menyaring gangguan. Universitas Sumatera Utara 2. Pemahaman dan penghargaan bagi kekuatan pesan media. Media massa telah ada selama lebih dari satu setengah abad. 3. Kemampuan untuk membedakan kondisi emosi dari reaksi beralasan ketika menanggapi konten dan untuk bertindak secara sesuai. 4. Meningkatkan tingginya ekspekstasi terhadap konten media. 5. Pengetahuan tentang kumpulan genre dan kemampuan untuk mengenali ketika mereka dipadukan. 6. Kemampuan untuk berpikir secara kritis tentang pesan-pesan media, tidak masalah bagaimana terpercayanya sumber mereka Baran, 2009 : 27-31. Dengan adanya kecakapan bermedia, para orang tua diharapkan mampu untuk menyeleksi media dan isinya, dalam hal ini media televisi untuk dikonsumsi oleh anak-anaknya. Lem Materman mengemukakan beberapa alasan mengapa literasi media menjadi sesuatu yang memiliki tingkat urgensi tinggi saat ini. Alasan tersebut adalah : • Media Maturation Saat ini media massa dikonsumsi benar-benar secara “massal”, sehingga dapat dikatakan bahwa saat ini para konsumen media sedang mengalami banjir informasi. Banyaknya informasi yang ditawarkan tersebut terkadang tidak hanya membawa dampak positif tetapi juga dampak negatif. • Media Influence Media hidup dengan “menjual kesadaran audiens”, media dengan sengaja mempengaruhi atau membujuk individu untuk menyetujui hal yang ia persuasikan. Anak-anak adalah konsumen yang paling mudah terpengaruh Universitas Sumatera Utara dan selanjutnya mengimitasi objek-objek yang dipersuasikan terhadap mereka, secara langsung atau berproses. • Media Are Not Value – Free Media tidak dapat terlepas dari berbagai kepentingan, baik dari pihak penguasa maupun pemilik modal. Oleh sebab itu, para konsumennya sebaiknya lebih peka terhadap beragam tayangannya. • Educating For Future Generasi muda, tak terkecuali anak-anak, diperkirakan akan didominasi oleh media massa dan teknologi komunikasi, maka penting bagi mereka untuk mengetahui bagaimana media massa memiliki kemampuan untuk membuat perubahan di masyarakat dari http:www.medialit.orgreading_roomarticle709.html diunduh pada tanggal 8 Februari 2010. Jika tingkat literasi media yang dimiliki para orang tua memadai dalam arti kualitasnya, maka akan lebih efektif peranan yang dapat dilakukannya dalam meningkatkan pemahaman anak-anak mereka terhadap tayangan yang sering, jarang, atau tidak sengaja ditontonnya. Menurut Darmadi Durianto 2003:68-73, pemahaman berarti penerimaan yang cermat atas kandungan rangsangan seperti yang dimaksudkan pengirim pesan, dalam hal ini yang berperan sebagai penerima adalah audiens dan pengirimnya adalah media massa. Pemahaman juga dikaitkan dengan penafsiran suatu stimulus yang dikategorikan dan diuraikan berdasarkan pengetahuan yang sudah ada. Universitas Sumatera Utara Pemahaman dipengaruhi oleh beberapa hal : • Stimulus Kategori stimulus melibatkan penggolongan suatu stimulus dengan menggunakan konsep-konsep yang disimpan dalam ingatan. • Elaborasi stimulus Pemahaman memerlukan tingkat elaborasi yang terjadi selama pemrosesan stimulus. Elaborasi mengacu pada banyaknya integrasi di antara banyak informasi yang baru dan pengetahuan yang sudah tersimpan dalam ingatan. • Determinan pribadi dalam pemilihan Pemahaman dipengaruhi oleh banyak stimulus dan faktor pribadi. Orang akan lebih dahulu mempertimbangkan bagaimana faktor pribadi dapat mempengaruhi pemahaman. Faktor pribadi tersebut adalah : 1. Motivasi; keadaan motivasional seseorang selama pemrosesan informasi dapat mempengaruhi perhatian. Keadaan ini dapat juga menimbulkan pengaruh pada pemahaman. 2. Pengetahuan; pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan merupakan determinan utama dalam pemahaman. Kategori stimulus sangat bergantung pada pengetahuan. Pengetahuan juga meningkatkan kemampuan khalayak dalam memahami suatu pesan. 3. Perangkat harapan atau persepsi; terdapat peranan perangkat kognitif dan afektif di sini. Kemampuan kognitif berkisar pada kesan setelah melihat Universitas Sumatera Utara tayangan dan kemampuan afektif menggambarkan perasaan dan emosi yang dihasilkan stimulus, misalnya rasa takut, terkejut, sedih, dan ekspresi emosi lainnya. 4. Determinan stimulus dan pemahaman; sifat fisik aktual suatu stimulus memainkan peranan yang besar dalam membentuk penafsiran stimulus tersebut. Pemahaman terkadang bergantung pada pengemasan dan konsep suatu tayangan itu sendiri 1.5.5 Undang-Undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran dan Peraturan KPI No.2PKPI52006 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran P3SPS Kelahiran stasiun-stasiun televisi swasta di Indonesia didukung oleh regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam bentuk Undang-Undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Pasal yang berjumlah 64 tersebut merupakan sebentuk aturan yang mengizinkan sekaligus member pembatasan-pembatasan terhadap pihak-pihak yang memasuki ranah penyiaran, baik ranah penyiaran publik, swasta nasional, komunitas, berlangganan, maupun asing. Pasal-pasal di dalamnya mengatur tentang pola jaringan siaran sampai isi siaran yang ideal. Selain itu, terdapat pasal-pasal 15 dan 19 yang secara terbuka menyebutkan bahwa iklan menjadi salah satu sumber pembiayaan utama bagi berjalannya operasionalisasi sebuah stasiun penyiaran, termasuk stasiun televisi. Pedoman Perilaku Penyiaran merupakan panduan tentang batasan-batasan mengenai apa yang diperbolehkan dan atau tidak diperbolehkan berlangsung Universitas Sumatera Utara dalam proses pembuatan program siaran, sedangkan Standar Program Siaran merupakan panduan tentang batasan apa yang diperbolehkan dan atau yang tidak diperbolehkan ditayangkan dalam program siaran. Dalam Pasal 6 disebutkan bahwa Pedoman Perilaku Penyiaran menentukan standar isi siaran yang sekurang- kurangnya berkaitan dengan : a. Rasa hormat terhadap pandangan keagamaan; b. Rasa hormat terhadap hal pribadi; c. Kesopanan dan kesusilaan; d. Pelarangan dan pembatasan adegan seks, kekerasan, dan sadisme; e. Perlindungan terhadap anak-anak, remaja, dan perempuan; f. Penggolongan program menurut usia khalayak; g. Penyiaran program dalam bahasa asing; h. Ketepatan dan kenetralan program berita; i. Siaran langsung; j. Siaran iklan. Dalam Pasal 7 disebutkan bahwa Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran ditetapkan dengan menghormati asas manfaat, asas adil dan merata, asas kepastian hukum, asas keamanan, asas keberagaman, asas kemitraan, etika, asas kemandirian, dan asas kebebasan dan tanggung jawab. Selain dua pasal ini, terdapat 85 pasal lain yang juga memberi aturan terhadap setiap stasiun penyiaran, tak terkecuali stasiun televisi. Universitas Sumatera Utara

