Pengetahuan Gizi Ibu Pendidikan Ibu

Beeby 1982 dalam Hatril 2001 mengemukakan bahwa pekerjaan ditentukan oleh pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan terdapat kecenderungn untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan berpenghasilan tetap. Status bekerja ibu merupakan karakteristik ekonomi yang berhubungan dengan pendapatan. Ibu meninggalkan rumah untuk bekerja memiliki masalah yang berkaitan dengan siapa yang memberikan pelayanan di rumah termasuk siapa yang mengasuh balita. Soekirman, dkk 2000 menyatakan bahwa meningkatnya kesempatan kerja wanita dapat mengurangi waktu untuk tugas merawat anak dan memberikan asupan makanan yang sesuai kebutuhan. Dalam mengasuh anak, ibu adalah orang yang paling banyak terlibat sehingga pengaruhnya sangat besar bagi perkembangan balita. Peran sebagai wanita karir dan ibu rumah tangga sangat erat kaitannya dengan status gizi anak. Menurut Harahap 1992 dalam Handayani 2012, mengemukakan bahwa salah satu dampak negative yang ditimbulkan sebagai akibat bekerjanya ibu di luar rumah adalah ketelantaran balita, sebab anak balita bergantung pada pengasuhnya.

2.2.4 Pengetahuan Gizi Ibu

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi sesudah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Berdasarkan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng Notoatmodjo, 2007. Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan cara wawancara terstruktur dengan kuisioner. Aspek-aspek dalam pengetahuan gizi yaitu; a pangan dan gizi pengertian, jenis, fungsi, sumber, akibat kekurangan, b pangan gizi bayi ASI, MP-ASI, umur pemberian, jenis, c pangangizi balita, d pangangizi ibu hamil, e pertumbuhan anak, f kesehatan anak, g pengetahuan tentang pengasuhan anak. Kategori pengetahuan gizi bisa dibagi dalam 3 kelompok yaitu baik, sedang, kurang. Cara pengkategorian dilakukan dengan cut off points dari skor yang sudah dijadikan persen, yaitu baik dengan skor 80 jawaban benar, sedang dengan skor 60-80 jawaban benar, dan kurang dengan skor 60 jawaban benar Khomsan,2004. Hasil penelitian Syahbudin 2002 di puskesmas Munjul Kecamatan Majalengka mengatakan bahwa meskipun pengetahuan ibu bukan merupakan faktor penyebab langsung terjadinya gizi kurang namun terbukti bahwa pengetahuan ibu tentang gizi ada hubungan bermakna dengan terjadinya gizi kurang pada balita. Hasil penelitian Mulyaningsih 2007 di Kecamatan Cilincing Kabupaten Bandung menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan proporsi ibu yang mempunyai pengetahuan kurang memiliki anak gizi kurang lebih tinggi yaitu 36,1 dibanding ibu yang memiliki pengetahuan baik 28,6.

