BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian Kualitatif
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan
sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling bahkan populasi atau
samplingnya sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya.
Di sini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman kualitas data bukan banyaknya kuantitas data Kriyantono, 2008 : 56-57.
Periset adalah bagian integral dari data, artinya periset ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Dengan demikian, periset menjadi
instrumen riset yang harus terjun langsung di lapangan. Karena itu penelitian ini bersifat subjektif dan hasilnya lebih kasuistik bukan untuk digeneralisasikan.
3.2 Studi Kasus
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Studi kasus menguraikan dan menjelaskan secara komprehensif mengenai
berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi komunitas, suatu program, atau suatu institusi sosial. Peneliti studi kasus berupaya menelaah
sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti. Dengan mempelajari
Universitas Sumatera Utara
semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok, atau suatu kejadian, peneliti bertujuan memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam mengenai
subjek yang diteliti Mulyana, 2003 : 201. Robert K. Yin memberikan batasan mengenai meode studi kasus sebagai penelitian yang menyelidiki fenomena di
dalam konteks kehidupan nyata, ketika batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan jelas, dan di mana multi sumber bukti dimanfaatkan
Kriytantono, 2008 : 65. Studi kasus memusatkan diri secara intensif terhadap subjek tertentu
dengan mempelajarinya sebagi suatu kasus. Peneliti harus mengumpulkan data setepat-tepatnya dan selengkap-lengkapnya dari kasus tersebut untuk mengetahui
sebab-sebab yang sesungguhnya bilaman terdapat aspek-aspek yang perlu diperbaiki Nawawi, 1995 : 72.
Sebagai suatu metode kualitatif, studi kasus mempunyai beberapa keuntungan. Lincoln dan Guba mengemukakan bahwa keistimewaan studi kasus
meliputi hal-hal berikut Mulyana, 2003 : 201. a.
Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan pandangan subjek yang diteliti.
b. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang m,irip dengan apa yang
dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari. c.
Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden.
Universitas Sumatera Utara
d. Studi kasusmemungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi
internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual, tetapi juga keterpercayaan trustworthiness.
e. Studi kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian atas
transferabilitas. f.
Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.
Dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok, atau suatu kejadian, peneliti bertujuan memberikan uraian yang
lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti Kriyantono, 2008 :66. Karena itu, studi kasus mempunyai ciri-ciri :
a. Partikularistik, yaitu studi kasus berfokus pada situasi, peristiwa, program,
atau fenomen tertentu. b.
Deskriptif, yaitu hasil akhir metode ini adalah deskripsi detail dari topik yang diteliti.
c. Heuristik, yaitu studi kasus membantu khalayak memahami apa yang
sedang diteliti. Interpretasi baru, perspektif baru, dan makna baru merupakan tujuan dari studi kasus.
d. Induktif, yaitu studi kasus berangkat dari fakta-fakta di lapangan kemudian
menyimpulkan ke dalam tataran konsep atau teori.
Universitas Sumatera Utara
3.3 Waktu Penelitian