1.6 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesis Nawawi, 1995:33. Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Sedangkan Kerlinger menyebut konsep sebagai abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus Kriyantono, 2008 : 17. Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis, yang sebenarnya merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Adapun konsep- konsep yang diteliti dalam penelitian ini adalah : peran orang tua dan pemahaman anak. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Peran Orang Tua Dalam Membatasi Tayangan Televisi Bagi Anak di Perguruan TK Permata Bangsa Binjai Barat (Studi Kasus Terhadap Wacana Di Hapusnya Beberapa Tayangan Kartun Di Indonesia)

0 72 124

PERAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL (Studi Deskriptif Tentang Peran Orang Tua Dalam Penggunaan Jejaring Sosial Oleh Remaja Di Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia)

0 37 7

Peran Orang Tua Dalam Penggunaan Jejaring Sosial (Studi Deskriptif Tentang Peran Orang Tua Dalam Penggunaan Jejaring Sosial Oleh Remaja Di Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia)

14 94 75

Respon Masyarakat Terhadap Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) Di Kelurahan Pekan Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang

1 39 127

Peran Orang Tua Dalam Membatasi Tayangan Televisi Bagi Anak di Perguruan TK Permata Bangsa Binjai Barat (Studi Kasus Terhadap Wacana Di Hapusnya Beberapa Tayangan Kartun Di Indonesia)

1 22 124

Peran Orang Tua Dalam Membatasi Tayangan Televisi Bagi Anak di Perguruan TK Permata Bangsa Binjai Barat (Studi Kasus Terhadap Wacana Di Hapusnya Beberapa Tayangan Kartun Di Indonesia)

0 0 16

Tinjauan Sosiologi Terhadap Kenakalan Re

0 0 13

PERAN ORANG TUA DALAM PEMAHAMAN ETIKA SOSIAL ANAK

0 0 25

Peran Orang Tua Dalam Penggunaan Jejaring Sosial (Studi Deskriptif Tentang Peran Orang Tua Dalam Penggunaan Jejaring Sosial Oleh Remaja Di Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia)

0 0 8

PERAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI ANAK DI PERUM TANJUNG RAYA PERMAI KELURAHAN PEMATANG WANGI KECAMATAN TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 0 106