2.2.5 Pendidikan Ibu

Pendidikan merupakan suatu proses penyampaian bahan materi pendidikan kepada sasaran pendidikan guna perubahan tingkah laku. Hasil pendidikan orang dewasa adalah perubahan kemampuan, penampilan atau perilakunya. Notoatmodjo,2007. Menurut Depdiknas 2001, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Latar belakang pendidikan orang tua baik kepala keluarga maupun istri merupakan salah satu unsur penting dalam hal ikut menetukan keadaan gizi anak. Hubungan positif antara tingkat pendidikan orang tua dengan keadaan gizi telah banyak diungkapkan oleh para peneliti. Pada masyarakat dengan rata-rata pendidikan rendah, menunjukkan prevalensi gizi kurang yang tinggi dan sebaliknya pada masyarakat yang tingkat pendidikannya cukup tinggi prevalensi gizi kurangnya rendah Abunain, 1998 dalam Soekirman, 2000. Sedangkan menurut Notoatmodjo 2007, pendidikan adalah suatu proses penyampaian bahan, materi pendidikan kepada sasaran pendidikan guna perubahan tingkah laku. Hasil pendidikan orang dewasa adalah perubahan kemampuan, penampilan atau perilakunya. Sehingga dapat dikatakan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan, maka makin banyak pengalaman atau informasi yang diperoleh. Ibu yang berpendidikan rendah biasanya apatis terhadap hal-hal baru, sehingga merupakan kendala besar untuk meningkatkan kesehatannya. Pendidikan yang rendah juga berpengaruh kepada pola konsumsi gizi keluarga sehingga mempengaruhi berat lahir dan kematian neonatal Ronoatmodjo,1996 dalam Mahliawati, 2010. Pendidikan bertujuan memberikan pengetahuan kepada keluarga, khususnya kaum perempuan tentang gizi seimbang, memantau berat badan balita, pengasuhan balita yang benar, serta mendorong pola hidup sehat lainnya Soekirman dalam Siswono, 2007. Rendahnya pendidikan orangtua khususnya ibu merupakan penyebab mendasar terpenting yang mempengaruhi tingkat kemampuan individu, keluarga dan masyarakat dalam mengelola sumberdaya yang ada untuk mendapatkan kecukupan bahan makanan serta sejauh mana sarana pelayanan kesehatan gizi dan sanitasi lingkungan yang tersedia dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya Depkes RI, 2005. Pendidikan ibu menjadi dasar yang penting bagi keluarga karena dengan semakin tinggi pendidikan maka lebih memudahkan untuk beradaptasi dengan kemajuan pengetahuan dan teknologi dan mempengaruhi pula produktivitas dan kesejahteraan keluarga. Pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pengetahuan gizi Surbakti, 1989. Hal ini terlihat dari pengetahuan ibu tentang memilih bahan makanan yang bernilai gizi baik dan tentang cara memperlakukan bahan pangan dalam pengolahan sangat mempengaruhi status gizi balita Khumaidi, 1994. Menurut Hidayat 1989, tingkat pendidikan akan mempengaruhi konsumsi pangan melalui cara pemilihan bahan pangan. Orang yang berpendidikan lebih tinggi akan cenderung memilih bahan makanan yang lebih baik dalam kualitas maupun kuantitas. Makin tinggi pendidikan orang tua makin baik status gizi anaknya Soekirman, 2000. Faktor tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang meraka peroleh Apriadji,1986 dalam Nuraeni, 2008. Setiap kenaikan satu tahun pendidikan ibu mempunyai efek proteksi memperkecil risiko terjadinya KEP pada balita sebesar 0,89 kali. Pendidikan ibu merupakan faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi Amos,2000. Hasil penelitian Mulyaningsih 2007 di Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung bahwa terdapat kecenderungan pada ibu yang berpendidikan rendah mempunyai anak dengan status gizi kurang lebih tinggi 33,7 dibanding dengan ibu yang berpendidikan tinggi dengan anak gizi kurang 28,6 dan terdapat kecenderungan positif antara pendidikan ibu dengan asupan protein. Sedangkan menurut hasil penelitian Riyadi, dkk 2011 di wilayah Nusa Tenggara Timur, menunjukkan bahwa pendidikan ibu yang relative tinggi dapat meningkatkan pengetahuan gizi serta praktek gizi dan kesehatan, yang secara tidak langsung memperbaiki kebiasaan makan anak, yang pada akhirnya meningkatkan konsumsi energi dan protein balita. Semakin tinggi pendidikan ibu diikuti oleh semakin mudahnya akses ibu untuk memperoleh informasi gizi dan kesehatan, sehingga berhubungan positif terhadap peningkatan konsumsi energi dan protein balita. Tingkat pendidikan dan intelegensi ibu yang tinggi dapat bertindak sebagai faktor protektif yang mengurangi keadaan gizi kurang dalam awal usia anak-anak terhadap perkembangan anak. Sebaliknya, kondisi gizi yang sama cenderung menimbulkan efek yang lebih buruk terhadap perkembangan anak jika ibunya buta huruf atau mempunyai pendidikan yang rendah Gibney JM, 2009. Pada penelitian Fikar 2003 di Padang, menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan KEP pada anak dimana ibu yang berpendidikan rendah berisiko KEP pada anaknya 4,07 kali lebih besar dibanding dengan ibu yang berpendidikan tinggi p0,05; 95CI; 2,262- 7,308. Pendidikan ibu dapat memperbaiki cara penggunaan sumber daya keluarga dan memberi dampak positif terhadap taraf gizi keluarga. Pendidikan ibu akan menentukan pemilihan bahan makanan yang dikonsumsi. Ibu yang memiliki pendidikan tinggi lebih sedikit dipengaruhi oleh praktek-praktek tradisional yang merugikan kualitas dan kuantitas makanan untuk dikonsumsi keluarga setiap harinya Schultz et.al, 1984 dalam Ichwanudin,2002. Selanjutnya rendahnya tingkat pendidikan dapat menyebabkan rendahnya pemahaman terhadap apa yang dibutuhkan pada pengasuh demi perkembangan optimal anak Mutmainah, 1996. Hal ini terlihat dari pengetahuan ibu tentang memilih bahan makanan yang bernilai gizi baik dan tentang cara memperlakukan bahan pangan dalam pengolahan sangat mempengaruhi status gizi balita Khumaidi, 1994. Menurut Jus‟at 1992 dalam Handayani 2012, bahwa tingkat pendidikan ibu sangat berperan terhadap pola asuh anak, alokasi masukan zat gizi serta utilisasi informasi lainnya dan sekaligus menggambarkan tingkat ekonomi rumah tangga. Menurut Owor, dkk 2000 dalam Nasekhah 2010 menemukan bahwa meskipun tinggi tingkat pendidikan ibu di Nigeria, anak-anak mereka memiliki kecenderungan menderita kurang energi dan protein. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi pendidikan ibu, kesempatan untuk meningkatkan status sosial ekonomi juga semakin tinggi, oleh karena itu mereka memiliki waktu yang terbatas untuk mengasuh anak dan mereka memilih tempat penitipan anak. Teori yang diungkapkan Rodriguez 2004, bahwa salah satu faktor yang menentukan perilaku makan adalah pendidikan. Pendidikan dapat menentukan mudah tidaknya seseorang menerima nasehat atau pesan-pesan gizi sehingga dalam memberikan penyuluhan terhadap seseorang rharus memperhatikan pendidikannya. Menurut Soekidjo 2007, selain itu unsur pendidikan ibu berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak diantaranya kebiasaan makan. Sebagian anak yang gizi buruk ternyata diasuh oleh nenek atau pengasuhnya yang juga miskin dan tidak berpendidikan. Pendidikan ibu menjadi dasar yang penting bagi keluarga karena dengan semakin tinggi pendidikan maka lebih memudahkan untuk beradaptasi dengan kemajuan pengetahuan dan teknologi dan mempengaruhi pula produktivitas dan kesejahteraan keluarga. Pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pengetahuan gizi Surbakti, 1989. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kandun, dkk 1988 yang mendapatkan sebesar 95,9 balita tidak naik berat badannya mempunyai ibu yang berpendidikan SD ke bawah. Kartono,dkk 1993 mendapatkan hasil yang sama dengan penelitian Kandun yaitu tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap kenaikan berat badan balita. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, cenderung mempunyai balita yang berat badannya naik.

2.2.6 Ketersediaan Pangan

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Energi pada Ibu Hamil di Indonesia Tahun 2010 (Analisis Data Riskesdas Tahun 2010)

0 7 95

Gambaran Faktor-Faktor Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010 (Analisis Data Sekunder Riskesdas 2010)

19 95 155

DETERMINAN STUNTING ANAK BADUTA: ANALISIS DATA RISKESDAS 2010

0 12 49

ANALISIS PERMINTAAN DAN EFISIENSI ENERGI LISTRIK DI INDONESIA TAHUN 1990- 2010 ANALISIS PERMINTAAN DAN EFISIENSI ENERGI LISTRIK DI INDONESIA TAHUN 1990-2010.

0 3 17

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA, ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita, Asupan Energi Dan Protein Balita Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Banyudono I Ka

0 4 11

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA, ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN BALITA DENGAN STATUS Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita, Asupan Energi Dan Protein Balita Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Banyudono I Kabupaten Boyolal

0 2 17

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH TIMUR INDONESIA (ANALISIS DATA RISKESDAS 2010)

0 0 9

PERKAWINAN DINI DAN DAMPAK STATUS GIZI PADA ANAK (ANALISIS DATA RISKESDAS 2010)

0 0 11

DETERMINAN STATUS GIZI PENDEK ANAK BALITA DENGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI INDONESIA (ANALISIS DATA RISKESDAS 2007-2010)

0 0 11

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL DEMOGRAFI DAN KEGEMUKAN PADA PENDUDUK DEWASA DI INDONESIA TAHUN 2007 DAN 2010 (ANALISIS DATA RISKESDAS 2007 DAN 2010)

0 0 12